p a g e (3)

23 5 0
                                    

Hai! Aku baru saja selesai mandi. Rambut pendekku masih basah. Aku habis keramas. Mandi di malam hari itu tidak bagus, jadi jangan dilakukan. Aku hanya melakukannya karena aku—memang belum mandi dari tadi.

French toast yang kubuat pada hari senin itu gosong. Yah, lumayan susah untuk percobaan pertama. Dan kedua kalinya, sama seperti semula. Melihat hal ini aku jadi malas, untung saja aku tidak memberitahu Hueningkai. Kalau iya, kujamin pasti dia sudah menagih janjiku.

Tadi saat di kelas, Jiyoon mengundangku ke pestanya. Kudengar dari teman sekelasku nilai ujian hariannya tinggi. Aku tidak menolak, hanya mengangguk. Tetapi aku tidak pergi ke pestanya. Buang-buang uang. Aku harus menghemat.

Sebelumnya aku ingin memberitahumu kalau aku bukan penulis yang handal. Aku hanya menulis catatan ini untuk kepuasan batin. Dan—karena aku tidak punya tempat untuk bercerita keluh kesah.

Kurasa apapun ceritaku memang tidak menarik untuk didengarkan. Karena ketika aku bercerita fokus mereka selalu tertuju ke arah lain. Itu sangat mengesalkan dan tidak sopan. Makanya sejak saat itu, aku tidak terlalu mau mendengarkan cerita seseorang.

Aku terlalu baik, dan itu bodoh. Mereka bercerita dan aku selalu mendengarkan dan menanggapi dengan baik.

Giliran aku

Lupakan!

Di jam yang sudah menunjuk pukul 11 malam, mataku malah sangat segar. Susah untuk ditutup, kujamin di kelas nanti aku pasti mengantuk.

Segala hal banyak menggantungi pikiranku di kala malam. Kemudian siangnya aku harus beraktivitas. Sungguh, aku tidak punya sama sekali waktu untuk mengistirahatkan batin.

Ponselku bergetar, kulirik ternyata dari Hueningkai. Beberapa deret pesan. Jadi, tunggu sebentar.

Tidak penting, dan sangat membosankan. Dia mengajakku telponan. Ah, andai saja dia tahu orang tuaku seperti apa.

Aku memang harus ekstra hati-hati di malam hari, biasanya ayah akan mengetuk pintu kamarku jika aku ketahuan tidak tidur. Mungkin itu adalah tanda bahwa ia masih menganggapku anak.

Sepertinya bahasan kita sangat membosankan ya, jadi, tinggalkan saja kalau kau mau.

Apa yang perlu kita bahas lagi?

Oh iya, tadi sore saat aku pulang sekolah aku bertemu mantanku dengan pacar barunya. Dia tersenyum ke arahku, tepatnya mengejek sih.

Kutekankan, aku sama sekali tidak peduli.

Dan kau tahu apa yang ia katakan? Kalimat yang sangat membuatku heran.

"Kai sudah mengajakmu kencan?"

Tuhan, apa itu?

ERY, 06-03-2020
















'✩

(Untuk kalian yang merasa sama seperti Ery, kamu berhak kok untuk merasa tidak adil)

17 Sheet.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang