Sebulan berlalu semenjak tragedi Mingyu dilarikan ke rumah sakit. Dan selama itu pula perlakukan Mingyu kepadaku menjadi berubah. Aku cukup peka untuk tahu Mingyu menjadi semakin hangat belakangan ini. Tidak ada lagi tatapan dingin, bahkan yang lebih mengejutkan, tidak ada lagi nama Chaeyeon di sela tidur malamya. Aku berpikir treatment Mingyu bersama spikiater lah penyebabnya.
Pasca keluar dari rumah sakit, ayah Kim meminta ayah ku menunjuk psikiater terbaik dari rumah sakit ayah untuk memberikan perawatan kepada Mingyu. Meskipun Mingyu bersikeras kejadian satu bulan lalu adalah yang terakhir, namun ayah Kim tetap tidak mau mengambil resiko.
Untuk saat ini apapun itu penyebabnya, aku bahagia dengan keadaan kami saat ini.
.......................................
Pooh bear kini memasuki usia 14 minggu, little Kim dalam rahimku.
Aku suka mengajaknya bicara, jadi aku memberinya nama. Karakter disney berupa beruang berwarna kuning itu selalu mengingatkanku pada Mingyu. Pikirku, aku mungkin tidak bisa memiliki hatinya, namun paling tidak aku memiliki buah hatinya.Mingyu belum tahu tentang Pooh bear, sedangkan aku semakin kesulitan menutupi perutku yang semakin membesar.
Belum terpikir oleh ku narasi yang tepat untuk aku ungkapkan kepada Mingyu tentang Pooh bear. Skenario terburuk bahwa Mingyu tidak ingin menerimanya masih menjadi momok dalam pikiranku. Alih-alih menghabiskan waktu memikirkanya, aku putuskan untuk membuat skenarioku sendiri.
................................
"Hari ini ketemu dengan dr. Rowoon lagi Gyu?"
"Iya, jam 10 aku ke rumah sakit", Jawab Mingyu dari depan wastafel dengan cucian piring ditangannya.
"Kamu mau ikut", ucapnya kembali sembari menengok ke arahku yang sedang mengelap meja makan membersihkan sisa sarapan kami.
"Enggak deh gyu, ntar ada yang lihat kita lagi kalau berdua"
Terpulas senyum di wajah Mingyu, memaklumi.
................................
"Jemput aku setengah 12"
"Dia tahu?", jawab seseorang diujung lain sambungan.
"Belum, dia ke rumah sakit jam 10, aku sudah menghitung perkiraan waktunya"
"Oke, bagaimana Pooh bear?"
"Sepertinya dia kangen kamu, kangen kamu jajanin"
"hahaha sabar yah Pooh bear", renyah tawa lelaki diujung sana.
"kalau ibunya bagaimana? Sudah kangen belum?", lanjutnya, dan aku hanya bisa memulas senyum di ujung sini.
............................
Tepat pukul setengah 12, sebuah mobil SUV memasuki pekarangan rumah. Aku bergegas menuju kursi samping kemudi, mengingat matahari yang begitu terik.
"Hei hati hati jangan lari", ucap lelaki dibalik kemudi
"Panas banget Seok, kayak simulasi neraka", keluhku sesaat setelah mendudukan diri disampingnya.
Seokmin hanya bisa menggeleng menanggapi ocehanku."Seatbelt?"
"Sudah"
"Oke, Pooh bear pegangan ya, kita ngebut"
"Ihh nggak, siapa suruh ngebut. Pelan pelan aja"
"Ga jadi Pooh bear, ibu maunya pelan pelan, biar lama-lama sama om kayaknya"
"Hadeh..buruan. Keburu Mingyu balik"
"Duhhh... Susah banget Pooh bear kalau sembunyi-sembunyi gini", protesnya dengan muka sedih yang dia buat.
"Seokmin...."
"Heheh iya ini berangkat ibu cantik"
..............................
Lorong di depan ruang praktek dr.Jeonghan yang juga berfungsi sebagai ruang tunggu terlihat cukup lengang. Hanya ada satu antrian, sepasang suami istri berumur sekitar akhir duapuluhan dengan seorang gadis kecil sedang mengusap perut sang ibu. Maklum saja kita datang di tengah hari. Ibu ibu hamil pasti malas membuat janji di siang bolong.
"Kamu sudah menghubungi Mingyu kalau keluar rumah?", tanya Seokmin yang duduk disampingku sembari menunggu giliran masuk.
"Sudah, aku bilang ke rumah Jihoon", jawabku tanpa mengalihkan pandangan dari gawaiku yang menampakkan informasi seputar ibu dan anak.
"Nggak capek bohong terus?".
Fokus ku mulai teralihkan.
"Seok, aku sudah membohongi diriku sendiri selama bertahun tahun dengan mempercayai Mingyu akan memberikan hatinya untukku suatu saat nanti. Kalau capek harusnya aku sudah berhenti dari dulu bukan. Lucunya aku masih percaya dengan kobohonganku sendiri, percaya dengan harapanku sendiri".
Perkataanku terjedah oleh panggilan dari mesin nomor antrian. Keluarga yang terlihat harmonis tadi memasuki ruangan dr. Jeonghan.
"Sejujurnya aku sempat merasakan itu, rasa capek itu. Rasanya begitu melelahkan tidak bisa menggapai sesuatu yang sudah jelas di depan mata kita. Hingga Pooh bear hadir. Aku sudah terbiasa bebohong Seok. Tidak apa-apa kali ini aku berbohong pada Mingyu, demi Pooh bear"
Tangan Seokmin bergerak mengelus tempat Pooh bear bernaung.
"Pooh bear dengarkan tadi, baik baik sama ibu ya. Ibu sayang banget sama Pooh bear""Siap Om, Pooh bear bakal jadi anak baik, Pooh bear bakal jadi anak lebih baik lagi kalau nanti pulangnya kita beli ice cream strawberry ya Om"
"Ok, satu ice cream strawberry sepulang dari dr. Jeonghan"
"Dua dong Om, satu buat Pooh bear dan satu lagi buat Ibu"
Dan begitulah percakapan kami bertiga, aku, Pooh bear, dan om kesayangannya.
....................
"Pooh bear sehat, pipinya gembul seperti ibunya"
Begitu kata dr. Jeonghan tadi.Dr. Jeonghan kembali menanyaiku, apa aku tidak ingin tahu jenis kelamin Pooh bear. Lagi lagi aku menjawab tidak. Biar nanti menjadi kejutan bagiku. Yang terpenting Pooh bear sehat, itu sudah cukup.
Seokmin benar benar menepati janjinya, sekarang aku sedang menghabiskan cup kedua ice cream strawberry yang di beli di toko ice cream favoritku.
"Benar nggak mau makan dulu", tanya Seokmin masih terfokus pada jalanan di depan.
"Lah ini kan makan", jawabku sembari mengangkat cup ice creamku.
"Maksudnya makan yang proper, ada nasi sama lauk"
"Nggak deh, langsung pulang aja, Mingyu pasti sudah di rumah"
"Oke deh ibu cantik"
Dan mobil Seokmin terus membelah jalanan menuju kediamanku bersama Mingyu. Kali ini Seokmin tidak mengantarku hingga pekarangan, hanya sebatas di depan gerbang.
"Oke Pooh bear, sudah sampai. Ingat yah pesan om, gak boleh nakal di dalam sana", ucap Seokmin sembari mengusap lagi naungan Pooh bear.
"Siap om Seokmin.."
"Won..", upayaku keluar mobil terhenti kala tangan Seokmin menggapai tanganku.
"Kalau kamu capek, ada aku, kamu bisa datang kapanpun"
"Terima kasih Seok"
Dan langkahku berlanjut, sejenak melihat mobil Seokmin berlalu.
.......................
"Hai Gyu...", sapaku saat mendapati Mingyu tengah duduk di ruang tengah dengan TV menyala di depannya. Aku berjalan menuju dapur, bermaksud mengambil air untuk menghilangkan haus setelah menghabiskan 2 cup ice cream tadi.
Namun, perkataan Mingyu selanjutnya, membuat air yang aku minum seakan dipenuhi duri yang mecekat kerongkonganku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sandiwara (Meanie/Minwon)
Fanfic💫 Gender Switch (GS) 💫 Gyu!Man Won!Woman 💫 Drama, hurt/comfort 💫 May be 🔞 💫 Happy Reading