21. Pelepasan sempurna

3.9K 422 7
                                    

Ayo kesini, akan aku ceritakan sebuah kisah. Siapkan tissue atau bajumu akan basah.

•••

Love meninggalkan Gulf setelah selesai dengan kegiatan mari memanjakan diri, gadis itu berkata bahwa ibunya menelpon dan tentu saja Gulf tidak dapat berkata-kata. Sekarang sudah sore, orang-orang sedang sibuk untuk bersiap-siap pulang ke rumah namun pria satu anak ini masih betah berjalan kaki seorang diri.

Menjejakkan kaki di tepian jalan seperti orang patah hati, memandang matahari yang kini warnanya semakin terang. Sarat akan salam perpisahan sampai esok pagi, Gulf ingat dulu dia begitu menyukai berjalan kaki di penghujung hari.

Bersama Mew.

Tangannya berpegangan pada pinggiran jembatan, merasakan panas menguasai telapak tangannya.

Bolehkah Gulf bertanya pada dirinya sendiri, apakah kini dia telah memaafkan? Jika ia.. mengapa dirinya sebingung ini.

Gulf merindukan Mew.

Kakinya berhenti berjalan, menghadap ke arah aliran air dibawah jembatan. Angin menerbangkan anak-anak rambutnya. Gulf semakin terlena oleh permasalahan dunia.

Pegangannya mengerat, netranya masih memandang lepas pemandangan di ujung sana.

Sret!

"Apa yang kau lakukan?!"

Gulf mengerjap, tubuhnya baru saja bertubrukan dengan dada seseorang. Apakah orang ini mengiranya akan bunuh diri? Tapi tunggu.. aromanya sangat familiar.

Gulf mengangkat kepalanya perlahan, mencoba memastikan apakah dugaannya ini benar atau tidak.

Dan..

"Apa yang kau pikirkan? Kau bisa saja terjatuh dan mati konyol," Mew mengeraskan rahangnya melihat Gulf yang hanya diam menatapnya.

Mereka masih berpelukan. Tidak maksudku, Mew yang melingkarkan kedua lengannya ke tubuh Gulf sedangkan yang dipeluk hanya diam. Kedua tangannya terkulai di kedua sisi tubuh.

".. Mew?"

"Iya ini aku, katakan sesuatu kumohon.."

Gulf hanya diam, ia tidak dapat memikirkan apapun lagi. Rindu telah menguasai tubuh dan hatinya, seperti menelan garpu panas.. Gulf merasakan sakit di tenggorokan karena menahan untaian kalimat rindu.

"Hiks.."

"Astaga, kenapa menangis?" Mew panik, Gulf tiba-tiba saja menangis. Apakah dia memiliki masalah serius sekarang?

Kedua tangan ramping Gulf balas memeluk mantan suaminya, Mew yang mendapat perlakuan itu merasakan ribuan kupu-kupu terbang diperutnya. Menyenangkan, dan.. melegakan.

"Ssshh.. jangan menangis. Aku disini," Mew membisikkan kalimat penenang. Mereka bertemu untuk pertama kalinya selama tujuh tahun perpisahan.

Dan ternyata rasa cinta itu masih nyata tersimpan dalam dada, memupuk semua kenangan hingga menjadikannya rindu berkepanjangan. Gulf masih menangis, tidak ada yang bisa menghentikannya sekarang. Ini adalah tangisan ketika dirimu menemukan jalan pulang setelah lama tersesat di jalan.

"Rindu.. sesak ugh! Hiks.."

Mew tertawa, ternyata Gulf merindukannya juga.

Pipinya basah oleh airmata, mereka melepas semua beban di pundak. Mencoba menghilangkan keegoisan demi hati yang kini tercabik tak tentu arah.

Senja menghiasi airmata sore hari itu namun pelukan itu semakin erat.

Tidak melonggar sedikitpun, biarkan dua anak manusia itu berderai air mata sebelum akhirnya bahagia di akhir cerita.

Mewgulf : Forgive Me  ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang