06 - Badai

3K 420 96
                                    

Sebelum baca, aku mau bilang kalau chap ini panjangnya sekitar 3.1k words dengam porsi narasi yang lebih banyak dari dialog. Angst, mengandung adegan misscarriage. Kalau kalian ngerasa ini triggering, tolong skip, okay?

-ˋˏ ༻❁༺ ˎˊ-


Sebagai pasangan yang mengabdikan diri di rumah, Asahi juga bekerja sebagai software engineer di salah satu perusahaan di luar negeri yang bergerak di bidang automasi. Secara remote, ya, pekerjaannya ia lakukan di rumah dengan jam yang fleksibel setiap harinya. Namun kendati demikian, bisa dibilang pekerjaannya cukup rumit. Berpikir, mencari algoritma paling baik untuk menyelesaikan masalah, itu pekerjaan sehari-hari Asahi. Belum lagi ia masih harus mengurus rumah, memastikan segala kebutuhan keluarganya tersedia. Kendati demikian, Asahi cukup menikmati segala rutinitas yang ia miliki.

Sejak sekitar satu bulan yang lalu, Asahi agaknya kewalahan. Ia terlibat dalam satu proyek besar dengan tenggat waktu singkat. Semua orang yang terlibat harus bekerja ekstra keras, tak terkecuali Asahi. Menulis barisan kode, meeting untuk brainstorming dengan rekan setimnya, meeting evaluasi, dan banyak lagi. Sebulan ini ia benar-benar kewalahan.

"Sayang, tidur yuk!" Ajak Jaehyuk seraya membelai lembut kepala pria yang sebulan lebih muda itu. Sekarang sudah pukul 2 dini hari. Jaehyuk bahkan tadi sudah sempat tertidur. Terbangun tatkala tidak mendapati Asahi berbaring, melainkan masih duduk di atas kasur dengan meja lipat dan laptopnya.

"Aku harus selesaiin ini, Jae." Jawab Asahi. Ia masih terus berusaha berpikir bagaimana cara menyelesaikan task-nya kali ini. Ia mencoba menulis berbagai deretan kode yang terlintas di kepalanya.

"Iya, aku tahu. Tapi kamu sebulanan ini sering begadang, lho. Nggak baik buat Bubu. Bubu juga pengen istirahat. Kamu inget yang Dokter Yoshi bilang waktu check up kemarin?"

Asahi menghentikan kegiatannya. Ah ya, Dokter Yoshi bilang kandungan Asahi lemah. Ditambah lagi usia Asahi yang tidak lagi muda dan berat badannya yang tergolong underweight membuat dokter tersebut semakin mewanti-wanti Asahi. Meski sang dokter sudah meresepkan obat penguat kandungan, tapi tetap saja harus dibarengi dengan makan makanan cukup nutrisi, tidak terlalu lelah dan tidak terlalu stress. Hal yang sebulanan ini ia langgar.

Asahi jarang makan siang karena terlalu larut dengan pekerjaannya. Kalau pun makan biasanya hanya sekeping atau dua keping biskuit susu kesukaan Junghwan. Padahal jelas-jelas Dokter Yoshi sudah mewanti Asahi untuk menaikkan berat badan. Ia juga kelelahan ditambah fakta bahwa ia sering begadang. Tapi mau bagaimana? Deadline project ini sudah sangat dekat. Rekan satu timnya tak bisa berleha-leha. Ia pun juga tidak bisa berleha-leha.

"Tidur, okay? Bubu dan Papanya harus tidur. Kamu udah capek, memaksakan diri nggak bakal menghasilkan apa-apa. Dilanjut besok ya, pas kamu udah fresh lagi."

Ada jeda cukup lama untuk Asahi berpikir. Tapi akhirnya pria kecil itu mengangguk juga. Ia pun memutuskan untuk mematikan laptopnya. Jaehyuk membantunya untuk melipat meja dan menyimpan laptopnya di samping ranjang. Bisa dirapikan besok, pikirnya. Ia pun mengajak Asahi berbaring, membungkus pria kecil itu dengan pelukannya. Ditambah dengan usapan di bahu, Jaehyuk pun membawa Asahi masuk dalam tidurnya.

-ˋˏ ༻❁༺ ˎˊ-


Esoknya Asahi terbangun dengan rasa bersalah yang kentara di wajahnya. Bagaimana tidak? Ia bangun kesiangan. Begitu bangun ia mendapati Jaehyuk tengah sibuk menyiapkan bekal untuknya sendiri dan anak-anak. Sederhana, telur ceplok dan tumis sayur. Asahi juga bisa mendengar suara air di kamar mandi, yang berarti anak-anaknya juga sudah bangun. Asahi mendesah lega. Ia berjalan menghampiri Jaehyuk dan memeluk pria itu dari belakang.

Home Number 67 - JaesahiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang