Kai Pov
Mengalun lagu dari Charlie Puth di earphone. Aku ikut bersenandung selagi mengerjakan pr sejarah yang akan dikumpulkan hari ini di tepi lapangan basket.
Kehadiran seseorang menarik atensiku. Aku melepas pulpen, kemudian menoleh. Dari ujung lapangan, bisa kulihat Ery berjalan menuju ke arahku. Mukanya kusut, entah apa yang membuatnya menjadi terlihat seperti manusia tanpa semangat.
"Hei, gadis murung abadi!" Sapaku. Dia menatapku dengan datar. Hari ini Ery memakai hoodie berwarna kuning. Dia berjalan gontai, dengan sesekali membetulkan rambut pendeknya.
"Apa yang kau bawa?" Aku melirik ke arah kotak makanan yang ia bawa, dia tersenyum tipis sebentar. Kemudian menyerahkannya padaku.
"Untukku?"
Lagi-lagi ia meresponku tanpa suara. Ery mengangguk, kemudian terlihat menungguku untuk membukanya.
"French toast?" Aku bertanya lagi. Mulutku memang gatal mengajaknya berbincang. Ery melamun. Ah, sepertinya dia sedang ada masalah.
"Ery?"
"—Oh ya, seperti yang kau lihat." Sahutnya. Aku sungguh tidak menyia-nyiakan kesempatan, Tapi mengapa Ery memberiku sesuatu ya?
"Ery, ada sesuatu?" Tanyaku. Dia mengerlingkan matanya, lalu...
Menggeleng. Dia pandai sekali berbohong. Apa yang dijawabnya tidak sesuai dengan yang ia rasakan. Apa kebahagiannya selama ini hanya sebatas sandiawara?
Aku mendekati Ery karena dia terkenal sebagai gadis yang hiperaktif. Dia periang dan suka berteman dengan siapapun. Terakhir kali, aku melihatnya sedang menolong siswa yang dirisak. Jadi kupikir, dia tidak akan kesepian.
Tetapi ini, sungguh berbeda dengan Ery biasanya.
"Lanjutkan saja makanmu, aku mau ke kelas." Dia beranjak dari duduknya. Aku ikut berdiri, kemudian meraih dua kotak susu rasa pisang dan stroberi. ingin kuberikan padanya.
"Kau suka yang mana?" Kutanya, dia sedikit tertawa.
"Dua-duanya Kai, aku rakus."
Lantas, aku beri dia dua. Untukku? Tidak ada. Ini seperti balas budi untuknya yang telah membuatkanku sebuah sarapan.
Tidak ada yang ikhlas diantara kami berdua. Oh, bukannya di dunia ini tidak ada yang namanya cuma-cuma ya?
"Hahahaha, thanks Kai. I love you!"
Tadi.... Ery bilang apa?
"I love you?" Kulempar balik katanya. Hatiku sudah berdegup, ah Ery sialan! Aku tidak tau kapan aku mulai suka meliriknya ketika di kelas, dan...
menyukainya.
"Iya. Aku mencintaimu karena memberikanku minuman ini."
Selain suka murung, dia ternyata juga polos. Fakta apa lagi yang akan terkuak tentang Ery? Tidak, tidak, tidak. aku hanya ingin berteman tulus dengannya.
Tapi—
Apa itu mungkin?
Tangannya meraih tanganku, menggenggamnya erat. Itu hangat. Sejenak dia menoleh dan tersenyum manis, apa yang kau inginkan Ery?
—apa menjadi pacarku?
Harusnya aku tidak menilai dengan cepat bahwa Ery itu polos. Karena selanjutnya, dia melepaskan tanganku dan menghela nafas.
"Kau kenapa?"
"Tadi, ada mantanku."
Mantannya itu, siswa kelas sebelah dengan nama Park Jungseong.
Detik selanjutnya, aku meninggalkan Ery dengan mendahului langkahnya. Dia berteriak memanggil namaku, meminta agar aku jangan meninggalkannya.
Aku tidak peduli, Ery!
Guys, kalau sayang Ery dan Kai jangan lupa votement ya. Ngemis banget inimah.
/LoPeLope

KAMU SEDANG MEMBACA
17 Sheet.
Random"Dia meninggalkanku, juga catatannya." Hueningkai from TXT ft. OC →Including mental illness, depression, drugs. Please take care urself carefully⚠