4

22 2 0
                                    

Mei, 2013.

Hari-hariku di sekolah terasa membosankan. Sudah seminggu ini Jihyo tidak masuk sekolah karena di rawat di rumah sakit.

Aku tidak tahu pasti apa yang terjadi. Tapi sepertinya sakitnya cukup serius. Aku khawatir, tapi tidak bisa apa-apa.

Mau menjengukpun aku merasa tidak pantas. Siapa aku ini? Aku hanya teman sekelasnya. Tidak lebih.

Tapi aku sudah tidak tahan, aku khawatir. Aku takut terjadi apa-apa pada dirinya.

Sepulang sekolah aku membutuskan untuk menjenguknya.

Kini aku sudah berada di depan ruangan Jihyo di rawat. Aku mengetuk pintu pelan. Kemudian Jihyo menyuruhku masuk.

Aku membuka pintu perlahan kemudian menutupnya.

"Daniel."

Aku menghampirinya dan duduk di sofa yang tersedia di ruangan tersebut.

"Apa kau baik saja?" Tanyaku tanpa basa-basi.

"Ahh, aku--" Dia berusaha bangun mendudukan tubuhnya.

"Tidak usah memaksakan. Istirahat saja." Aku kembali merebahkan dirinya seperti semula.

"Baiklah. Aku baik saja, hanya sedikit kelelahan." Katanya, tapi aku sedikit ragu dengan kata-katanya. Karena kelihatannya dia tidak baik-baik saja. Bibirnya terlihat pucat, dia juga terlihat lemas.

"Syukurlah."

"Ahh, iya." Aku mengeluarkan buku tulis dari tasku. Kemudian memberikannya kepada Jihyo.

"Apa ini?" Jihyo bertanya seraya membuka buku tersebut.

"Itu beberapa buku catatanku. Kau sudah seminggu tidak masuk sekolah. Kau sudah banyak tertinggal pelajaran. Pelajari itu jika sudah pulih nanti." Jelasku.

"Ahh, terima kasih. Kenapa kau sangat baik. Aku beruntung memiliki teman sepertimu." Dia memeluk bukuku. Dia menarik kedua sudut bibirnya membentuk senyuman yang sangat manis.

Teman.

"Tidak usah berlebihan."

"Ohh iya, kemana orang tuamu?" Aku melihat sekeliling mencari orang tua Jihyo.

"Baru saja mereka pulang. Aku menyuruh mereka pulang."

"Kenapa?"

"Sudah seminggu ini mereka merawatku. Aku tidak mau mereka kelelahan. Lagipula kondisiku sudah membaik."

Deg..

Lagi, senyuman manis terpancar dari wajahnya yang ceria. Tubuhnya terlihat sangat lemas, tapi tidak dengan wajahnya. Dia terus berusaha menampilkan kebahagian di dalam wajahnya.

"Kalo begitu, biarkan aku yang menjagamu hari ini."

"Ehh?" Dia tekejut mendengar perkataanku. Apa aku terlalu berlebihan?

"Kenapa?"

"Tidak usah Daniel, aku tidak mau merepotkanmu." Katanya terkekeh.

"Baiklah, kalau begitu biarkan aku di sini sampai jam 8 malam. Setelah itu aku akan pergi. Bagaimana?"

Heuhh...

Jihyo menarik nafas berat.
"Baiklah, sesuka hatimu saja." Katanya pasrah.

Kita menghabiskan waktu bersama dalam beberapa jam. Aku membahas beberapa kejadian yang terjadi di sekolah beberapa hari belakangan.

Aku senang, beberapa kali Jihyo tersenyum bahkan tertawa terbahak bahak mendengar ceritaku.

Selain itu, aku juga menjelaskan pelajaran pelajaran yang Jihyo lewati beberapa hari terakhir.

Selain itu, aku juga menjelaskan pelajaran pelajaran yang Jihyo lewati beberapa hari terakhir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Snowflake -/- Daniel Jihyo SHORT STORY.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang