Aha, hai!
Lagi-lagi kau bertemu denganku.
Hari ini aku lumayan bahagia, entahlah Tuhan sedang merencanakan apa hingga membuatku lebih bahagia daripada sebelumnya. Aku tidak bisa menebak tentang rencana Tuhan berikutnya, setelah dibuat bahagia seperti ini akankah aku bersedih lagi?
Sudahlah, aku tidak ingin menebak-nebak tentang apa yang ditakdirkan berikutnya. Dan rasanya tidaklah bagus jika aku menghabiskan lembar-lembar buku ini hanya untuk ocehan dan kekesalanku dengan orang-orang.
Mengenai kebahagiaanku, itu tidaklah rumit. Terkadang aku memang mendambakan perhatian kecil, setidaknya perhatian-perhatian itu bisa membuatku merasa lebih baik. Sebut saja aku haus akan validasi, ya.. karena sungguh kadang-kadang aku memang begitu.
Hari ini aku mendapat nilai ujian tertinggi, dan aku juga mendapat pujian dari bu Sowon. Jangan tertawa, aku tau kau mungkin mau meledekku karena mudah terharu dengan hal-hal semacam itu. Aku juga turut senang ketika mendengar Taehyun si manusia kaku itu memujiku, akhirnya dia mengakui kepintaranku juga. Mungkin perlu kutambahkan, aku dan Taehyun tidak sekelas.
Mungkin ini agak sulit untuk kusampaikan, tapi aku mengakui bahwa separuh gen kepintaranku ini adalah dari ibuku. Yeah, aku akui ibu pintar. Dulu semasa sekolah, katanya dia seorang juara kelas dan terkenal di kalangan guru-guru.
Dia juga sangat ambisius dan.. rajin.
Itu sebabnya, saat aku masih kecil aku bahkan tidak bisa bermain dengan bebas. Aku sudah masuk grup les, bahkan juga masuk di les biola. Ibu sangat berusaha agar aku berteman dengan anak-anak terpandang dan ibuku juga berusaha menjalin hubungan bisnis dengan keluarga yang bersangkutan. Kata ibuku itu simbiosis mutualisme, tapi kupikir hanya untung untuk ibuku saja.
Aku juga dibatasi untuk berteman dengan anak-anak biasa, tetapi sejujurnya aku tetap berteman dengan mereka. Karena aku bisa mengajak mereka bekerja sama, kami tetap berteman. Yah, sampai sekarang jika bertemu pun mereka berusaha menyapaku.
Ya seperti yang kau lihat, aku sudah berani membantah ibu sejak masih kecil.
Lupakan tentang semua itu, ada yang lebih membahagiakan.
Setelah sekian lama mencoba mengobrol dengan anak perempuan— siswi di kelasku yang pendiam, tiba hari ini tadi dia mengajakku makan bersama dengan bekal yang ia bawa dari rumahnya.
Meski aku melihat dia dengan image siswi pendiam, itu membuatku kembali teringat tentang pesan ayah. Entah kenapa, akhir-akhir ini aku sering memikirkan tentang perkataan orang tuaku saat masih dulu. Ayah mengatakan padaku untuk berhati-hati saat ingin mengenal seseorang.
Aku lupa bilang namanya, nama siswi itu Melo. Lantas Melo menawari aku untuk makan bersamanya. Sedikit takut dan ragu, aku mencoba memakan masakan yang dibuat Melo. Tak kusangka dia begitu pandai dalam memasak, kukira selama ini ia hanya sibuk membaca buku dan bersantai. Yah, kutahu Melo seorang anak dari pimpinan perusahaan yang pernah bekerja sama dengan perusahaan tempat ibu bekerja.
Aku memuji Melo, tak kusangka hari ini aku melihat senyumannya. Dia hanya mengangguk, lupa bilang terima kasih.
Perasaanku ikut senang, aku bahagia jika melihat orang lain ikut bahagia saat bersamaku. Setidaknya aku tidak membuat mereka marah ataupun jengkel, sebaliknya aku bisa mendatangkan tawa untuk mereka.
Tak henti sampai disana, kami juga pergi ke taman bermain setelahnya. Melo takut-takut saat menaiki bianglala, katanya ini pengalaman pertamanya.
Melo tetap cuek sih, tetapi aku bahagia saat mengetahui kalau dia ingin berteman denganku.
Berikutnya ada kabar baik apa lagi ya? Tak sabar untuk menceritakan tentang hal-hal baik kepadamu.
Sampai jumpa lagi!
ERY, 27-05-2020
'✩
teman-teman sudah libur beloomm???
btw selamat nunggu tahun ajaran baru semwanyaa
aku naik kelas 12 taun ini T_T
KAMU SEDANG MEMBACA
17 Sheet.
Casuale"Dia meninggalkanku, juga catatannya." Hueningkai from TXT ft. OC →Including mental illness, depression, drugs. Please take care urself carefully⚠