Pagi hari ini kelihatan mendung. Perkiraan cuaca memprediksi hujan lebat akan turun. Jadi, aku memilih untuk membawa jaket dan payung. Langkahku tertuju masuk ke dalam kelas, sudah lumayan ramai yang datang.
Seperti biasa, aku akan mengajak siswi pendiam di kelasku untuk berbincang. Dia tidak cupu, —tetapi amat sangat pendiam.
"Sudah sarapan?" Ah, kurasa pertanyaan klasik macam ini memang tidak akan pernah dijawabnya, dan tentunya benar saja.
Siswi ini terus diam, dan tidak juga menatapku. Ia terus menatap bukunya, terlihat membaca rangkai demi rangkai kata.
"Bagaimana kalau kita pergi salon hari ini?" Aku merutuki diriku selepas mengatakannya. Lihat saja rambutnya yang halus, dia bahkan seperti mendapat perawatan setiap hari.
Namun, aku tidak pernah menyerah mengajaknya berbincang setiap hari walau tanpa mendapat sahutan. Dia tampak seperti orang tunawicara kalau tidak tahu kepribadiannya.
"Kalau belum, jangan lupa sarapan ya!" Aku berdiri dari kursi yang sempat kududuki sebentar, kurasa tanganku tertahan.
"Kenapa kau tidak berbicara padaku semalam?" Dia mendongakkan kepala, bertanya padaku.
Hah? Apa yang ia tanyakan? Dia mencariku? Dia merindukanku yang usil?
"Ahhh, kemarin itu aku sedang ada urusan dengan Hueningkai." Jawabku menjelaskan. Menurunkan tanganku, kemudian lanjut membaca buku.
Dia kembali bersikap tidak peduli. Apa maunya?
Aku berjalan menuju kursi, meletakkan tas kemudian duduk. Hueningkai kelihatan baru datang, dia membawa globe dan menaruhnya diatas meja guru.
"Hei Kai!" Aku menyapanya. Dia menoleh, lalu mengangkat alis. Kemudian aku bangkit dari kursi dan menghampirinya.
"Ke kafe pulang sekolah ini?"
Dia bergumam, kelihatan berfikir. Sehabis itu ia tersenyum,
"Oke. Kau yang traktir!"
"—O..oke!" Aku tidak tahu harus menanggapi seperti apa, Haish! Mengapa aku sangat bodoh hari ini!?
Dehaman seorang guru membuatku segera kalang kabut menuju kursi. Bu Sowon masuk ke dalam ruang kelas sambil menyapa dan tersenyum.
"Selamat pagi semua!"
"Pagii!!"
Dia guru terfavoritku di sekolah Hybe. Aku suka dia karena kepribadiannya yang bagus dan bisa mengerti bagaimana karakter tiap-tiap murid.
Bu Sowon pernah mengajariku untuk tidak perlu malu menunjukkan karya sastraku ke khalayak. Dia,— mengajarkan segalanya.
Catatan yang kutulis pun, sebab karena mendapat inspirasi darinya.
"Kau bisa menulis tentang apa yang kau ingin ceritakan, impikan, pada sebuah catatan. Itu menurutku lebih bagus daripada kau harus bercerita pada orang lain."
'✩
(Ngejelasinnya disini ya. jadi gini, mungkin kalian merasa ini keluar daripada topik, maksudnya—ini mah kayak condong ke cerita cinta Ery ma Kai. Padahal enggak, sengaja saya bikin alurnya jadi kayak lambat gitu. Saya harus jelasin pelan-pelan karakter Ery kaya gimana, Kai kaya apa, karena mengenal seseorang mah gak bisa dalam waktu singkat. Kalau bisa, MASA SIH?)(Nah yang ini baru oot, temen-temen kalau sayang ma saya dan book saya ((supaya saya gak ada niat buat unpub ni cerita)) sabi kali sambil votement. Hehehehehehheh3hehe)
#mengrelain up pdhl mau pas
#biasa lagi stress
KAMU SEDANG MEMBACA
17 Sheet.
Casuale"Dia meninggalkanku, juga catatannya." Hueningkai from TXT ft. OC →Including mental illness, depression, drugs. Please take care urself carefully⚠