11. Rasa Bersalah

29 16 0
                                    

"Terkadang, tidak semua rumah menjadi tempat pulang paling nyaman,"

@sandassyallom

Gue pastiin, dia ngga akan muncul lagi di hadapan lo!” itu yang Sanda ucapkan setelah mendengar kisah menyedihkan yang di alami oleh Zayna dulu.

“Jangan, gue ngga mau lo main fisik sama dia. Nanti gue sama dia ngga ada bedanya, sama-sama nyakitin,” sangkal Zayna dengan begitu tulusnya,

“Pantes Leo sayang banget sama lo, ternyata sebaik ini hati lo, Zay.”

Terlihat senyuman perih di raut wajah Sanda, antara menyesal Karena terlalu mengutamakan gengsi dan merasa bersalah karena telah bersikap buruk yang bahkan membuat gadis itu merasakan takut. Leo tertawa melihat sahabatnya cemburu tampa alasan yang jelas, bodohnya Sanda mengira Leo adalah kekasih Zayna, dan membiarkan Sanda terus merasakan itu agar laki-laki itu mengerti gengsi tak akan membuatnya menang dalam hal apapun.

Kini mereka berada di sebuah café, tak lupa saat Zayna  bertemu rangga, Leo dengan cepat membawa Zayna pergi menuju ruang dokter Hera untuk kontrol seperti  yang sudah di rencanakan sebelumnya. Dan, ya, benar saja Zayna terkadang mulai merasakan takut lagi, kecerobohan gadis itu tak meminum yang memang belum boleh untuk dilepaskan dari kebiasaan gadis itu.

Meski tak terlalu over, namu hal itu benar-benar membuat Leo khawatir karena bagaimanapun dia adalah seorang kakak laki-laki yang sudah menjadi kewajibannya uuntuk menjaga Sang adik.

“Btw, Zay. Gue minta maaf, ya, udah sekasar itu sama lo. Jujur awalnya gue kira lo Cuma gimmick,”

“Iya gue tahu, kok.” Kali ini Zyna yang tak mengizinkan Sanda untuk melanjutkan kalimatnya,

Leo terkejut, bagaimana bisa gadis itu tahu? “Kamu dengar pembicaraan kita waktu di depan kantin?” tanyanya sembari merapikan arah rambut Zayna, yang pasti membuat Sanda panas melihat hal itu.

“Udah, ah, ngga usah di bahas. Kak, Nana minta tolong dong, kaya biasa, ya?” Leo mengangguk saat mendengar permintaan Zayna, berlalu sembari mengacak-acak rambut gadis itu dengan lembut.

Sungguh pemandangan inimembuat Sanda geram, jika tak memikirkan bahwa dia baru saja meminta maaf, mungkin dia akan marah-marah saat ini. Hening tak ada percakapan, keduanya canggung, begitupun dengan Sanda yang justru malah berdegup kencang.

Inikah yang dinamakan cinta? Gerutunya dalam hati, hal ini benar-benar belum pernah Sanda rasakan sebelumnya.

“Seberapa sering lo sama Leo disini, sampai dia tahu apa yang lo mau.” Akhirnya Sanda mengakhiri keheningan ini drngan tingkah konyolnya yang terlihat kepo,

“Setiap pulang sekolah, maybe.”

“Oh jadi Leo ngga pernah barenng Alevers karena mau bucin sama lo?”

Pertanyaan macam apa itu Sanda? “Apa, sih, kak? Bawa-bawa bucin mulu!”

“Lo pacarnya Si Leo, kan?” Sanda bertanya secara terang-terangan membuat Zayna terkejut, bagaimana bisa Sanda mengira Zayna adalah kekasih Leo yang pada kenyataannya mereka adalah seorang kakak adik.

“Bukan,” jawab gadis itu singkat namun sayangnya hal itu justru membuat Sanda semakin tak percaya,

Percakapan mereka terputus saat Leo mulai datang bersama makanan yang Zayna inginkan dan berbagai camilan yang akan mereka makan untuk menikmati malam hari ini, dahinya berkerut ketika melihat kecanggungan diantara keduanya, “Tadi gue lihat kalian lagi ngobrol, tapi sekarang kenapa kaya canggung banget?”

