Mingyu's POV (2)

358 32 0
                                    

Hitam dan kosong, hanya itu yang tertangkap oleh netraku. Aku berdiri di tengah sebuah ruangan besar. Begitu besar hingga aku tidak bisa melihat sudut ruangannya. Udaranya begitu dingin seakan menusuk permukaan kulitku. Kusapukan pandangan ke seluruh ruangan yang seperti tak bertembok itu. Hingga netraku menangkap sesuatu yang bukan berwarna hitam. Sesuatu itu perlahan mengarah padaku yang masih saja bergeming. Sesuatu itu semakin besar wujudnya kala berhenti 2 langkah kira kira di depanku. Sesuatu itu ternyata sebuah pintu, pintu berwarna coklat tua dengan nomor 809 tertulis di atasnya. Pintu yang aku kenal betul ruangan apa dibaliknya. 

Pintu itu adalah pintu apartemen Chaeyeon

Bagiku, pintu itu seperti pintu kemana saja milik doraemon. Jika pintu milik doraemon bisa membawa siapapun yang melewatinya pergi kemana saja sesuka hati, maka pintu 809 itu bisa membawaku ke berbagai macam perasaan yang tidak pernah kuduga sebelumnya. Setiap kali aku melewatinya, aku tidak pernah tahu perasaan seperti apa yang pada akhirnya aku rasakan.

Bisa bahagia, bisa haru, bisa sedih, bisa kecewa, bahkan marah

Seperti bagaimana perasaan bahagia yang seharusnya kami rasakan saat perayaan hari jadi kami yang ke 6. Namun perayaan itu berubah menjadi pertengkaran hebat karena pesan percakapan mesra Chaeyeon dengan lelaki lain terpergok oleh ku

Atau bagaimana momen berkabung saat kakekku meninggal menjadi momen yang menenangkan kala Chaeyeon menghiburku

Hingga bagaimana satu bulan lalu, aku yang seharusnya bahagia akhirnya bisa bertemu dengan Chaeyeon setelah konser tur yang panjang bersama SVT, berubah menjadi kecewa yang amat dalam.

Niat hati memberikan kejutan untuk kekasihku itu, berangan dia menyambut ku dengan wajah terkejut kemudian berhambur ke arahku sembari memberikan pelukan hangat dan hujan ciuman rindu. Justru yang kutemui adalah tubuh polos Chaeyeon sedang membelakangi seorang laki laki yang nikmat menggahinya. 

Suara lenguhan Chaeyeon menyebut nama lelaki itu membuatku ingin mengiris kupingku sendiri

"Ssshsh...ahhh....faster Chris... aaahhh....your dick is so fucking good"

"Oh really? uughh... shitt Chae, who's better... mine or Mingyu's", riuh tubuh mereka saat bertemu satu sama lain

"Ahh..Fuck Chris...ungghh jang..hann..dipelanin... arggh bajing...ngaan"

"Answer me babe... Then I'll ride you faster honey, Come on Answer me" 

Bisik lelaki itu dikuping wanitaku

"Kamu, Christian Yuu, your dick is so fucking good.. ple...se ahhh.. ungghh fasterr baby"

Senyuman puas tercipta di wajah lelaki itu, merasa superior

"Your Word is my command babe", dan selanjutnya lelaki itu mengencangkan gerakan pinggulnya memburu puncak kenikmatan bersama kekasihku. 

Kepalaku berputar hebat menyaksikan adegan yang tersaji di depanku.

Bagaimana wanita yang begitu aku cintai bercumbu dengan lelaki lain. Alih alih memisahkan pagutan dua manusia itu, aku justru berjalan mundur, berlari menjauh meninggalkan ruangan itu, meninggalkan semua kenyataan.

Aku berlari tapi entah kemana. Karena hanya gelap yang bisa aku lihat. Dari lama waktuku melangkahkan kaki, seharusnya sudah panjang jarak yang aku tempuh. Tapi sepertinya aku hanya berjalan di tempat, dengan aku masih memunggungi pintu 809 itu

Dadaku terasa sesak, begitu kegelapan seakan perlahan menelanku. Aku sungguh ingin keluar dari apapun nama tempat ini. 

Hingga satu suara bergema. Suara yang begitu aku kenal selama 20 tahun terakhir. 

Sandiwara (Meanie/Minwon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang