7. Pamor dan Ego

55 19 0
                                    


'Saatnya jam istirahat.'

Sebuah suara yang di tunggu oleh para siswa-siswi, bel istirahat. Semua bersorak tanpa kepastian, entah karena senang istirahat, ataupun karena salting dilihat mas crush yang pasti terdapat keributan di semua sudut sekolah. Namun tidak dengan geng girl yang justru terpatung di tempat duduknya ketika melihat seorang Sanda memasuki kelas XI Mipa 5 hanya untuk menemui Zayna, tetapi Zayna bersikap seolah dirinya tak mengenali laki-laki di hadapannya itu. Leo terkejut saat melihat raut wajah Zayna yang menunjukkan ketidaksukaannya terhadap Sanda,

"Hai, Kak Sanda!" sapa Caolin untuk pertamakalinya melihat seorang senior memasuki kelasnya.

"Berisik! Heh, lo! Pasangin dasi gue!" pintanya kepada Zayna.

"San, jangan gitu deh cara lo,"

"Gapapa, kok, Kak." Ucapnya tersenyum tulus kepada Leo, "Mana dasinya?"

"Lo ambil dasi gue di tong sampah deket kantin. Sekarang!"

"SAN!" teriak Leo diiringi tamparan dari Naile.

Plak..

"Gue tau lo senior, tapi sorry sahabat gue ga level nyentuh sampah! Dia bisa beliin lo dasi sampe leher lo keiket mati."

Seperti itulah Naile, yang bar-bar, tak suka jika sahabatnya dihina walaupun Zayna sendiri tak merasa terhina atau mungkin ini rencana Tuhan mempertemukan para gang girls yang saling melengkapi? Sanda terkejut atas perlakuan gadis di hadapannya yang seenak kaki menamparnya di hadapan temannya, Leo.

-AsSyallom-


Semua tertawa mendengar apa yang Alam katakan, tak menyangka jika aka nada seseorang yang benar-benar sebar-bar itu dalam menanggapi perkataan Sanda. Pasalnya selama Sanda menjadi ketua dari Alevers, taka da satu gadis pun yang berani menantang perkataan dan permintaan Sanda, menatap saja mereka tak mampu karena ketampanan dan ke sinisan wajah dan mata Sanda. Sebenarnya mereka tak begitu menganggap Sanda sebagai ketua karena mereka sendiri pun tahu bahwa Sanda menganggap mereka sebagai sahabatnya, bukan anak buah atau bawahan sekalipun.

Putra yang awalnya hanya ikut tertawa kini dia menyadari, bukankah kejadian itu hanya ada Leo dan Sanda lalu bagaimana Alam dapat menceritakannya pasalnya tak mungkin jika Sanda atau Leo si irit bicara yang menceritakan. Laki-laki itu mencium sesuatu yang mencurigakan,

"Tunggu deh, kata lo, disitu Cuma ada geng girls, Leo, sama Sanda kan? Terus lo tau dari siapa?" skakmat, Alam membulatkan matanya terkejut ketika mendengar pernyataan yang di katakan oleh Putra.

"Iya anjrit, baru sadar gue!" Dimas pun mulai menyadari,

Namun Alam hanya tertawa sebagai jawaban, "Hehe,"

"Si barzah ketawa lo? Gue lagi tanya!" sungguh kali ini Putra benar-benar curiga, "Jangan bilang lo tau dari Naile? Janji ga gebet Naile?"

"Bukan anjir! Gila, bisa abis gue deket-deket sama cewe bar-bar kaya dia!"

"Put, lo suka sama cewe yang tadi gampar gue?"

Kini Putra mati kutu, tak tahu harus berkata apa. Dengan bodohnya dia menyebut nama Naile dengan begitu obsesinya, semua mata kini berbalik kepada Putra saat Sanda mulai bertanya. Haruskah dia menjawab pertanyaan itu? Tetapi jika tidak dia juga takut dengan jawaban Alam dari pertanyaannya tadi. Setau mereka Putra bukanlah orang yang care terhadap gadis-gadis seumurannya, bahkan membicarakan seorang gadis saja dia tidak pernah.

"Kalo lo emang suka, perjuangin. Gengsi lo Cuma bikin lo kehilangan," ucap Leo di sela-sela keheningan.

"Lo nyindir gue?!"

Secara tidak langsung Sanda mengakui bahwa dirinya menyukai Zayna, hal itu membuat Leo puas. "Udah gue tebak."

"Apa deh kalian? Kenapa jadi ngomongin cewe mulu, sih?" semua tertawa mendengar ucapan Dimas,

"Iya deh iya, Si paling anti cewe padahal mah aslinya ga laku!"

"Lo bener-bener ya Dam, nama lo aja Adam tapi lo kaya Dajjal!"

Adam dan Dimas, dua orang yang selalu berbeda pendapat, walau bersatu pendapat pun mereka akan tetap saling mengejek dan mempermalukan satu sama lain. Seperti itulah suasana Alevers setiap malamnya, selalu mengejek satu sama lain, tetapi percayalah di saat-saat yang serius mereka akan berhenti bercanda dan kompak satu sama lain. Alevers yang beranggotakan 15 anggota inti, 85 anggota penerus, dan sebagainya hingga total mereka 100 orang, mereka semua merupakan penerus alevers angkatan ke- 2 karena pemimpin tertua mereka adalah Alex.

Besok adalah hari dimana semua anggota Alevers harus berkumpul, yang pasti tanpa memasuki sekolah. Hari dimana semua anggota harus saling menguatkan di setiap tahunnya, satu kejadian yang membuat mereka terjebak selama dua tahun lamanya, terutama kepada Dimas.

"Dim, lo masih belum bisa lupain?" tanya Putra yang melihat Dimas hanya diam,

"Kenapa? Kalian udah cape harus ikut gue tiap tahunnya? Kalo emang lo semua ga bisa, gapapa gue aja." Entah lah selalu saja begini, Dimas seperti kehilangan dirinya sendiri.

"Gue tanya apa, lo jawab apa."

"Ga perlu basa basi, gue tau apa yang lo mau!" ucap Dimas seolah tau apa yang Putra katakan.

"HEH! Apa sih kalian? Lo juga Dim, gue tau lo takut, lo trauma, gue pun inget kejadiannya emang male mini banget, tapi lo juga harus tau kita semua juga ngrasa kehilangan!" kesal Sanda melihat perlakuan Dimas kepada Putra.

"Kematian Asya juga bikin hati gue hancur Dim, walau pun dia cewe lo, tapi dia satu-satunya queen di Alevers. Jadi jangan pernah lo berpikir kalo kita cape terus mengenang Asya setiap tahunnya,"

Mendengar apa yang Leo katakana membuat Dimas sadar, mungkin dirinya memang terlalu berlebihan dalam mengerti ucapan Putra tadi, Rasa traumanya selalu saja datang di satu hari sebelum pembunuhan Asya terjadi. Pasalnya saat itu Dimas sedang tak ingin bertemu Asya karena egonya yang sulit untuk mempercayai bahwa gadis itu sangat menyayangi Dimas, meski hanya berlangsung beberapa jam namun pada saat mereka sudah saling memaafkan hanya berjeda sepuluh menit tanpa di sadari tubuh gadis itu sudah berlumur darah, dengan sebuah pisau menancap di punggung tepat bertaut dengan jantungnya.

Asya. Seorang gadis keras kepala yang berhasil menakhlukan anak Alevers agar mau menerimanya, kejadian itu berawal dari saat dirinya hampir tertabrak oleh banyaknya anggota Alevers saat sedang berkendara malam hanya untuk mengisi kegabutan, dank arena kecerobohannya yang membuat dirinya hampir saja tertabrak secara bergilir. Pertemuan itu membuat Alevers merasa di terror karena kekeras kepalaannya Asya yang terus berusaha menunjukkan kehebatannya agar bisa bergabung dengan Alevers.
Alasan Alevers selalu menolak Asya sebelumnya karena Asya gadis yang begitu ceroboh, meski anti dengan sebuah tangisan namun membuat para Alevers takut dengan kecerobohannya, tetapi saat ini justru kecerobohannya itu yang membuat Alevers merasa kehilangan titik tawanya.

"Gue kangen sama kecerobohan lo Sya." lirih Dimas sembari menatap sebuah gelang couple yang Asya berikan kepadanya dengan embel-embel pesan satu di ordernya dua yang akhirnya dia harus membayar double.


°°°

@llu_liaa
@zayna_marga
@sandassyallom
@mahen_dc
@putra.glagm
@leosmdr_a
@teukupan_1
@bgasf.bry
@bagus_aldbrn
@abian_aalex
@dfmous_
@flauraa_cnsss
@bal.ery41
@caolina_sea
@_vinneniai



Pa

AsSyallomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang