Selamat pagi untuk kalian yang membaca di pagi hari
Selamat siang untuk kalian yang membaca di siang hari
Selamat sore untuk kalian yang membaca di sore hari
Selamat malam untuk kalian yang membaca di malam hari🍁 HAPPY READING🍁
"Mulut mu mungkin mengatakan kalau kamu sudah melupakannya. Namun hatimu selalu berkata bahwa dialah segalanya."
Setelah pertemuannya kemarin dengan Rangga, Lia menjadi sedikit canggung kala berpapasan dengan Rangga di kampus. Lia merasa sedikit tidak enak hati untuk menyapa dosen yang satu itu entah karena apa.
Rangga sendiri juga tidak ada sedikitpun usaha untuk sekedar basa-basi dengan Lia. Ketika berpapasan, Rangga hanya berjalan santai seperti biasa tanpa sedikitpun melirik Lia.
Kesal tapi tidak tahu harus berbuat apa. Jadi, Lia hanya bisa menahan segala yang dia rasakan.
Lia melihat Farid yang berjalan mendekat dari arah yang berlawanan dengan dirinya. Farid melambaikan tangannya, tapi Lia menengok ke belakang terlebih dulu untuk memastikan bahwa dirinya yang Farid sapa.
Lia tersenyum seraya melambaikan tangannya juga. "Hai, Kak."
"Hai. Kenapa tadi liat ke belakang dulu?" tanya Farid sedikit menahan tawanya.
"O-ohh, itu ... aku takut aja Kak Farid nyapa orang di belakang aku," ucap Lia sambil tersenyum kecut.
Farid tertawa pelan. "Ya, enggak lah. Saya jarang melambaikan tangan ke orang lain, lebih sering langsung panggil namanya. Cuma orang yang udah saya anggap penting aja, seperti kamu contohnya," ujar Farid malu-malu, menjijikkan sampai membuat Lia merasa tidak senang.
"O-ohh... gitu, ya? Ya udah, kalo gitu aku duluan ya, Kak. Bye!" Lia langsung pergi dengan sedikit berlari meninggalkan Farid.
Lia langsung paham maksud dari perkataan Farid yang berkata untuk orang yang dia anggap penting. Lia sangat paham bahwa secara tidak langsung Farid mengungkapkan kata-kata cintanya kepada Lia.
Alasan Lia sendiri kenapa dia langsung pergi meninggalkan Farid, adalah karena Farid berkata seperti itu dengan malu-malu. Lia merasa kalau sebagai seorang cowok Farid sangat tidak dibolehkan bersikap seperti itu, apalagi jika ingin menyampaikan perasaannya.
Tapi, berhubung Farid adalah Kakak seniornya di kampus, jadi Lia tidak langsung menghantam wajah Farid dengan telapak tangannya alias menamparnya.
Bukannya tidak suka dengan Farid, menurutnya siapa sih yang gak suka sama cowok yang pintar, rajin, dan juga ganteng. Lia suka dengan Farid, tapi suka dalam artian bahwa Farid itu seorang senior yang baik dan banyak membantu.
Untuk ke hubungan seperti pacaran, Lia rasa hatinya masih milik Rangga dan sepertinya sampai kapanpun akan tetap seperti itu. Yaa, walaupun Lia sendiri juga berniat untuk melupakan Rangga.
Lia berjalan dengan santai menuju kelasnya, pagi ini Lia memutuskan untuk tidak ke kantin lebih dulu seperti biasanya. Malas dan juga dia ingin waktu sendiri lebih banyak, meskipun sangat sulit karena banyak yang menyapanya di setiap langkah kakinya.
Sampai di ruang kelas, Lia mengeluarkan buku pelajaran yang akan dipelajari kemudian membacanya. Lia benar-benar merasa tidak mood untuk melakukan kegiatan lainnya padahal pagi ini dia tidak salah sarapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketua Osis 2
Teen FictionSeri ke-2 dari Ketua Osis❤️ Disarankan untuk membaca bagian pertama lebih dulu agar tidak bingung❗❗❗ Jangan lupa vote, kritik dan saran, share juga yaaa Jangan lupa follow author okeew