09. Kota Bandung, Untuk Lia

406 117 27
                                    

Jaenud merebahkan dirinya ditempat tidur, menatap kosong dinding kamarnya.

Pulang dari markas orbit, rasanya ada yang sesak.

Untuk keempat kalinya Jaenud kini melihat photo Lia dengan cowok memakai topi hitam dan jangan lupa, username instagram 'bimasptr' yang ditandai oleh Lia.

Jaenud sebenernya tau, seberapa ia berniat menaklukan Lia. Akan salah pada akhirnya, karna... Eno.

Lagian gak mau juga jadi jauh sama Eno cuma gara-gara cewek.

Tapi, ini, ceweknya, Lia.

Liaaaaaaaa. Rambutnya panjang, cantik banget kalo diurai, apalagi dikucir tambah cantik, hidungnya terukir sempurna, pipi bulat yang punya warna merona natural dan bibir merah muda yang... Jujur, ingin Jaenud kecup walau sedetik.













"A JAENUDDDD, SHOLAT ISYA DULU HABIS ITU MAKANNNN!"

"AA SHOLAT DULU A!"

"AA TIDUR? SHOLAT ISYA A!"












Jaenud mengerjap, menegak, langsung mengusap wajahnya.

"Iya, bundaaaaa..."

Jaenud membuka pintu, bundanya berdiri didepan Jaenud sambil menatap bingung.

"Lagi sedih a?"

"Enggak bun"

"Gantengnya jadi ngurangin.."

"Ah, masa sih?"

"Kenapa? Sakit?"

"Pusing aja, dikit"

"Lah? Pusing kenapa?"

"Habis ngurus negara bun"

"Ngaco deh.."

"Serius, bunda gak tau ya? Jaenud kan punya negara sendiri, presidennya si Eno"

"Ah, dasar bujang.. Ada-ada aja."


















Disisi lain, malam ini.. Yang beberapa waktu lalu ditunjuk sebagai presiden kini berdiri didepan gerbang hitam.

Eno, mengenakan leather jacket hitam dengan baju polos berwarna abu gelap sebagai dalaman.

"Motornya masukin aja No"

"Oh, iya"

Eno mendorong motor hitam dengan corak merah, masuk ke halaman garasi.

Setelah menstandarkan motornya, Eno berbalik. Melihat, gadis yang tingginya pas didada bidang Eno, gadis itu tersenyum lebar.

"Tadinya mau minta temenin Ehan, soalnya mamah sama ayah pergi belanja bulanan," katanya.

"Oh? Gak ada mamah sama ayah? Kok gak bilang?"

"Gak ada, bilang gimana? Kan kamu dateng kesini juga tiba-tiba No, tumben?"

"Sekalian aja, mau beli oli buat sepedah ditoko depan komplek ini terus kepikiran buat dateng ke rumah Lia, terus liat ada tukang martabak jadi beli, nih.." Eno memberikan sebungkus martabak pada Lia.

"Makasih No," Lia menerimanya lalu menyuruh Eno untuk masuk kedalam.



Ini pertama kalinya Eno masuk kerumah Lia, btw......



"Lia, maaf ya bawanya marbatak basic banget hehehehe"

"Ih gak apa-apa, aku suka!"

"Suka martabak?"

"Ya iya lah No, kan ini martabak.."

Eno menggigit bibir dalamnya, melirik Lia yang kini memakan martabak yang Eno bawa.

"Tadi habis ke gramed ya?" Tanya Eno, langsung ke inti.

Yaaaaaa,

Menanyakan hubungan Lia dan abang mahasiswa itu adalah inti Eno berani dateng ke rumah Lia,

Walau cuma bawa martabak doang.


"Oh? Iya," Lia mengusap sisi bibirnya, "nganterin Bang Bima cari buku mesin apa gitu gak terlalu ngerti.."

"Udah lama kenalnya?"

"Sekitar dua bulan lah sering main, sama Ehan juga! Btw, mamahnya Ehan temennya mamah aku kan jadi ya mamah udah tau Bang Bima"





Gila, ucapan Jujun saat itu jadi terlintas lagi dipikiran Eno.

"Lia bukan tipe cewek yang dideketin langsung luluh keliatan dari cara dia yang sebebas itu temenan sama cowok ataupun cewek."





"Eno, tau gak? Aku jadi pengen masuk ITB.." Kata Lia menyadarkan lamunan Eno.

Eno meneguk ludahnya,
"Lia katanya mau masuk UNPAD?"

"Gak tau deng gimana nanti, kamu?"

"Aku ke.. Belum pasti hehe."

Lia mengangguk, lalu berdiri dari duduknya, "mau dibikinin kopi?"

"Gak usah Lia. Mau pamit sekarang aja," jawab Eno.

Eno berdiri sambil mendengus kecil, inti pertanyaannya sudah terjawab. Cukup tau, sedikit sesak tapi ya gimana lagi...


Lia mengantar Eno sampai depan gerbang rumahnya.

Sambil mengusap-ngusap kedua telapak tangannya Lia melihat ke Eno yang sekarang sudah duduk diatas motor, "No, ngerasa gak sih suhu bandung dari kemarin dingin mulu?"

"Iya dijalan aja anginnya kerasa besar, dingin.." Jawab Eno.

Lia mengangguk, Eno memperhatikan Lia yang memakai piyama merah berlengan pendek.

"Hm, Lia.. Bentar lagi Lia ulang tahun ya?"

"Masih lama, Eno.."

"Persiapan, mau apa?"

"Apa ya?"

"Sebutin aja"

"Gak akan bisa Eno kasih sih"

"Lah?"

"This city?"

"Oke. Kota Bandung, untuk Lia."

Lia ketawa. Eno meraih helmnya, memakainya lalu menoleh sekilas sebelum menyalakan mesin motornya.

"Masuk, baju kamu pendek."



























"bodoamat," kata aa jaenud

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"bodoamat," kata aa jaenud.

Demokrasi Rasa 00l | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang