Give Up

354 25 0
                                    

Riuh suara klakson ditambah dengan beberapa umpatan frustasi dari belakang kemudi lain semakin menambah warna kemacetan sore itu. Kegaduhan di luar sana sama riuh nya dengan pikiran Wonwoo yang kini sudah berada dalam mobil yang dikemudikan oleh Jihoon menuju kediamannya. Sekitar satu jam yang lalu, Jihoon memasuki ruangan tempat Wonwoo menghabiskan cairan dari botol infusnya dengan wajah penuh kekhawatiran. Wonwoo sebagai sumber penyebabnya hanya tersenyum memamerkan deretan gigi putih diantara wajah pucatnya.

Jihoon itu tsundere , begitu kata banyak orang. Wonwoo pun menyetujui sifat sahabatnya itu. Jihoon memang terlihat cuek dan tidak peduli dengan sekitarnya. Namun sesungguhnya dia pribadi yang perhatian, terlebih jika menyangkut orang yang ia kasihi.

"Sampai kapan diem? ini aku udah mirip driver grabcar loh Won, yang kamu ajak ngomong nanti kalau udah mau turun. Mending kamu tadi pesen grab aja deh yah"

"Emang kamu tega?"

"Yang enggak lah, kalo aku tega ngapain repot repot aku langsung kesini masih pake daster gini"

Wonwoo tertawa melihat sahabatnya yang sedang bersungut-sungut.

"Won, aku tahu kamu khawatir dengan kondisi Mingyu. Tapi Mingyu kan udah stabil, udah dipindahin ke ruang rawat biasa, dan udah ada Seokmin yang jagain. Sekarang gantian yah kamu khawatirin diri sendiri sama bayi kamu"

Jihoon hafal betul bagaimana watak sahabatnya sedari kecil itu. Wonwoo si baik hati, Wonwoo yang selalu mengutamakan orang lain daripada dirinya sendiri. Wonwoo yang selalu berusaha menyembuhkan Mingyu, hingga lupa akan lukanya sendiri.

"Kayaknya mereka balikan Ji"

"Hah? Siapa?"

"Mingyu... sama Chaeyeon. Aku lihat mereka pelukan tadi di ruangan Mingyu"

Jihoon tanpa sengaja menginjak pedal rem terlalu dalam. Beruntung mobil sedang berjalan dengan kecepatan rendah diantara kemacetan yang mengular.

"Sorry Won", ujar Jihoon panik menatap sosok disampingnya yang sedang merangkul perutnya

"Setelah kejadian tadi, aku ragu Ji buat cerita ke Mingyu tentang anak ini. Aku takut Mingyu terbebani. Aku nyerah aja kali ya ji?"

"Ngomong apa sih Won. Awas aja ya kamu mikir aneh aneh buat nyakitin anak kalian"

"Nggak Ji, bukan itu maksud aku. Aku gak ada niatan sama sekali untuk nyakitin anak dalam kandunganku. Justru aku mau melindungi dia. Rasanya sekeras apapun aku berusaha, tetap bukan aku di hati Mingyu Ji. Aku aja gak pernah ada tempat disana, apalagi anak ini? Aku takut Mingyu gak mau mengakui anak ini Ji"

"Gila aja dia gak mau mengakui anaknya sendiri. Aku orang pertama yang bakal nonjok Kim Mingyu kalau itu beneran terjadi. Kita tahu kalau pernikahan kalian itu abnormal. Tapi kalau sampai Mingyu gak ngakui anaknya sendiri, itu udah keterlaluan banget Won. Lagi pula kamu gak segila itu kan having sex dengan orang lain selain Mingyu yang bisa bikin dia ragu itu anak kalian?"

Wonwoo menggeleng keras, terkejut mendengar pertanyaan Jihoon.

"Yasudah, toh kalian ngelakuinnya juga dengan consent, iyakan?"
Kali ini Wonwoo menunduk terdiam. Ujung rok selututnya sudah kusut oleh remasan jari tangannya.

"Won kok diem sih, jawab dong"
Nada Jihoon meninggi menuntut respon dari lawan bicaranya, namun Wonwoo tetap bergeming.

"Won jangan bilang ya kalau kalian ngelakuinnya tanpa consent?"
Pertahanan Wonwoo runtuh. Air mata yang ia tahan sedari depan ruang rawat Mingyu tadi kini jatuh membentuk titik-titik basah pada rok biru mudanya.

"Brengsek, Kim Mingyu", umpat Jihoon sembari memukul kemudinya dengan frustasi.

.............................

Sandiwara (Meanie/Minwon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang