Eno baru tau sekacau ini keadaan jalan. Selain kepulan asap bakaran dimana-dimana, gas air mata yang baru saja dilempar kini memenuhi seisi jalanan depan gedung yang menjadi gedung ikonic kota kembang.
Mobil ambulan beberapa menit lalu sudah pergi dari sini. Membawa Lia, Ehan, Jaenud, dan si pelaku.
Eno ngalah saat Jaenud bilang,
"Gue bisa urus administrasi awal."
Yang penting Lia aman dulu sekarang.
"Kita balik aja lah anjir, takutnya ditangkep gak pake atribut apa-apa." Kata Herpan sambil melihat keadaan sekitar yang makin kacau.
Berbeda dengan Eno yang ngangguk setuju, Jujun malah masih berdiri ditempat melihat kobaran api dari ban karet yang dibakar.
"Jun, udah hayu... Balik!" Sahut Herpan menarik kerah belakang jaket denim yang dipakai Jujun.
"Jun, nanti balik lagi kalo udah punya jas almet. Sekarang takutnya kita ketangkep dituduh provokator," kata Eno melirik Herpan, "mana si Herpan mukanya kayak muka orang pembuat onar lagi," sambungnya.
"Sianying da ka aing dei..." kata Herpan.
Eno ketawa kecil, terus bujuk Jujun untuk balik.
Jujun menghela nafas,
"Mereka ngelakuin kayak gini, pemerintah mikir gak sih?"
Jujun mendecak malas, lalu melangkahkan kaki pergi darisitu.
Mereka bertiga balik.
Meninggalkan kekacauan.Rasanya ada yang mengganjal.
Batin sebenernya terusik untuk buka suara namun,
Yang kuat selalu berkuasa
Yang lemah pasti meranaSusah, hukum rimba.
"Kenapa bisa lewat situ?" Tanya Jaenud pada Ehan yang duduk disebelahnya.
"Gak tau kalo lagi ricuh, lagian nih ya.. Kita lewat dijalur aman, si pelaku nya aja arogan," jawab Ehan.
"Udah gue duga si pelaku gak bisa nanggung biaya," kata Jaenud memegang ktp si pelaku.
"Sebenernya gue juga korban Nud," kata Ehan dengan helaan nafas.
"Yaudah sana, masuk ruang UGD," ucap Jaenud menunjuk pintu masuk didepannya.
Ehan mengatupkan bibirnya, diam.
Setelah perawatan medis selesai, Jaenud langsung masuk.
Cewek berambut panjang yang terbaring ditempat tidur itu tersenyum menyapa Jaenud.
"Gak apa-apa, kata perawatnya tadi pingsan cuma karna kaget aja Nud"
"Yang luka mana aja?"
"Kaki sama nih tangan, hehe"
KAMU SEDANG MEMBACA
Demokrasi Rasa 00l | ✔
Novela JuvenilRelasi, harmoni, komedi, asmarasasi. Semua terjadi disini bersama, Herpan, Jujun, Jaenud dan Eno. Pemuda yang membentuk negara kesatuan sendiri dengan menjungjung kebebasan rasa romansa pada pujaan hati.