DELAPAN BELAS

4 2 0
                                    

Kembali ke masa perkuliahan Farel, Rudi, dan Hannah. Di kantin, siang hari...

"Wah, udah kayak di novel lo, Rel, hujan-hujan nganter cewek," komentar Hannah usai Farel menceritakan masa lalunya, saat mengantar Keyla pulang di tengah derasnya guyuran hujan.

"Film juga bisa. Pas banget lagi tuh, berantem di tengah hujan! Asekkk..." Rudi turut berkomentar.

"Nggak, dong, gak berantem kalo kayak gitu, coy," balas Farel.

Mereka sudah menghabiskan makanannya. Namun, karena tidak ada lagi mata kuliah yang terjadwal, maka mereka memilih untuk berlama-lama di kantin tersebut, menunggu cuaca sedikit sejuk.

"Gimana seblaknya, Rel?" Hannah menanyakan usaha kecil Farel.

Rudi menjawabnya terlebih dahulu, "jangan salah, banyak banget yang beli, lho. Gokil sih, ramai banget!"

"Oh, lumayan kok, masih jualan nih, mau?"

"Hahaha, boleh banget!"

"Rud, cewek lo ajak ke rumah napa, nanti gue bawain seblak. Ya... lo yang bayarin, gitu," kata Farel.

"Dianya gak mau," Rudi menunjuk Hannah.

Hannah pun membantah, "halah, kamu gak pernah ngajak ke rumah, katanya takut dimarahin sama mama kamu."

"Iya? Hahahaha," Farel tertawa renyah, Rudi cengar-cengir. Lalu, dia bertanya sesuatu, "eh, Rel, kalo tabungannya udah cukup, nanti sewa tempat sama gue yuk."

"Sebenarnya gue juga pengen begitu, gue cuma belum nemu aja nih yang tempatnya murah."

"Iya, sih. Nanti gue bantu cari, biar enak lo dagangnya."

Farel merasa senang, "makasih, lho."

"Santai, Rel, teman gak bakal kemana-mana. Eh iya, nanti kalo lo kuliah, yang dagangin siapa?"

"Mama gue pengen juga. Jadi, kalo gue kuliah, mama gue yang layanin. Nanti gue ngelayanin kalo udah pulang, full sampai tutup," jawab Farel penuh rasa yakin.

"Gokil! Jangan lupa aja tuh ngerjain tugas kuliahnya, hahaha," ujar Hannah.

"Mantap lo, Rel!" Seru Rudi.

Lalu, pandangan Farel tertuju kepada seorang mahasiswi yang melintas dan memesan makanan di salah satu tempat di kantin tersebut. Rudi dan Hannah menyadari hal tersebut.

"Itu si Inka, kan?" Hannah mengenalnya, Rudi juga. Rudi mengangguk dan bertanya, "kok kamu kenal?" Sedangkan Farel masih fokus menatap mahasiswi tersebut.

Hannah menjawab Rudi, "teman ospek aku dulu."

Farel pun kembali ke percakapan, "lah, kalian kenal?"

"Teman kelas gue semester lalu," jelas Rudi.

"Oh, oke."

Hannah seperti menginterogasi Farel sekarang, "lo suka ya? Cakep ya?"

"Kasihan Farel, Hanney..."

Hannah pun menepuk pundak Rudi.

Farel pun tertawa, "Hanney? Wahahaha, panggilan sayang tuh? Kok gue gak tau? Pengen jadi 'honey' gak bisa ya, jadinya Hanney?" Farel tertawa gemas sambil menunjuk mereka berdua.

"Kamu sih," tatap Hannah malas kepada Rudi. Namun, Rudi membalikkan keadaan, "ya elah, lihatin aja dulu teman gue tuh, lagi beli makanan, bayarin lah."

"Yeh, gila lo, sok kenal banget gue."

"Mau gue bilangin ke dia gak?" Hannah bersiap berdiri.

"Lho, nggak woy, jangan lah! Ya kali gue bayarin."

"Hah? Hahaha, bukan, bilangin dia suruh kemari."

"Oh, ya ngapain harus berdiri? Panggil aja udah."

Kali ini, Rudi membela Farel, "iya juga sih, ngapain kamu berdiri? Lagian nih kantin udah sepi."

"Ya udah," lalu Hannah memanggilnya, "Inka!"

