Mingyu's POV (1)

389 29 0
                                    

Bagiku, cinta sejati hanya datang dua kali. Pertama, saat seseorang dilahirkan ke dunia, cinta sejati ibu yang melahirkannya. Dan kedua, saat seseorang dengan tulus berucap "berbagilah dengan ku setiap sakit yang kamu rasa"

Aku telah menemukan cita sejatiku setelah bunda, jauh sebelum kepopuleran dan keangkuhan merenggut diiriku sendiri.

Tapi aku menghancurkannya.

.........................................

Ada satu rahasia besar yang aku sembunyikan. Aku telah beristri.

Dunia entertainment akan gonjang ganjing jika media mengetahui fakta itu. 8 bulan sudah aku menjalani pernikahan karena perjodohan ini. Sebuah janji teman lama antara kakekku dan kakek Jeon Wonwoo, nama wanita yang ku nikahi.

Pernikahan ini bersifat rahasia, bahkan anggota SVT dan Agensiku tidak mengetahuinya. Hanya segelintir orang yang tahu selain keluargaku dan keluarga Wonu. Hal ini kulakukan mengingat karirku bersama SVT sedang berada dipuncak saat ini. Aku tidak ingin menghancurkan mimpiku dan 3 anggota ku lainnya disaat aku ingin mewujudkan mimpi almarhum kakekku. Seharusnya tidak sulit menjalani pernikahan sementara ini dengan Wonu, karena dia bukanlah orang asing bagiku. Dia tidak lain adalah sahabatku.

Pernikahan ini memang hanya sementara, diam diam aku dan Wonu membuat perjanjian. 2 tahun, itulah tenggang waktu pernikahan kami. Bukan karena aku membenci pernikahan ini, atau aku membenci Wonu. Justru perjanjian ini aku inisiatif karena aku menyayangi Wonu. Karena saat ini ada wanita lain yang aku cintai. Aku tidak ingin Wonu terbelenggu hubungan ini, karena aku tahu....

She deserves more than me.

.............................................

Wanita itu bernama Chaeyeon, wanita yang aku cintai semenjak duduk di bangku SMA. Dulu bisa mendapatkannya saja bagaikan mimpi bagiku. Bagaimana tidak, Chaeyeon saat itu adalah kembang sekolah. Berkali usahaku mendapatkannya, namun dia tolak. Hingga kelas 2 SMA aku mengutarakannya kembali. Dan pepatah usaha tidak mengkhianati hasil, memang benar adanya. Chaeyeon akhirnya menerimaku.

Berharap percintaanku seperti anak muda pada umumnya kala itu, pergi ke bioskop atau sekedar midnight drive menikmati lampu kota, namun justru aku dan Chaeyeon harus menjalani backstreet. Kebijakan agensiku, bahwa trainee tidak diizinkan untuk memiliki hubungan percintaan membuat percintaan ku bersama Chaeyeon seperti hubungan terlarang.

Bahkan hingga dating ban ku sudah dicabut saat ini, aku belum bisa mengklaim Chaeyeon sebagai kekasihku. Sudah berulang kali Chaeyeon memintaku mengakuinya di depan publik. Pertanyaan itu semakin sering terucap dari tuturannya beberapa bulan belakangan ini.

Bukannya aku tidak mau, tapi waktu nya belum tepat. Apalagi kalau bukan karena pernikahanku. Chaeyeon menjadi salah satu pihak yang tidak tahu mengenai statusku saat ini. Aku memintanya untuk bersabar sedikit lagi. Paling tidak hingga perjanjianku dengan Wonu berakhir. Meskipun semua ini hanya sandiwara, aku tidak ingin mengecewakan orang orang yang aku sayangi.

Mulanya aku mengira Chaeyeon adalah cinta sejatiku. 6 tahun bersamanya, membuatku percaya diri bahwa dia adalah sosok yang aku gadang sebagai masa depanku. Hingga satu bulan lalu, aku mulai mempertanyakan eksistensiku di hidup Chaeyeon.

Saat aku mendapati dia sedang bercumbu dengan lelaki lain di apartemennya

...................................

Aku bak penjelajah yang kehilangan kompasnya. Aku sadar betul kondisiku saat ini, berantakan dan tidak tahu arah.

Pagi ini, seperti biasa aku dan Wonu menikmati sarapan buatannya. Entah karena aku terlalu fokus dengan sakit hatiku atau apa, hingga aku baru menyadari sosok yang duduk di ujung lain meja di depanku itu terlihat sedikit berbeda. Aku tidak melihat pipi gembulnya dan pucat mewarnai wajahnya.

Aku tahu dia berbohong saat menjawab pertanyaanku bahwa dia baik baik saja.

Hampir 20 tahun Nu aku kenal kamu.

Aku merasa perlakuanku kepada Wonu menjadi semakin dingin setiap harinya. Setiap kata sedingin es yang kuucupkan seakan meluncur begitu saja tanpa komando. Aku menyesal setiap kali menyadarinya. Namun, tetap saja aku ulangi keesokan harinya.

.........................................

Aku akhirnya mengantar Wonu ke tempat Jihoon. Percuma saja melarang Wonu untuk menunda kunjungannya menjenguk Yeji -anak Jihoon dan Soonyoung- meskipun aku sudah menyuruhnya untuk beristirahat saja di rumah.

Wonu dan keras kepalanya, satu hal yang tidak pernah berubah.

"Kabari aku kalo kamu udah pulang", ucapku saat Wonu beranjak keluar dari mobilku.

Hari itu aku berencana menghabiskan waktu seharian di studio kecilku. Satu satunya tempatku melarikan diri saat ini. Kata orang, patah hati adalah sumber inspirasi terbaik selain jatuh cinta, dan benar. Mungkin setelah ini aku bisa merilis full album untuk SVT. Hanya dalam sehari saja aku mampu membuat 3 buah lagu.

Pukul 6 sore saat aku melihat pop up notifikasi di smartphoneku. Sebuah pesan dari Wonu. Dia menepati janji untuk mengabariku saat tiba di rumah. Aku tidak sempat membalasanya. Karena aku sedang asik bersama teman lamaku. Ya, temanku sedang berkunjung di studio ku. Tidak banyak yang mengenal teman lamaku itu. Mereka teman lama yang menemaniku semenjak penghianatan wanita itu.

Satu jam berlalu semenjak pesan terakhir yang dikirim oleh Wonu, seharusnya makan malam buatan Wonu sudah tersedia di meja depan studio. Namun, aku terlalu malas untuk keluar. Temanku begitu posesif, dia tidak mengizinkan untuk beranjak dari dalam studio.

Teman lamaku itu tidak seperti teman kebanyakan lainnya. Dia tidak banyak bicara, dia begitu setia, begitu mengerti kondisiku, namun sayangnya orang orang disekitarku tidak menyukainya. Bahkan mereka membuatku berjanji untuk tidak bertemu lagi dengan teman baikku itu. Tapi persetan dengan janji itu, aku tetap kembali bertemu dengannya, toh hanya mereka yang sudi menemaniku saat aku terpuruk karena wanita itu.

Saat aku bergaul dengannya aku tidak bisa membedakan khayalan dan realita. Yang kurasa tubuhku seperti terbang. Semakin tinggi, membuat udara di sekitar menjadi semakin dingin. Semakin tinggi, hingga nikmat yang kurasa berubah menjadi siksa. Begitu tinggi, hingga aku bisa merasakan bagaimana pertengahan hidup dan mati.

Seperti De Javu.

Seseorang memasuki ruang studio ku.

Sama seperti 5 tahun lalu, saat Wonu menemukanku begitu payah di lantai kamarku

Apa kali ini Wonu yang datang, atau mungkin justru malaikat pencabut nyawa?

Sandiwara (Meanie/Minwon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang