"Sen!!"
Arsen mengangkat kepalanya saat suara melengking Aksa memasuki gendang telinganya. Ia melihat Aksa dan Alaska tengah berlari kecil ke arahnya dengan sedikit tergesa, ia mengernyit dengan mata yang hampir terkantup.
"Lo udah liat video yang lagi viral belum?" tanya Aksa sembari mendudukkan dirinya diatas meja.
Arsen meluruskan punggungnya. "Video apa?" tanyanya santai.
Aksa melirik Alaska, Alaska yang mengerti pun langsung membuka ponselnya dan menunjukkan sebuah video di depan wajah Arsen.
Arsen mengernyit, itu adalah video dimana Sherill berada di lapangan dengan Aldo yang berhasil mengutarakan perasaannya, ia lantas menghela nafas dan mendorong kecil ponsel Alaska untuk menjauhkannya dari wajahnya. "Bahkan, gue disana." katanya santai.
Aksa menatap Arsen tak percaya. "Kenapa gak lo berhentiin? Lo mau Sherill di apa-apain tuh anak?"
Alaska mengangguk setuju.
Arsen menghela nafas panjang. "Sherill keliatan seneng, jahat gak kalo gue berhentiin? Gue gak mau bikin masalah baru." ujarnya.
Alaska dan Aksa terdiam–setuju dengan perkataan Arsen.
Setelahnya tidak ada lagi yang berkomentar, hanya ada hembusan nafas berat ketiganya yang terdengar di dalam kelas yang ramai.
***
Sherill berlari tergesa menuruni tangga dengan pakaian rapih, ia harus cepat-cepat menemui Aldo yang sudah menunggunya di luar, rencananya mereka akan melakukan first date.
Saat sudah di ambang pintu, Sherill melihat Kakaknya dengan Aldo sedang berbincang kecil di teras rumahnya.
Ravin yang menyadari keberadaan Sherill pun akhirnya menyuruh mereka untuk cepat pergi dan menghabiskan waktu bersama.
"Yaudah bang, kalo gitu gue pinjem dulu ya Sherill-nya." izin Aldo pada Ravin.
Ravin mengangguk. "Iye, jangan pulang kemaleman ya, jaga adek gue baik-baik, awas aja sampe lecet." peringatnya.
Aldo terkekeh. "Siap!"
"Ayo!" Sherill mengangguk, ia melirik Ravin sekilas. "Kak, aku pergi dulu yaa! nanti kasih tau mamah, oke?!"
Ravin mengangguk. "Iya, ati-ati!"
Mata laki-laki berambut legam itu terus mengikuti kemana motor Aldo pergi hingga hilang dari pandangannya, entah kenapa hatinya terasa berat membiarkan adiknya pergi dengan Aldo.
Mencoba bodo amat, ia memilih masuk ke dalam rumah untuk mengabari Tyas jika anak gadisnya itu tengah kasmaran melalui telpon. Biasa, Tyas sedang arisan.
Sedangkan itu, kita kembali pada dua anak Adam yang tengah dimabuk asmara. Mereka terlihat mesra dengan kedua tangan Sherill yang melingkar di perut Aldo, juga tangan kiri Aldo yang sengaja mengusap-usapnya lembut.
"Mau kemana?!" Sedikit teriak, Aldo bertanya kepada Sherill–takut pacarnya itu tidak dengar.
"Terserah!" Balas Sherill.
"Yaudah kita nonton aja ya!" Katanya.
Sherill mengangguk walau tak terlihat oleh Aldo, "Yaudah, boleh deh."
Ditemani angin Jakarta yang sangat mendukung mereka untuk kembali menjadi dua anak Adam yang sedang jatuh cinta, mereka sama-sama tersenyum bahagia.
Entah bagaimana, Aldo berhasil membuatnya jatuh lebih dalam padanya sejak detik itu juga.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
One Heart, Three Love
Teen Fictionwhen your best friend loves you one time. *** Ini tentang Arsen, Aksa, dan Alaska yang mencintai sahabat mereka sendiri-Sherill dalam satu waktu. Keempatnya telah bersahabat sejak kecil, namun sejak mereka mengenal cinta dan tanpa sengaja menyukai...