Yang dipanggil pun menoleh, Hannah memberi isyarat agar Inka bergabung dengan mereka untuk makan siang. Inka pun berbicara kepada si penjual agar makanannya diantar ke meja yang ditunjuk, yaitu meja ketiga mahasiswa tersebut berkumpul.

Inka pun berjalan mendekat, "belum pada pulang nih pengantin?" Dia tampak tahu banyak tentang pasangan ini.

"Duduk situ, Ka," tunjuk Hannah agar Inka duduk bersebelahan dengan Farel. Wajah Farel terlihat menahan malu sambil berpura-pura menggulir beranda Instagram.

"Faaareeelll..." cara Rudi memanggil membuat Farel melotot heran, Hannah hanya tertawa. Lalu, Farel menoleh kepada Inka, menganggukkan kepala, dibalas pula oleh Inka.

"Habis liburan nanti udah siap ujian belum?" Tanya Hannah kepada Inka, karena setelah libur tahun baru, ujian akhir semester akan dilaksanakan, dan dua pekan libur tersebut akan tiba dalam waktu kurang dari dua minggu.

"Lumayan," jawab Inka. "Kalian udah gak ada kelas hari ini?" Tanyanya.

"Iya nih, udah gak ada," jawab Hannah.

"Oh iya," Rudi bergabung, "ini namanya Farel, Ka, jangan sombong lo."

"Eh iya," seketika Inka canggung, menoleh lagi kepada Farel yang juga canggung, sekaligus terkejut.

Farel memasang wajah yang mencerminkan ketidaksiapannya, seakan-akan pikirannya berkata kepada Rudi, 'bego, lo, gue malu.' Kemudian, Farel pun tertawa renyah untuk menghilangkan rasa canggungnya, setidaknya dia berusaha.

Akhirnya, Farel melontarkan pertanyaan sebagai dialog pertamanya dengan Inka, "lo gak sebel, geram, atau gelisah gitu sama mereka? Khususnya Rudi, tuh." Mereka pun tertawa, namun Inka sembari menjawab, "hahaha, gitu ya..."

***

Farel, Rudi, Hannah, dan Inka pun menuju ke tempat parkir, mereka sudah puas bercengkerama di kantin siang itu. Mereka membawa kendaraan masing-masing, kecuali Rudi yang berboncengan dengan Farel bila jam mulai kuliahnya bersamaan, semua mengendarai sepeda motor.

Rudi dan Hannah berjalan lebih dulu dan berbincang berdua, sementara Farel dan Inka berada di belakang mereka.

"Lo pulang naik apa?" Tanya Farel.

"Naik motor. Kalo lo?"

"Oh, sama lah ya, kirain mobil atau ojek gitu, hahaha."

"Nggak, gue gak semewah itu, hahaha."

"Rumah lo di mana?"

Inka menyebutkan nama daerahnya, dan Farel pun menjawab, "oh, lumayan sih dari sini."

"Hehehe, iya nih, kadang kalo macet tuh panik, takut telat segala macam."

Farel tertawa kecil, lalu dia bertanya, "punya Instagram?"

"Punya kok, kenapa?"

"Namanya?"

"Nanti tanya aja sama Hannah, dia follow kok."

"Boleh minta kontak lo?"

Inka awalnya masih tidak yakin, "buat apa nih? Hehehe."

"Ya, nggak apa-apa, berteman aja. Kalo nggak juga gak masalah."

"Minta sama Hannah aja, atau gak Rudi... eh, nggak, gue gak kontakan sama dia."

"Oke, nanti gue minta sama dia, motor lo sebelah mana?"

Inka menunjuk ke arah tempat sepeda motornya berada, "di sana." Agak jauh, yang berarti Inka akan berbelok, berpisah dengan mereka bertiga.

Farel berkata, "ya udah, hati-hati, Ka."

"Oke, hahaha," Inka beralih kepada Rudi dan Hannah juga, "guys, gue duluan ya!"

"Oke, Ka, hati-hati," jawab Rudi dan Hannah hampir bersamaan.

Lalu, Rudi meledek, "kita dengar sih Farel ngomongin apa aja tadi."

"Wah, anjir lo," Farel berlagak menendang Rudi, dan Rudi pun menghindar. Mereka pun tertawa. Farel telah mengenal seseorang yang baru. Namun, jika dia melihat kembali apa yang sudah pernah terjadi sebelumnya, dia mulai menerka hari-hari selanjutnya yang siapapun tak pernah mampu untuk tahu.

Pensil PendekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang