Hai, lagi-lagi kau terus dan selalu bertemu denganku.
Kau tahu? Rupanya pilihanku untuk tidak datang ke pesta yang diadakan Jiyoon memang tepat. Hari ini ada sedikit insiden yang terjadi padaku sebelum pergi ke sekolah, dua orang selaku rentenir mendatangi rumahku.
"Mana ayahmu?"
Sambil berkata ia berkacak pinggang, kelihatan marah. Lalu melirik isi rumahku, jadi kuputuskan untuk menutup pintu. Aku menahan emosi, pantas saja ayahku pergi pagi-pagi. Dia berkata padaku kalau ingin bertemu dengan temannya.
Kurasa itu bohong. Ayahku hanya ingin menghindari para penagih hutang ini.
Lalu aku berkata pada dua orang tadi bahwa ayahku tidak ada di rumah. Mereka marah-marah, menendang satu vas bunga depan rumahku hingga pecah.
Rentenir kan memang begitu ya?
Aku sedikit terkejut, lalu mencoba menyabarkan mereka. Seperti menunggu dalam beberapa hari lagi. Sungguh, aku hanya seorang anak sekolah menengah atas yang terjebak di antara permasalahan orang dewasa.
Kira-kira, kalau kau jadi aku, apa yang akan kau lakukan? kabur? mencoba menjelaskan? diam saja? —ada opsi lain?
"Kalian bisa kembali datang besok-besok. Ku jamin ayahku pasti ada di rumah."
Aku tidak mau telat masuk sekolah. Sungguh, tidak mau. Salah seorang kemudian tertawa, lalu memegang pundakku sembarangan.
"Tunggu, kau sekolah di hybe?"
Harusnya, aku mengenakan hoodieku sebelum keluar dari rumah pagi ini. Pria itu tersenyum miring, aku tahu apa yang ia pikirkan.
Selanjutnya, dia meminta aku untuk membayar beberapa dari hutang ayahku. Katanya, sekolahku itu termasuk jajaran murid dengan uang saku yang lumayan tinggi. Kuputuskan untuk membayarnya sedikit, dengan uang yang selalu diberi ibuku. Tidak ada salahnya, dia tetaplah ayahku, dan aku tetap bersimpati padanya. Tapi entahlah, dia kasihan padaku atau tidak.
Jadi, pagi tadi aku sudah mengeluarkan banyak emosiku. Salah satunya juga ke Hueningkai. Sepanjang hari ini, dia tak menyapa ataupun mau diajak berbincang. Mungkinkah dia marah dengan hal yang kulakukan padanya?
Ah, ayahku tidak jahat. Dia tidak pernah bermain dengan perempuan manapun selain ibu. Dia amat setia, sayangnya kesetiaan bukanlah hal yang utama dari sebuah hubungan. Semuanya akan terganti oleh yang lebih mumpuni.
Kekurangannya, dia tidak punya materi setara dengan yang ibu dapat dari kerjanya di sebuah perusahaan. Lumayan menyakitkan. Tetapi yang kutahu, dia tetap mencintai ibu.
Pernah kulihat sekali setelah ibuku pulang dari bar, dia menggotong ibu menuju kamar. Walau sebelum itu, ibuku juga memberitahunya kalau sedang menjalin hubungan dengan pria lain.
Mungkin kau akan menebak jika itu karena ibuku ber-uang. Tidak, tidak, selepas mereka saling bertengkar, ibuku tidak lagi menafkahinya. Ia makan dan minum dengan uang yang ia peroleh dari hasil berdagang tteokbokki.
Tidak ada alasan untuk membenci ayahku. —Atau mungkin belum?
Sampai nanti!
ERY, 07-05-2020

KAMU SEDANG MEMBACA
17 Sheet.
Random"Dia meninggalkanku, juga catatannya." Hueningkai from TXT ft. OC →Including mental illness, depression, drugs. Please take care urself carefully⚠