“Gue marah-marah ke pacar lo, lo lama ngambil makanannya! Cacing di perut gue udah pada disko nih!” ucap laki-laki itu ngawur, yang pasti yak ingin Leo tahu bahwa dirinya baru saja bertanya akan hal yang memalukan.

Mereka pun memakan satu persatu sembari mengeluarkan beberapa kekonyolan masing-masing, tak sangka Sanda kini dapat melihat dengan jelas ekspresi Zayna saat tertawa, sebuah ekspresi yang tak pernah laki-laki itu lihat sebelumnya. Tanpa banyak orang tahu ternyata membuat Zayna bahagia tak sesulit itu, pikirnya yang sembari tadi mengeluarkan kekonyolan keluarganya hingga membuat Zayna tertawa terbahak-bahak dan disini lah Sanda menyadari jika dia mencintai gadis yang ada di hadapannya saat ini.

Sanda berharap, jika masih ada satu kesempatan sungguh dia ingin gadis di hadapannya saat ini menjadi miliknya walau itu seperti sebuah kemustahilan bagi Sanda.

Setenang ini melihat Zayna tertawa hingga dia tak sadar bahwa Leo sembari tadi memperhatikannya, Leo mengerti arti tatapan yang Sanda lontarkan kepada Zayna. Saat laki-laki itu sedang asyik menatap Zayna, hpnya berbunyi menandakan ada pesan masuk, yang membuatnya heran adalah pesan itu di kirimkan atas nama Leo. Ya, Leo memang mengirimkan pesan kepada Sanda,

Leo Samudra

Online

| Lo masih ada kesempatan,
| dan jangan pikirin gengsi lo itu.

Seperti itulah pesan yang Sanda dapatkan dari Leo, membuat laki-laki itu saling bertatapan dengan penuh arti seakan Leo tahu apa yang Sanda inginkan dan begitu juga sebaliknya. Hati Sanda semakin berdebar memikirkan rencana yang harus dia buat agar dapat sedekat itu dengan Zayna, dan, ya, dia menemukannya.

Kini laki-laki itu sudah berada di kamarnya, tak ada rasa lelah sedikitpun meski sepulang sekolah dirinya langsung menerima tawaran Leo yang berakhir menjadi sebuah harapan untuknya. Yang ada di pikirannya saat ini hanya Zayna, Zayna, dan Zayna, tanpa dia sadari perlahan nama Asya mulai redup dalam pikiran dan hatinya namun akan tetap ada dalam ingatan laki-laki itu. Tak sabar menunggu esok, saat ini Sanda sudah mulai  mengetikkan sebuah pesan yang memang akan di kirim untuk Zayna.

“Anjir, gue kenapa, sih?!” gerutunya pada diri sendiri saat menyadari pesan yang dia ketik terlalu alay jika di dilihat oleh orang lain, terutama oleh Zayna.

Satu kalimat lagi sudah tersusun dan siap di kirimkan, ah, tidak, Sanda tak mengirimkannya melainkan menghapus pesan itu lagi, dan lagi. Gelisah tanpa alasan, itu yang di rasakan Sanda saat ini. Tak tahu harus berbuat apa, atau diam saja dia tidak bisa karena dirinya terlalu tidak sabra menunggu hingga besok pagi untukk bertemu Zayna, berkunjung ke rumahnya pun tak mungkin karena ini sudah sangat larut. Ya, kini dia tahu harus menghubungi siapa,

Putra

Online

Pap Zayna. |

| Apaan njing, mana bisa
| Sodara bukan berarti serumah.
| Bucin lo, gengsian lagi

Bacot amat hidup lo! |

Tidak, ini rencana yang salah, menghubungi Putra adalah sebuah kesalahan bagi Sanda. Hanya dalam waktu tuga puluh hari Zayna mampu mengikat Sanda dengan sifatnya yang sederhana. Sungguh untuk pertama kalinya Sanda dibuat pusing hanya karena seorang gadis yang benar-benar membuatnya kalang kabut, Sanda yang awalnya cuek dan enggan mengenal seorang gadis hanya karena rasa bersalahnya kepada Asya, kini laki-laki itu bahkan sudah memiliki perasaan terhadap seorang gadis yang tak lain adalah Zayna. Seketika otaknya memberitahu apa yang harus dia lakukan besok untuk bertemu dengan Zayna tanpa menunggu di sekolah.


PART INI TELAH DI REVISI.

AsSyallomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang