Bagian 1

805 133 18
                                    

Hei kerinduan,

Apakah adil jika hanya sebelah pihak yang merasakan?

Sedangkan luka yang kau berikan hanya dirasakan oleh diriku?

Hei luka hati,

Apakah sama rasanya jika aku tidak mencintainya sejak awal?

Bila aku memilih tidak mengenalnya, apakah luka ini masih ku rasakan?

Musim panas hampir berakhir, beberapa orang mulai mengumpulkan makanannya untuk musim dingin yang sebentar lagi akan mulai menyanggahi wilayah mereka.

Bunga Leviance mulai menguncup tanda tak ingin menampakkan keindahannya.

Gadis itu masih berbaring di tanah lapang sembari menghirup rumpun bunga, menatap para pedagang yang mulai lalu lalang di jalanan kota kecil.

"Hei! Kau terlalu serius dengan keadaan tahu?" Seorang laki-laki mencoba menggoda gadis itu.

"Soobin?! Ya... Kau benar, aku terlalu mencintai banyak hal di dunia."

Soobin, pria yang dipanggil itu hanya tersenyum sedikit. Melangkahkan kakinya ke arah gadis itu sambil membaringkan tubuhnya.

"Dunia tidak seindah dirimu, kau lebih cantik dari dunia ini Arin."

Gadis itu terkekeh pelan, "andai kita hidup di kerajaan Floxins... Mungkin kita akan mati."

"Mengapa demikian?" Tanya Soobin.

"Karena aku memanggil nama keduamu."

Soobin dan Arin tinggal di negara bagian Theradian, negara mereka tidak memiliki aturan seperti negara Floxins. Nama kedua justru lebih sering digunakan di negara ini, nama pertama hanyalah nama kesopanan. Jika kau belum mengenal seseorang dengan akrab maka kau hanya boleh memanggilnya dengan nama pertamanya.

"Tapi aku juga tidak pernah mendengar nama keduamu... Siapa nama pertamamu bin?" Tanya Arin.

Soobin tersenyum lembut, "rahasia."

Mereka tertawa lepas, berusaha menyingkirkan segala perasaan ketakutan yang melanda mereka.

"Aku benci kemiskinan..."

Soobin menatap Arin, "negara ini membuat siapapun yang miskin menjadi seperti budak."

"Kita tidak boleh mencampuri urusan seperti itu, apapun keadaannya jika Theradian tidak membuat kita saling kelaparan mengapa kita harus menggigit mereka?"

"Kita bukan anjing Soobin."

"Tapi itulah perumpamaan kita."

"Lagipula kau tidak terlahir miskin sepertiku Arin... Darimananya kau benci kemiskinan jika kau sendiri saja tidak pernah merasakan perut keroncong karena lapar?" Sambung Soobin.

"Aku tidak mau menikah bin... Aku tidak mau menikah untuk status sosial. Aku ingin tetap menjadi Arin yang kau kenal, apa menurutmu aku bisa melakukannya?" Tanya Arin menatap Soobin dengan tatapan teduhnya.

"Aku tidak tahu." Soobin hanya bisa menjawabnya dengan ucapan itu. Dia benar-benar tidak bisa mengetahui apa yang akan terjadi kepada mereka berdua.

"Apa kau akan membenciku jika aku menikah bukan denganmu?"

"Ya."

"Dengarkan aku, semuanya salah... Seseorang sepertimu tidak pantas mendapatkan seseorang yang miskin sepertiku. Arin, kau pantas mendapatkan hal yang lebih baik." Soobin berusaha meyakinkan Arin.

"Tapi ucapkanlah perpisahan itu dengan cara yang baik-baik." Sambung Soobin.

"Apa kau mencintaiku?" Arin bertanya kepadanya.

Grey Marriage-END (Soojun)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang