Bagian Tujuh Belas - KO2

159 17 5
                                    

Aduh guys... Maaf ke maleman ya, soalnya siang tadi ga sempet nulis (karena tidur hehe)
Maaf juga untuk part ini kurang panjang (karena ngejar waktu+janji hehe)
Maaf juga kalo bikin kalian kaget waktu baca nanti (karena udah alurnya hehe)
Jadi, buat Minggu depan aku izin libur dulu ya alias ga update dulu karena Minggu ini udah 2

Oke deh...  HAPPY READING ❤️❤️❤️


















































"Kak ... maaf sebelumnya. Ta-tadi aku udah izin sama Ibu buat keluar nanti malem dan boleh asal jangan lama-lama. Oke, aku tunggu ya."

Lia langsung mematikan teleponnya setelah sambungan telepon terputus. Raut wajah yang penuh sesal tampak jelas di wajah Lia. Lia yang tidak memiliki jalan lain selain menghindari Rangga, terpaksa menjadikan Farid sebagai tempat pelarian.


Lia merasa untuk saat ini dirinya begitu brengsek karena melakukan hal seperti ini kepada pria yang begitu baik kepadanya. Tapi untuk sekarang ini, Lia benar-benar tidak punya cara untuk menghindari Rangga.

Batinnya sudah cukup tersiksa karena selalu menahan segala emosi yang ada dalam dirinya untuk pria itu. Lia tidak bisa melampiaskan emosinya di kampus, itu hanya akan membuat malu dirinya sendiri.

Jadi, Lia terpaksa berlari sementara ke arah Farid. Hanya sementara, hanya untuk beberapa waktu saja sampai Lia berani untuk meluapkan segala uneg-unegnya kepada Rangga.

Pukul tujuh malam, Lia sudah duduk di kursi depan rumahnya untuk menunggu kedatangan Farid. Lia meminta Farid untuk datang lebih cepat, dia tidak ingin Rangga datang lebih dulu yang akan merusak segalanya.

Rangga bilang ke Lia jika ia akan datang setengah delapan, oleh karena itu Lia meminta Farid datang lebih cepat.

Tapi, sekarang sudah lima belas menit sebelum waktu yang ditentukan oleh Rangga tiba. Farid belum juga memunculkan batang hidungnya.

Lia bergerak mondar-mandir karena gelisah menunggu Farid yang tak kunjung datang, matanya juga terus bolak-balik melihat ke jam tangan.

Lia mendengar suara mesin mobil yang berhenti tepat di depan gerbang rumahnya. Perlahan, Lia bergerak mendekat ke gerbang dan memastikan mobil siapa yang datang.

Lia mengintip lewat celah-celah gerbang, kemudian bernafas lega setelah melihat mobil yang datang adalah mobil milik Farid.

Lia langsung keluar untuk menyambut kedatangan Farid –meskipun terpaksa– dengan sebuah senyuman manis yang membuat dirinya terlihat sangat menawan.

Lia langsung masuk ke mobil Farid saat cowok itu ingin turun untuk membukakan pintu mobil untuknya.

"Jalan sekarang, kak," pinta Lia sesaat setelah duduk.

"Eh? Buru-buru banget, kamu habis ini ada acara lagi?" Farid bingung dengan sikap Lia yang tidak biasa pada malam ini.

"Enggak ada, udah sekarang jalan aja dulu. Cepet!" perintah Lia sedikit memaksa, nada bicaranya juga sedikit tinggi sehingga membuat Farid terkejut.

Namun, Farid tidak berkomentar apa-apa. Dia hanya menuruti keinginan Lia untuk segera menjalankan mobilnya.

Setelah mobil berjalan, Lia justru menjadi diam seribu bahasa. Farid merasakan kecanggungan yang begitu besar sedang terjadi antara dirinya dengan Lia.

"Anu... Lia ... kamu udah makan malam? Kita makan dulu ya, setelah itu terserah kamu mau kemana," ujar Farid berusaha mencairkan suasana, Lia hanya diam dengan tatapan kosong.

Ketua Osis 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang