Lia hanya duduk, kedua tangannya sibuk membuka bungkus plaster luka.
"Maaf, Yaya"
"Lia, maaf"
Tanpa bicara dan ekspresi wajah yang datar, Lia menarik lengan Jaenud. Menyuruh Jaenud mendekatkan wajahnya pada Lia.
Tanpa basa basi, Lia menempelkan plaster luka berwarna merah muda itu pada luka disudut bibir kanan Jaenud.
"Ya, kok pink sih?????"
Lia lagi-lagi tak menjawab, berjalan ke arah kulkas, "ibi, air mineral dingin satu yaaa..." Ucapnya. Lalu kembali pada dua lelaki yang sedari tadi duduk didepannya.
Lia menarik lengan Eno kini, melihat memar dibagian sudut bawah mata kiri Eno. Lalu, Lia menghela nafas.
Air mineral gelas yang cukup dingin dan hampir membeku itu langsung ia tempelkan diluka memarnya Eno.
"Astagaaaa, dingin Liaaaaa"
Lia meniup memarnya sekilas lalu menarik lengan Eno, menyuruh Eno untuk memegang air dingin setengah membeku itu untuk dipegang sendiri.
"Guru BK jadinya ngira kalian nyerang lagi kan? Kayak jaman kelas sebelas? Tadi Haris sampe nanya tau!"
Jaenud meneguk ludahnya, melirik Eno disebelahnya. Sedangkan, Eno hanya diam menekan nekan pelan luka memarnya.
"Bulan depan ujian, urang gak mau kena masalah lagi sama maraneh!"
Eno meneguk ludahnya, terpaku. Lia, gak biasa bilang 'urang' ataupun 'maneh'. Dan kali ini, jujur buat Eno kaget.
"Jadi maksudnya gimana?" Tanya Lia kini mencoba lebih tenang.
Eno berdehem, membenarkan duduknya.
"Kalo aku nyuruh untuk milih, bisa?"
Lia refleks membulatkan matanya, "gila????" Lia menyisir rambutnya kebelakang menggunakan tangannya.
"Kan cuma nanya, kalo gak bisa gapapa," kata Eno.
"Kalo lebih milih si abang Bima Sakti gapapa," tambah Jaenud.
"Namanya Bima doang," ralat Lia.
"Mau Bima Doang, mau Bima Sakti, terserah dah," kata Eno.
Lia menghela nafasnya.
Ini diluar dugaan banget.
Oke, Lia bukan tipe cewek yang polos dan gak peka.
Lia sadar dari setahun yang lalu Eno yang tadinya bertingkah biasa aja tiba-tiba nawarin Lia pulang bareng, nganterin Lia kesana kesini, nyempetin buat ngobrol bareng Lia kalo jalan ke parkiran waktu beres kelas. Belum lagi, Eno yang suka tiba-tiba natap Lia.
Salah tingkah sih pasti tapi ya itu reaksi natural.
Lia bisa tepis semua. Apalagi, Eno termasuk ke jajaran cowok most wanted yang jadi inceran cewek.
Lia gak mau kesannya harus bersaing buat naruh harapan ke Eno.
Walau perlakuan Eno ke Lia pernah bikin Lia berharap lebih.
Begitupun, Jaenud.
Jaenud yang pernah jadi pasangan Lia sebagai Raja-Ratu Ospek.
Memang lebih dulu deket sama Lia.
Tapi, posisi nya saat itu Jaenud bener-bener nemplok sana sini. Mau tau, sehari Jaenud bisa gombalin berapa cewek? Lebih dari setengah populasi adik kelas cewek.
KAMU SEDANG MEMBACA
Demokrasi Rasa 00l | ✔
Fiksi RemajaRelasi, harmoni, komedi, asmarasasi. Semua terjadi disini bersama, Herpan, Jujun, Jaenud dan Eno. Pemuda yang membentuk negara kesatuan sendiri dengan menjungjung kebebasan rasa romansa pada pujaan hati.