inside | 03

173 24 4
                                    

Hari Senin,

Sakura kini sedang mempersiapkan keperluannya untuk sekolah. Tas dan buku pelajaran sesuai yang terpampang di jadwal, seragam sekolah, dan tentunya bekal. Ia membawa roti lapis daging, sama seperti Ino. Malam sebelumnya, Sakura sudah mempelajari materi-materi yang ada di buku. Hebatnya, gadis itu memahami materi dengan cepat dan tidak 'lupa' sedikit pun tentang apa yang 'pernah' dipelajarinya.

Ino dan dirinya berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki. Kini keduanya sudah berada di lorong sekolah.

Wow... batin Sakura.

Sekolah yang besar dan sangat bagus! Semua orang tampak ramah.

Gadis itu berbelok ke arah kelas 11 MIPA 2, ia tahu karena melihat nama kelasnya di buku tulisnya semalam. Sementara Ino, ia berbelok ke kelas 11 MIPA 3.

"Yo, Sakura!"

Ah, itu suara Sai. Sakura tidak tahu bahwa mereka sekelas.

"Ya ..." ia melepas tas dari gendongannya, "Gue boleh duduk di sini?"

Pertanyaan Sakura itu membuat Sai mengernyitkan dahi—untuk kesekian kalinya setelah mereka bertemu waktu itu,

"Lo kan emang duduk di sini?"

Sakura menaikkan kedua alisnya dan mengangguk, "Oh iya. Gapapa mastiin aja, bisa aja 'kan hari ini lo sebangku sama Sasuke."

Ups, Sasuke?

"Pfftt, HAHAHA!" Lelaki sarkastik itu terbahak di bangkunya,

"Lo belom move on atau gimana sih?"

Sakura diam lagi.

"Sakura, dia itu beda sekolah sama kita. Boro-boro mau sebangku, sekelas aja gak mungkin!"

Hah, bodohnya...

Sakura hanya merutuki ucapannya tadi. Ia memilih untuk melempar tas nya dan duduk di bangku yang ada di sebelah milik Sai.

"Ya maap. Gue lupa." Ujar Sakura sekenanya.

---

Meski membawa bekal, saat jam istirahat, ia duduk di kantin. Tentu saja bersama sahabatnya Ino. Tak hanya Ino, di sana juga ada Ten-ten, Temari dan Hinata.

Bicara tentang mereka, sifat mereka pun masih sama. Ten-ten merupakan pendengar yang baik, sesekali menimpali dan ikut mentertawai ucapan Ino. Temari masih seorang gadis yang galak, tapi juga perhatian dan paling dewasa di antara kelimanya. Hinata sendiri masih pendiam, bedanya gadis itu tidak se pemalu Hinata yang ada di dunia shinobi. Hinata yang ini juga menggunakan kata gue-lo.

Semua menjadi riuh ketika sekelompok laki-laki memasuki kantin.

Selawan, Sekelompok Lelaki Menawan.

Ada Sai, si sarkas berkulit pucat,

Shikamaru, si cerdas berambut landak,

Choji, si gempal berhati lembut,

Shino, si misterius,

Neji, si bijak,

dan Kiba, si tukang tebar pesona.

Ah jangan lupakan sosok dengan rambut paling nyentrik, Naruto. Si ... si apa ya? Oh ya, si anak kepala sekolah.

Puluhan siswi yang awalnya fokus dengan makanannya pun kini teralih menatap sekelompok cogan itu.

"Hai, cantik." Kiba mengedipkan satu matanya ke arah Hinata.

Gadis itu tidak menggubrisnya, meski kini semburat merah muncul di wajahnya.

"Geleuh, godain aja terus." Ujar Neji.

Kiba terkekeh, "Sori kakak ipar." Ucapannya itu membuat Neji melotot, sehingga Kiba meminta maaf berulang kali.

"Sai! Ayo duduk sini." Ino menunjuk tempat kosong di sebelahnya. Sai mengangguk dan mengajak rombongannya itu duduk di bangku kantin yang panjang.

"Emang muat?" Shino memastikan.

"Yaelah, kalo gak muat tinggal ambil bangku lain." Ujar Shikamaru.

Kiba yang mendengarnya pun memiliki ide. Ia melangkah ke sekelompok siswi yang duduk di belakany mereka,

"Hai manis, boleh abang pinjem bangkunya?"

Kebanyakan dari mereka tersipu mendengar permintaan Kiba, namun tak sedikit pula yang merasa geli. Mau tidak mau mereka menyerahkan bangku pada Kiba karena dia adalah senior mereka.

"Makin lo centil, makin gak gue restuin." Ujar Neji.

"Jangan gitu dong, Ji," Kiba lalu duduk di bangku 'pinjaman' tadi, "yok yang gak kebagian di sini."

Choji dan Shikamaru yang tidak kebagian tempat duduk pun melangkah mendekat ke arah Kiba.

"Lee mana?" Tanya Tenten.

"Perpus. Mau ngambis geografi." Jawab Sai, disambut anggukan gadis itu.

Sakura kini hanya diam dengan canggung di antara orang-orang yang memiliki percakapannya masing-masing. Ia menyantap roti lapisnya yang sudah hampir habis. Bahkan sampai gigitan terakhir, laki-laki di sampingnya itu tidak mengajaknya bicara.

Ehm. Keduanya berdehem.

"Naruto." Panggil Sakura.

Yang dipanggil hanya melirik sekilas.

"Hei." Panggil gadis itu lagi.

"Ha?" Balas Naruto.

Sakura hanya diam. Ia sendiri bingung ingin bicara apa. Biasanya Naruto-lah yang mencari topik dan mengajaknya bicara. Ia hanya tinggal menyahuti saja.

Namun ini tidak biasanya.

---

INSIDE - a Narusaku Alternate UniverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang