←
"Ery!"
Aku terlonjak dan refleks menolehkan kepala. Lelaki bule itu mendatangiku kembali. Membawa sebuah bungkus besar berwarna hitam, apa isinya ya di sana?
Seragamnya basah. Rambutnya juga. Aku berdiri, membantu merapikan rambutnya yang nampak acak-acakan. Tadi hujan lebat sempat mengguyur selama kurang lebih setengah jam.
"Ah, Ery. Terima kasih."
Aku mengangguk. Menaikkan alis bermaksud bertanya apa maksudnya ia memanggilku. Sekarang aku sedang berada di ruangan klub sastra, tadi aku sempat bilang padanya kalau aku bergabung disini. Ralat, dia yang bertanya lebih dulu.
"Surprise!" Kai mengeluarkan sebuah boneka dari bungkus hitam yang ia bawa. Aku tersenyum, mengapa dia sangat lucu?
"Thank you, Kai." Dia menyahuti ucapanku dengan kekehan kecilnya. Tapi omong-omong, mengapa dia memberiku boneka? Apa dia menaruh kamera pengintainya disana?
Namun, Kai sepertinya tahu maksud dari tatapanku. Dia tertawa singkat, lalu mengacak-acak puncak rambutku.
"Tidak ada apa-apa di bonekanya Ery. Kau terlalu berfikir negatif padaku." Ucap Kai. Kemudian kembali merapikan. Sial, apa yang ingin ia lakukan sebenarnya?
"Oh, begitu." Tanganku tergerak mengambil buku yang kutaruh di atas meja tadi. Klubnya sudah selesai. Kai berjalan bersamaku hingga keluar dari ruangan.
"Anggap saja boneka itu aku." Katanya, tersenyum-senyum seraya menatap fokus ke depan. Apa sih yang ia pikirkan?
"Kau seharusnya tidak membiarkan tubuhmu basah. Kalau kau sakit, itu bahaya."
"Hujan begini tidak akan membuatku sakit. Lebih bahaya lagi kalau bonekanya yang basah. Nanti kau akan memeluk apa?"
"Aku punya guling di rumah. Itu sudah lebih dari cukup."
Mulutnya berhenti berucap. Aku berjalan keluar dari luar area sekolah, tetap diikuti Kai. Sejenak kudapati sebuah jaket tersampir ke bahuku.
"Nanti kau kedinginan." Kai berkata. Aku segera melepas jaket itu dan memberikannya kembali. Sekarang dia mulai bersikap menyebalkan.
"Aku tidak kedinginan, kau saja." Ucapku. Lihat saja tadi, seragamnya basah. Dan masih saja memedulikan aku yang sama sekali tidak kehujanan. Bodoh.
"Kau tahu? Aku punya banyak boneka di rumah." Perkataannya membuatku serasa terbang ke kenangan masa kecil. Dimana teman-temanku selalu pamer kalau mereka punya mainan yang banyak di rumah. Dan, aku termasuk anak yang sok itu.
"Setiap aku ulang tahun, selalu ada yang memberiku boneka."
Ulang tahun? kapan terakhir kali ulang tahunku dirayakan? bukankah itu sudah lama ya. Ulang tahun bagiku tidak ada apa-apanya sekarang. Hanya seperti pertambahan umur saja. Sama saja seperti hari-hari biasa. Tidak spesial.
"Setiap aku punya masalah, aku suka memeluk bonekaku. Mencubitnya, menamparnya, atau membantingnya untuk menghapus emosi. Maka dari itu, aku juga memberimu boneka."
"Jangan sedih lagi, Ery."
Kai menatapku dengan teduh. Tanganku meremas boneka yang kupegang. Aku tidak boleh meneteskan air mata disini.
"Aku tidak apa-apa Kai, sungguh." Elakku. Kai jadi terlihat seperti seorang penyemangat.
"Aku tahu, bahwa yang tidak apa-apa justru ada apa-apanya."
'✩
(Kalau ada tanda←, berarti itu flashback dari catatannya Ery. Bagaimana part ini?)

KAMU SEDANG MEMBACA
17 Sheet.
Acak"Dia meninggalkanku, juga catatannya." Hueningkai from TXT ft. OC →Including mental illness, depression, drugs. Please take care urself carefully⚠