His Short Life

254 11 58
                                    

Kang Yeosang

Ditemukan oleh Park Seonghwa yang berusia lima belas tahun dan Yeosang berusia lima tahun di rumah sang nenek, dimana mereka hanya tinggal berdua. Rumah yang sudah hampir rubuh, terletak diujung jalan dan minim penerangan.

Seonghwa saat itu kebetulan melihat seorang anak kecil yang menyeret beberapa ikat kardus bekas ke dalam rumah, mengenakan pakaian yang mulai terlihat lusuh dan sepatu yang sudah berlubang. Ia meminta supir untuk menghentikan kendaraan lalu keluar dari mobil dan segera menghampiri tempat itu. Ia mengetuk pelan pintu kayu yang sudah lapuk itu.

Si anak kecil membukakan pintu, menatap Seonghwa datar meskipun Seonghwa dapat melihat kesedihan dan juga rasa takut dari sorot matanya. Tanpa mengatakan apa-apa, Seonghwa mendorong jauh pintu agar lebih lebar terbuka lalu melangkah masuk. Bertanya pada si kecil tentang nama dan usia.

"Dengan siapa kau tinggal?" Yeosang kecil meremat jemarinya dan menunduk, "Ha-hal-halmeoni." Seonghwa berjalan menyisir seluruh ruangan yang ada dalam waktu singkat, tak ada apa-apa di dalam sana kecuali sofa lusuh, meja kecil yang sepertinya akan patah, juga tumpukan-tumpukan kertas serta kardus bekas. Tempat yang Seonghwa sangka dapur, hanya ada rak piring kecil dengan alat makan seadanya, tempat sampah yang isinya sudah hampir keluar. "Dimana Halmeoni-mu?"

"Hal-halmeoni.. se-sedang.. sedang tidur. Iya, tidur." Seonghwa tahu ada yang Yeosang sembunyikan. Netra kembarnya bergerak melihat ke penjuru ruangan dan mendapati pintu yang hampir tertutup. Dengan cepat Seonghwa berjalan menuju pintu itu, mengabaikan permintaan Yeosang untuk tidak masuk ke sana. Begitu Seonghwa membuka pintu, ia mendapati seorang wanita tua berbaring di atas tempat tidur sempit. Tubuhnya ditutupi selimut tipis hingga setengah badan. Mata jeli Seonghwa menangkap alasan kenapa si kecil melarangnya untuk memasuki ruangan itu.

"Sudah berapa lama?" tanya Seonghwa ketika Yeosang berdiri di belakangnya. "Du-dua hari," jawab Yeosang yang kini terisak. "Aku.. aku tak punya uang," lanjutnya. Satu tangan Seonghwa terulur untuk mengusap kepala Yeosang. "Mulai hari ini, kau ikut denganku."

***

"Mama, aku ingin berangkat dengan Mingi Hyung." Rengek remaja berusia lima belas tahun pada seorang pria yang lebih tua darinya. "No, baby. Ini hari pertamamu menjadi mahasiswa disana. Bagaimana jika kau tersesat?" Yang lebih menghentak-hentakkan kakinya, "ada Wooyoung Hyung dan Mingi Hyung, Mama."

"Yeosangie.."

"Ayolah, Ma. Hanya sekali ini saja, setelah minggu perkenalan aku pasti sudah terbiasa. Aku akan meminta paman Heo mengantarku ke kampus setiap ada kelas." Yeosang memeluk yang lebih tua erat, tak lupa wajah memelasnya sembari menatap pria yang membesarkannya dengan tatapan memohon. "Mama.."

"Baiklah, aku mengalah." Yeosang tersenyum lalu mengecup pipi yang lebih tua, "Mama is the best. Mingi Hyung sebentar lagi sampai, see you after class. Love you so much." Yang lebih muda setengah berlari keluar setelah mengambil ranselnya di kursi, tak lupa melambaikan tangannya juga senyuman lebar yang tersungging di wajahnya.

Seonghwa yang memutuskan untuk membawa Yeosang dan mengambilnya menjadi anggota keluarga, satu bulan setelah kematian orang tua kandungnya, membesarkan Yeosang seorang diri, dibantu oleh kepala pelayan yang telah mengabdi pada keluarganya cukup lama.

Yeosang yang awalnya memiliki masalah dalam berbicara, mendapatkan fasilitas dengan kualitas terbaik hingga ia tumbuh dengan baik. Dikarenakan kondisi awal Yeosang yang tidak baik, Seonghwa memilih jalur lain untuk pendidikan Yeosang. Tiga tahun menjalani program home schooling, Yeosang pun masuk ke sekolah dasar kelas enam karena kecerdasannya, dimana ia bertemu dengan Wooyoung yang lebih tua tiga tahun darinya.

My ATEEZ Stories (a very slow update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang