Seorang laki-laki berparas tampan yang memiliki tinggi badan bak sebuah tiang, dengan gaya rambut ala seorang ustad, benar, rapih dan begitu terarah. Laki-laki itu bernama Sanda Ananias Syallom dimana dirinya merupakan putra dari Danielle Syallom seorang pengusaha roti terbesar di kotanya hingga memiliki cabang di beberapa pulau, dan Aalona Abigail Syallom Sang Ibunda sekaligus merupakan istri dari Daniel yang senantiasa merawat keluarga kecilnya dengan baik.
Sanda Ananias Syallom atau teman-temannya yang selalu memanggilnya dengan sebutan 'Sanda' dan 'Al' sendiri adalah nama panggilan yang di berikan oleh Bundanya yang tak lain adalah Aalona. Sanda yang memang memiliki geng motor dengan beranggotakan para sahabat, teman satu sekolah, serta teman yang berbeda sekolah. Yang merupakan sahabatnya adalah Dicky, Putra, Pandu, Adam, Alam, Abi, dan Dimas.
Dengan kesepakatan bersama, musyawarah, dan mufakat, mereka memutuskan untuk menamai gengnya dengan sebutan 'Alevers' yang mungkin tidak terdengar begitu mengerikan namun visi misi mereka sangat mengerikan karena memiliki arti jika dirinya berbicara hal buruk menyangkut Alevers maka itu adalah ancaman untuk dirinya sendiri.
Mulutmu ancaman untukmu, ancamanku kematianmu.
Dia mulai berjalan menuruni anak tangga bernuansa serba emas hingga terlihat begitu mewah, anggun, dan berkelas. Melihat putranya mengenakan pakaian serba hitam, membuat Daniell mengerutkan keningnya meski sebenarnya dia tahu bahwa hitam adalah warna kesukaan putranya.
"Mau ke mana kamu malam-malam begini mengenakan pakaian serba hitam? Siapa yang meninggal?" Tanya Daniell dengan santai namun terlihat sangat penasaran,
"Untung saja kulit kamu putih Al, jika hitam mungkin tidak akan terlihat di kegelapan."
Sanda tertawa mendengar perkataan orang tuanya, "Sanda mau jaga malam di gang depan, Yah. Berhubung di situ selalu sepi, siapa tahu dapat cewe cantic. Iya, ngga Bun?"
Sanda memang sangat senang membuat Daniell kesal, di tambah jika Bundanya memihak pada apa yang dia ucapkan sungguh benar-benar membuatnya puas. Daniell yang mendengar pun dengan cepat menyipitkan pandangannya ke arah Sanda, Aalona justru tertawa melihat kelakuan konyol yang Sanda utarakan kepada ayahnya yang dengan bodohnya selalu mempercayai apa yang Sanda katakan.
"Sudahlah Niell putramu hanya bercanda, mana mungkin seorang Sanda putra dari Daniell yang mempunyai cabang dimana-mana akan berjaga malam hanya untuk mendapatkan gadis. Seperti tidak memiliki paras yang tampan saja," Daniell hanya berdehem menandakan dirinya menerima gurauan yang Sanda berikan.
Namun Sanda justru tertawa keras hingga membuat Daniell kembali menyipitkan matanya, kali ini lebih tajam dari sebelumnya. Entah mengapa jika bersama Daniell dia sangat mudah tertawa walau hanya dengan menatap Ayahnya yang selalu berwajah datar.
Melihat putranya tidak memakai aksesoris membuat Aalona mengerutkan keningnya, "Al, seriously? Kamu keluar kamar tanpa pakai kalung, dan jam tangan yang Bunda kasih?"
Benar, Samda bukanlah seseorang yang ceroboh dalam hal memperindah penampilan, mendengar perkataan Bundanya membuat dia membulatkan matanya tak percaya. Namun sejak kapan dirinya menjadi seceroboh ini? Tak sanggup menunggu malam malamnya selesai, kini Sanda berjalan menuju kamarnya untuk mengambil sesuatu yang memang tidak seharusnya lepas dari leher dan tangannya.
Tak membutuhkan waktu lama akhirnya Sanda menemukan kaling salib pemberian seorang gadis yang sangat dia rindukan kehadirannya saat ini, namun di mana jam tangan itu? Tidak, jangan bilang jika jam tangan itu hilang? Di mana Sanda menaruhnya? Sungguh Sanda begitu lelah untuk terus mencarinya dengan berbagai kepanikan dalam otaknya.
Nggak, nggak bisa. Gue harus tanya ke anak Alevers,jam itu nggak boleh hilang.
"Ayah, Bunda, Al keluar dulu sebentar ya? Biasalah berkumpul sama teman-teman." Alibinya yang tak ingin Aalona tahu bahwa jam tangan pemberiannya tidak ada bersama Sanda.
Sang pemilik nama tersenyum mengangguk karena bagi mereka mengurung putranya di rumah hanya akan membuat laki-laki itu tumbuh menjadi orang yang tidak bertanggung jawab, "Iya sayang, ingat hati-hati di jalan dan jangan pulang terlalu malam" ucapnya bersamaan.
Sanda mulai melajukan motornya dengan kecepatan normal, bagaimana pun keselamatan adalah hal utama yang harus di ingat seperti nasehat Bundanya tahun lalu. Tidak membutuhkan waktu yang lama Sanda sudah berada di depan basecamp yang memang tidak terlalu privasi, namun tidak ada satu geng motor pun yang tahu jika gudang itu adalah basecamp anak Alevers.
"Hay bestie, hallo bestie, bestie-bestiekuu. Assalamu'alaikum bestiee, calon ustad masuk bestie, senggol dong bestie!" entah apa yang sanda katakan saat ini dia terlihat begitu freak.
"Aleichem shalom bestie, calon pendeta nih bestie, adu iman dong bestie!"
"Kebalik goblok," ucap Adam sebari menyentuhkan kepala Sanda dan Pandu membuat mereka meringis kesakitan.
"Yaelah Adam sensi banget lo! Nama doang Adam kelakuan kaya dajjal!"
Sudah di ketahui pasti, lagi-lagi Alam berlibur tanpa membawa Adam yang pada dasarnya mereka kembar, sifat Adam yang kekanak-kanakkan terkadang membuat Alam lebih ingin berlibur sendiri untuk mengerjai adiknya yang tak lain adalah Adam sendiri.
"Emang Alam barzah kemana?" bisik Sanda kepada Putra yang kini berada di sampingnya,
"Nyari hawa kali."
Sanda hanya menggelengkan kepalanya lelah setelah menyadari jika sahabatnya freak, seperti itulah mereka jika berada di markas namun mereka selalu gagal mendapatkan gadis hanya karena kesibukkan konyol mereka bersama Alevers. Sudah berteman selama tiga tahun tetapi tidak ada yang tahu siapa gadis yang selama ini Sanda inginkan, pasalnya sudah berpuluh-puluh gadis merasakan sakitnya di tolak oleh Sanda.
Kruyuk-kruyuk..
Entah perut siapa yang berbunyi hingga mengeluarkan suara sekeras itu, namun pada intinya malam ini bernar-benar membuat Sanda terus tertawa akibat kekonyolan mereka semua termasuk dirinya sendiri,
"Perut siapa anjir berisik banget!" ucap Pandu yang merasa terganggu hanya dengan suara perut saja,
"Dim mending lo pesan mie ayam, deh, gue tahu lo lapar kan? Nih sekalian buat semuanya." dengan penuh bangga Sanda bisa mengetahui ke jaiman Dimas dan menyodorkan beberapa lembar uang kepada Dimas.
Perlu di ingat, Sanda memang tidak pernah perhitungan dalam masalah keuangan meski dirinya tidak pernah meminta sepeser pun dari orang tuanya namun bagi Sanda jika dia mampu memberikan makanan untuk teman-temannya, dia adalah orang pertama yang tidak pernah ragu untuk mengeluarkan berlembar-lembar uang asalkan dapat di gunakan untuk hal positif.
Tak kalah dengan Abi, mesti dia terlihat sangat cuek, irit bicara, dan arogan tetapi ketahuilah Abi dan Sanda bagaikan mesin ATM berjalan bagi orang-orang yang tak tahu artinya persahabatan. Karena itulah Sanda dan Abi sangat di hormati, namun bukan berarti anggota lain tidak di hormati, mereka benar-benar menghargai satu sama lain.
"Eh gue nggak, deh, sudah makan di rumah, biasa." Ucap Sanda melanjutkan perkataannya.
Sudah bukan hal baru bagi mereka mendengar pernyataan jika Sanda sudah makan, "Di luar lo mah kayak macan, singa, harimau, giliran di rumah kayak kucing, untung bukan kayak anjing lo,"
"Wah, kelewatan nih Kap, sikat Kapp!" memang sudah menjadi kebiasaan Leo mengompori apa pun yang Pandu katakana.
"Kelewatan? Tinggal putar balik, ngapain di sikat? Emang baju lo di sikat,"
"Eh, tapi btw, emangnya gue nawarin lo mau nggaknya? Pede banget anak Tuhan!" terang Dimas kepada Sanda sembari menjulurkan lidahnya.
Jangan lupa vote ya semuanyaa:((
Kan geratisss lohh ngga bayaar huhuPART INI TELAH DI REVISI.
KAMU SEDANG MEMBACA
AsSyallom
Teen Fiction".. 𝙠𝙖𝙢𝙪 𝙗𝙤𝙡𝙚𝙝 𝙢𝙚𝙣𝙘𝙞𝙣𝙩𝙖𝙞𝙣𝙮𝙖 𝙩𝙖𝙥𝙞 𝙟𝙖𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙖𝙢𝙗𝙞𝙡 𝙙𝙞𝙖 𝙙𝙖𝙧𝙞 𝙏𝙪𝙝𝙖𝙣𝙣𝙮𝙖" 𝕫𝕒𝕪𝕟𝕒𝕞𝕒𝕣𝕘𝕒 "Aku akan tinggalin Tuhanku, dan masuk agamamu buat kamu Zayna," "Ngga, tarik ucapanmu! Atau Tuhan akan hukum a...