10. End.

31 3 0
                                    

Desember, 2014.

Aku sedang berlari di lorong rumah sakit. Dengan raut wajah khawatir dan kondisi tubuh kelelahan. Penampilan yang sangat memprihatinkan.

Sudah larut malam saat ini. Aku mendapat kabar bahwa Jihyo tengah di operasi karena kondisinya tiba-tiba drop parah.

Saat mendapat kabar, aku sedang menuju merebahkan diriku di atas king size yang ada di kamarku setelah sekolah seharian dan belajar di perpustakaan. Aku bahkan belom sempat membersihkan diriku.

Jihyo. Semoga kau tak apa.

Tanpa kusadari air mata sudah membasahi pipiku.

Saat sampai di depan ruang operasi, aku mendapati kedua orang tua Jihyo dan Ryujin, adik kandungnya tengah menangis tersedu cemas akan keadaan salah satu anggota keluarganya.

"Ryujin, bagaimana keadaan Jihyo?"
Aku memegang kedua bahu Ryujin, mengangkat kepalanya.

"Kak Jihyo-- hiks..." Ia terisak tak dapat berbicara dengan jelas. "Kak Jihyo sedang sekarat kak." Katanya histeris.

Aku tertegun. Tak dapat mencerna dengan baik kondisi saat ini. Aku lemas seperti tak makan selama sebulan penuh.

Tubuhku jatuh begitu saja ke lantai. Aku bersandar kepada dinding rumah sakit. Pandanganku kosong dan pikiranku sudah tak karuan.

Setalah kurang lebih 30 menit menunggu. Dokter yang mendapat tugas mengoperasi Jihyo keluar dengan wajah tertunduk.

"13, Desember 2014 pukul 23.43." Dokter itu menyebutkan tanggal sambil menangis tersedu. "Jihyo, menghembuskan nafas terakhirnya." Lanjutnya seraya menutup mata tak mampu menatap wajah kedua orang tua Jihyo.

HUAAAA....

Suasana menjadi ramai akan tangisan. Tn. Park dan Ny. Park segera menghampiri Jihyo sambil menangis tersedu. Sementara Ryujin menangis disebelahku.

Sebelah tanganku memeluk Ryujin berusaha menenangkannya. Namun, aku tak bisa. Aku sendiripun tak kuat menahan tangis.

Ya Tuhan, apakah tidak bisa kau berikan dia waktu sebentar lagi? Aku belum mengutarakan perasaanku padanya.

Arrgghhhhhh...

Aku berteriak. Memukul lantai sekeras mungkin untuk melampiaskan amarahku.

Jihyo. Maaf. Maaf, aku tak bisa menyelamatkanmu. Maaf aku tak ada disisi mu disaat kau sedang merasa sakit yang teramat sangat.

Snowflake -/- Daniel Jihyo SHORT STORY.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang