Bergulirlah waktu kepada sembilan tahun yang lalu ketika masa putih abu-abu dimulai. Kehidupan baru di kelas sepuluh pun dimulai hari ini, satu hari setelah kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah—MPLS—selesai diadakan. Khususnya, kelas X IPA 2, tempat seorang siswa laki-laki menimba ilmu di tahun pertamanya di jenjang SMA. Dia duduk sendirian, lantaran dia merupakan penduduk baru di kotanya yang sekarang. Jadi, tak ada siswa yang merupakan teman lamanya di sana.
Namanya Farel Oktavian, duduk sendiri dan berada di tempat paling belakang. Dia belum siap bercengkerama dengan teman-teman sekitarnya, yang dia kenal barulah teman-teman yang tiga hari bergaul di kelas dengannya saat MPLS berlangsung. Dan sayangnya, dia tidak menemukan teman-teman bergaulnya itu di X IPA 2.
'Kasihan banget gue, kenalan lagi aja malas, haduh,' batinnya.
Di manakah siswa laki-lakinya? Mereka sedang berada di luar kelas, nyaris seluruhnya karena satu lainnya tertidur. Alhasil, Farel hanya menunggu keajaiban di tempat duduknya.
Benar saja, datanglah seorang siswa laki-laki yang tidak asing baginya, orang itu melihatnya, lalu tersenyum dan menghampirinya.
"Wah, Rel! Ketemu lagi kita!" Serunya sambil melakukan tos dengan Farel.
"Udah sini aja, Rud, gue gak ada teman," Farel meminta agar Rudi yang memiliki nama lengkap Rudi Mardianto, satu-satunya teman MPLS yang sekelas kembali dengannya, mau menempati bangku di sebelah Farel.
"Oh, lo masih sendirian? Pantas ajak gue, hahahaha," kata Rudi sembari meletakkan tas di meja sebelah Farel.
Setelahnya, Rudi pun mengajak Farel, "kantin gak?"
"Emang boleh?"
"Lo lupa ya? Kata kakak kelas kemarin kan sehari setelah MPLS kita masih free banget."
Setelah berpikir sejenak, akhirnya Farel pun mau, "ya udah, ayo." Di luar, mereka tak lupa berkenalan sejenak dengan teman-teman baru di kelasnya—akhirnya, lalu mengatakan bahwa mereka berdua hendak menuju kantin.
***
Mereka pun sampai di kantin, penuh sesak oleh siswa-siswi SMA Harapan 300 tanpa memandang tingkat kelas mereka. Semua menyatu di tempat yang selalu diimpikan murid sekolah saat jam istirahat.
"Beli apa?" Tanya Rudi.
"Lah, lo yang ajak, kok lo yang tanya?"
"Ya... kali aja kan lo punya ide yang lebih bagus."
"Gue sih tinggal beli minum botolan aja."
"Ya udah."
Rudi mengikuti kemana arah Farel, dan mereka sampai di lemari es salah satu warung di kantin tersebut dan masing-masing mengambil minuman ringan yang diinginkannya.
Setelah membayarnya, Farel melihat siswi dengan paras menjanjikan sedang berada di warung yang sama. Farel memandanginya diam-diam sambil menunggu Rudi membayar minumannya. Kemudian, mereka membicarakan hal ini sembari berjalan kembali ke kelas, mengikuti gadis yang sedang bersama kedua temannya itu dari jauh.
"Ah ngapain sih lo, Rel?" Tanya Rudi malas, dia tidak tertarik akan hal ini.
"Udah diam, lo ikut aja, gue mau tau kelasnya."
"Hmm? Mau tau doang? Jantan dong!" Tuntut Rudi.
Lalu, mereka berhenti sejenak dan Farel bertanya, "jantan yang gimana?"
"Lo kenalan sama dia."
"Wah aneh-aneh aje lo, kalo dia punya pacar gimana?"
"Ya kan cuma kenalan."
"Tetap aja lah, gue baru di sini, masa udah buat ulah? Hahaha, begitu pacarnya tau, nanti—"
Ucapan Farel terpotong oleh Rudi, "gini deh, buat kesepakatan aja."
"Maksud lo?"
"Kalo ternyata dia sekelas, lo harus kenalan, gimana?"
"Oke!" Jawab Farel semangat.
Mereka mengikutinya lagi, koridor demi koridor mereka lintasi sembari sesekali menenggak minumannya. Tak terasa, mereka telah mengikutinya cukup jauh. Kini, keduanya telah berada tak jauh dari kelas mereka. Rudi tersenyum kepada Farel, dia mengerti maksud Rudi. Farel mulai khawatir dengan kesepakatan tadi.
Ketiga gadis itu pun berhenti di ambang pintu kelas yang berada tepat di sebelah kelas mereka, mereka masuk ke dalamnya.
Farel bernapas lega, Rudi kecewa.
"Fiuh... anak IPA 1 ternyata..."
Ternyata, dua dari mereka kembali keluar dan berjalan lagi, termasuk gadis yang diincar Farel. Mereka berdua terkejut, Rudi tersenyum jahat kepada Farel, akhirnya gadis itu memasuki kelas X IPA 2.
Farel dan Rudi pun turut memasuki kelas, melihat keberadaan tempat duduk gadis itu. Kini, gadis tersebut sedang merogoh tasnya, lalu membaca sebuah buku.
Ternyata persis di depan mereka berdua.
"Rud...?"
"Ingat kesepakatannya, Rel."
Farel terdiam sejenak, lalu Rudi lanjut berbicara, "ayo jantan, dong! Peluang lo nih!"
Kemudian, Farel berusaha berjalan seperti seharusnya menuju tempat duduknya, bersama Rudi pastinya. Jantungnya berdegup kencang, namun dia yakin pada ucapan Rudi.
Mereka berdua pun duduk sejenak, mengambil ponsel yang hanya dapat berkomunikasi dengan panggilan telepon dan SMS di dalam tas masing-masing, sementara Rudi terus menyikut Farel.
"Apaan sih, anjir?" Tanya Farel menggerutu tanpa mengeraskan suaranya.
"Cepetan!" Rudi juga turut berbisik.
"Apa sih?"
"Kenalan sana!"
Rupanya gadis itu menyadari obrolan mereka berdua, menolehlah dia. Farel dan Rudi spontan memalingkan wajah dan mendadak berpura-pura.
"Itu bocah-bocah pada di luar, kita malah di sini, gak enak cuy! Kenalan dulu biar asoy!" Rudi langsung mengajak Farel untuk menghampiri teman-teman barunya yang berada di luar kelas.
Baru beberapa langkah meninggalkan meja, gadis itu memanggilnya.
"Woy!"
Farel dan Rudi pun menoleh.
"Hape lo ketinggalan tuh!"
Farel yang merasa pun langsung salah tingkah, menepuk pundak Rudi dengan kasar, "ah, Rud, gimana sih lo!"
"Aduh, gila lo!" Rudi beralih berbicara kepada gadis tersebut, "emang gitu si Farel tuh!" Lalu, mereka berdua langsung pergi secepat kilat.
"Dodol banget sih lo, Rel!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pensil Pendek
Teen FictionSeorang siswa kelas sepuluh bernama Farel menemukan seseorang yang memikat hatinya ketika baru saja mengawali masa SMA-nya. Mereka memang saling mencintai, namun pada akhirnya tak bertahan lama dan justru menjadi sahabat dekat yang saling mendengark...