"Rill, bagi tutor dong, kenapa lo bisa sahabatan sama tiga cogan sekaligus?" bisik Ocha, teman sebangku Sherill.
Sherill yang tengah sibuk men-scroll timeline Instagramnya terpaksa harus mengangkat kepalanya dan menatap Ocha. "Tutor apaan dah, lo kira ini lapak YouTube?"
Ocha mengubah posisinya, "Gini loh, Rill. Mereka bertiga, 'kan ganteng banget, tajir, famous pula. Lo yakin gak suka sama satu diantara mereka? Kalo gue jadi elo sih pasti gue udah embat semua dah tuh." ujarnya panjang lebar sembari menatap Aksa, Arsen, dan Alaska yang tengah bermain game di ponsel masing-masing sesekali.
Kelas dengan pelajaran matematika kali ini free class karena guru yang seharusnya mengisi tengah ada acara diluar sekolah, momen inilah yang seringkali mereka pergunakan untuk bermain dan bercanda gurau dengan teman yang lainnya.
Sekarang saja mereka tengah mendorong-dorong meja ke depan kelas untuk mereka jadikan sebagai panggung, dan irama yang dibuat dari tangan dan jari-jari mereka yang beradu dengan meja menjadi penambah, serta dengan sang vokalis.
Sherill tertawa mendengar penuturan Ocha barusan. "Apaan dah! Lagian gue sama mereka bertiga emang udah sahabatan dari kita masih jadi sperma kali!" ujarnya tergelak.
Ocha acuh. "Gak yakin sih gue, pasti ada aja yang saling suka! Gue yakin 190%." katanya yakin.
"Haha becanda lo, mana ada. Lo kira ini dunia wattpad yang bukunya dikasih judul friendzone? Gak nyata, Cha." ucapnya sembari meneguk habis air minum milik Ocha.
"Ah bodo kaga percayaan amat dah!" sungut Ocha ikut kesal karena temannya ini tidak bisa diajak serius tentang masalah percintaan.
"Tapi, gue suka Arsen! Bantuin gue supaya bisa pdkt sama dia ya!" lanjutnya memohon.
"Elah, kemaren lo minta dideketin sama Alaska terus sekarang mau sama Arsen, jadi sebenarnya lo mau siapa sih? Gak konsisten banget lo jadi orang." ujar Sherill.
"Ya salahin Arsen tuh! Kenapa dia hari ini pake kemeja yang kancingnya dibuka gitu atasnya? Kan gue melebur liatnya, apalagi rambutnya di-kebelakangin gitu! Makin ganteng." seru Ocha histeris.
Sherill hanya merotasikan bola matanya jengah. "Terserah,"
***
"Woi tunggu elah!"
Ketiga orang itu menengok kebelakang, dilihatnya Aksa tengah berlarian ke arah mereka dengan sedikit menaikkan ranselnya yang sempat melorot di lengan kanannya.
Alaska tertawa kecil. "Buruan dong!"
Duk
"Anjing!" umpat Sherill yang tubuhnya di dorong oleh Aksa dari belakang dan nyaris terjatuh jika saja Alaska tidak menahan tubuhnya lebih dulu.
Aksa hanya menampilkan cengirannya sembari merangkul Sherill, sedangkan Alaska dengan cepat menyentil bibir Sherill pelan sebagai peringatan untuk tidak berkata kasar lagi. "Ya maap, Al."
"Nonton kuy! Udah lama gak nonton nih!" celetuk Aksa.
Oknum yang sedari tadi diam, akhirnya membuka suara. "Gue sibuk." katanya tanpa mengalihkan pandangannya yang fokus ke depan.
Keempatnya tengah berjalan di koridor sekolah, bel pulang sekolah sudah berbunyi sekitar sepuluh menit yang lalu. Karena mereka tidak mau mendengar murid lain yang iri dan mengatakan Sherill gampangan, mereka lebih memilih pulang disaat sekolah sudah mulai sepi.
Ketiganya menoleh ke arah Arsen. "Sibuk apasih lu sen, palingan juga abis dari sini lu tidur!" sambar Aksa.
Sherill mengangguk menyetujui perkataan Aksa, namun setelah itu ia sedikit mendongak menatap wajah Aksa karena ia masih berada di sekitar ketiak Aksa. "Lo juga ngaca! Kerjaan lo juga cuma molor doang!"
KAMU SEDANG MEMBACA
One Heart, Three Love
Novela Juvenilwhen your best friend loves you one time. *** Ini tentang Arsen, Aksa, dan Alaska yang mencintai sahabat mereka sendiri-Sherill dalam satu waktu. Keempatnya telah bersahabat sejak kecil, namun sejak mereka mengenal cinta dan tanpa sengaja menyukai...