𝕾𝖊𝖛𝖊𝖓

113 68 25
                                    

Deon POV,


Aku merasakan nyeri pada kepala dan sekujur tubuhku. Rasanya berat, hingga aku tidak bisa menggerakkannya. Bahkan untuk menggerakkan satu jaripun terasa sulit bagiku.

Aku merasakan kehangatan yang langsung penerpa tubuhku. Semakin lama kehangatan ini berubah menjadi panas yang menyengat hingga ku rasakan membakar kulitku.
Perlahan ku coba untuk membuka mata ini, meskipun terasa sangat sulit.

Ketika aku baru akan berhasil membuka mata. Cahaya matahari menerobos penglihatanku dan memaksaku untuk kembali memejamkan mata. Secara reflek aku menggerakkan tanganku untuk menutupi area mata dan wajahku dari sinar matahari.

Melupakan sejenak rasa nyeri pada tubuhku. Ku usap keningku yang basah oleh keringat dengan tanganku. Aku berusaha untuk membuka kembali mataku dan masih dengan tangan yang setia menutupi area mataku.

Aku mencoba kembali membuka mata, tapi penglihatan terlihat agak kabur olehku. Nyeri di dalam kepalaku terasa semakin menjadi. Aku sedikit merilekskan tubuhku dan menenangkan pikiranku. Aku kembali menutup kedua mataku.

Kicauan burung terdengar jelas di telingaku dan sayup-sayup aku mendengar suara air yang mengalir. Baruku sadari jika aku berada tidak jauh dari sungai. Terbaring tak berdaya.

Aku teringat bahwa semalam aku berada di sungai untuk melihat indahnya cahaya kunang-kunang dan berniat untuk pulang.
Di tengah perjalanan aku sedikit menghabiskan waktu untuk menikmati indahnya langit malam yang dipenuhi oleh berjuta bintang.
Tanpa sadar aku menghabiskan waktu yang cukup lama menatap langit malam yang menyuguhkan pemandangan indah itu.

Saat aku meyakinkan diri untuk melangkah pulang.
Justru aku merasakan ada makhluk yang tengah mengintaiku.
Kawanan monster sihir mengepung dan bahkan melayangkan serangan bertubi-tubi kepadaku.
Terjadilah pertempuran yang tidak dapat kuhindari.

Hingga akhirnya aku tak sanggup lagi dan mencoba kabur dari para monster sihir itu.
Dan baru ku sadari, aku melarikan diri berjalan menuju sungai untuk menghindari frog shooter atau monster sihir yang berbentuk katak yang terus saja menyerangku itu.

Sekilas aku teringat saat berhasil mengaktifkan kekuatan penuhku karena berusaha menghindari puluhan serangan mendadak frog shooter.
Jika aku telat sedetik saja mungkin saat itu juga aku sudah bertemu kembali dengan dewa.
Aku tak berhentinya mengungkapkan rasa syukurku, sebagai rasa terimakasihku karena selamat meski sekarang tubuhku terasa benar-benar remuk.

Seulas senyuman tampil di wajahku. Mengingat bahwa akulah yang menjadi pemenang dalam pertarungan semalam. Walaupun sampai sekarang aku belum tau pasti apa penyebab mereka mengintaiku dan bahkan mengeroyokku.

Jika alasan mereka menyerangku karena mereka telah mengakui tempat itu sebagai wilayah mereka dan menjadikanku sebagai penggangu. Tentu saja aku tidak dapat menerimanya. Aku lebih dulu berada di kawasan hutan ini. Bahkan aku yang merawat dan memelihara tumbuhan dan pepohonan di kawasan sini. Harusnya aku yang menjadi penguasa di dalam hutan ini.

**

Author : "Ehem, Deon kau baru saja melebih-lebihkan. Sebelum kau datang pun pepohonan dan tumbuhan di sana sudah tumbuh subur dengan otodidak,"😌

Deon : "Tolong sedikit dimaklumi,"😙

*Brak
Author kehilangan keseimbangan karena menerima ciuman tidak langsung yang dilayangkan oleh Deon.

*Plak
Mon maap akanku sudahi dulu haluku sampai di sini. Sebelum di keroyok ciwi-ciwinya Deon.🤧

Alur Baru Hidupku [DCA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang