21. Semesta

352 94 29
                                    

Setelah mendapat chat dari Ruyi bahwa ia sedang menuju ke bandung. Dengan perasaan tak karuan, Herpan bersiap diri. Menancapkan gas motornya menuju stasiun.

Setelah memberhentikan motornya ditempat parkir ia berjalan kearah sisi gedung stasiun.

Herpan tak melewati pintu stasiun, ia malah loncat melewati pagar kawat untuk masuk ke wilayah stasiun, berlari kesisi rel dan berhenti tepat diarea para penumpang turun dari kereta.

Sambil menormalkan hela nafasnya ia mendekat pada cewek yang berdiri menatap tak percaya padanya.

Bagaimana pun Herpan harus bicara pada Ruyi.








"Ruyi, kayaknya aku gak pantes disamping kamu?"

"Yaudah, dipangku aja Pan"

Herpan tertawa begitupun dengan Ruyi.

"Serius Ruy, aku harus apa?"

"Kalo kamu merasa terbebani dengan segala hal yang berkaitan sama aku, kamu berhak lepasin itu semua"

"Aku tau kamu suka nanyain aku ke Lia"

"Ya, karna.. Karna, aku harus bilang kamu berhak lepasin"

"Kamu mau aku lepas?"

"Kenapa enggak? Memang kita terikat?"

"Ruyi.. Negara aku udah bubar.."

"Herpan, makasih udah jadi orang baik, aku bersyukur ketemu kamu"

Herpan terdiam, menatap kosong kedepan gerbong kereta yang berhenti menunggu para penumpang menaikinya.

"Emang ya hidup manusia tuh penuh segala macam kejutan, gak kayak sepasang kereta yang diam diantara datang dan pamit.."

"Kamu salah, gak ada sepasang kereta api karna kereta api gak pernah berjalan beriringan, mereka hanya sebatas berpapasan dijalan terus pergi.."

Herpan melirik Ruyi dari sudut matanya, terlihat wajah manis itu memperhatikan kereta api yang mulai berjalan meninggalkan kawasan stasiun.

"Kamu mau kayak kereta itu?" Tanya Herpan.

"Pergi?" Tanya Ruyi balik.

"Nanti ketemu lagi kalo punya tujuan stasiun yang sama, gimana?"

"Walau bukan besok?"

"Gapapa, makasih Ruyi. Logikanya.... Kota Cimahi, rumah sakit dan roti moka itu hadiah perkenalan"

Cowok itu berdiri, "mau aku anter?"

"Kalo aku nolak?"

"Itu hak kamu."


Cewek berambut pendek itu mengangguk lalu melambaikan tangannya pada Herpan.



Herpan menatap jalanan dibalik kaca helmnya, aduh biasanya Herpan senang melihat jalanan kota ini tapi sekarang terasa sepi buatnya bingung.

Bingung... Kenapa kemarin harus berjuang seperti akan mendapatkan yang pasti akan jadi miliknya?

Padahal, semua hanya permainan semesta yang sengaja mempertemukan orang asing lalu memisahkannya kembali menjadi seperti awalnya, asing.

Udah, biar semesta yang bekerja.

Nanti kalo ketemu lagi semoga semesta kerjanya serius, gak bercanda kayak gini hehehehehehe.










Semesta memang sering kali bercanda atau ekspetasi kita yang terlalu ingin mengada?










Demokrasi Rasa 00l | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang