✂️12

351 45 4
                                    

Plak!

Sesampainya di rumah, Sukuna langsung disambut dengan sebuah tamparan keras di pipi nya. Sukuna hanya diam, tidak membalas dan tidak bereaksi.

"Kau! Anak brengsek! Sialan!" Umpat Ayahnya yang mungkin tidak pantas di sebut Ayah.

Ibunya juga melangkah maju, dan melayangkan tangannya dan menampar pipi kiri Sukuna sehingga wajah Sukuna merah karena kerasnya tamparan itu.

"Anak tidak tau malu! Mau di taruh dimana muka kita, kalau tau anak Sampah ini melakukan hal yang menjijikkan seperti itu!" Teriak ibunya menatapnya dengan tatapan merendahkan.

Sukuna terkekeh mengejek, "Menjijikan? Lalu apa yang selalu ibu lakukan, bukankah itu yang jauh lebih menjijikkan?"

Plak!

Satu tamparan lagi, wajah ibu Sukuna merah padam menahan rasa malu dan amarahnya.

"Jaga bicaramu! Disini kau yang bersalah Sukuna!" Ketus Ibunya dengan nada yang dinaikkan.

"Ternyata selama ini, kau selalu melakukan ini di belakang kami, Apa kau mau mempermalukan keluarga kita Sukuna?!" Seru ayahnya melemparkan berbagai foto tentang aktifitasnya tepat di depan wajah Sukuna. Foto yang perlahan berjatuhan di lantai.

Sukuna hanya menatapnya datar, Tampak jelas sukuna tidak berniat melakukannya. Namun mereka tetap menyalahkannya, mencari kesalahannya agar bisa membenci Sukuna, Dirinya.

"Keluarga?" Kekeh Sukuna tertawa. Bahkan Sukuna merasa dirinya tidak punya keluarga.

Tidak pernah.

"Apa sekalipun kalian pernah menganggapku sebagai  keluarga?" Tanya Sukuna seraya menatap ke arah lantai.

"Apa maksudmu Sukuna?, Kau adalah Anak kami..dan bagi kami, kau yang telah rusak sebagai Seorang Anak, padahal kami selalu memperhatikan mu. Kami sangat mencintaimu" seru ayahnya seraya tersenyum tipis, menatap dengan mata yang berbohong, jauh di dalam matanya tidak ada Sukuna. Dan dengan sebuah kebencian.

Sukuna tau segalanya, Sukuna tau. Namun sukuna hanya diam saja, dan mengabaikannya.

Sukuna tau betapa mereka sangatlah membencinya dan mengunakan kata Cinta untuk menyembunyikan semuanya.

"Cinta? Kalian hanya selalu memperhatikan kesalahan ku" seru sukuna tersenyum, Sukuna hanya mengabaikannya selama ini. Dan Sukuna tidak pernah mau peduli, namun sekarang sudah sangat kacau. Sekalian saja, Sukuna memberitahukan semuanya mengenai betapa menjijikkan-nya cinta yang di rasakan oleh keluarganya.

Itu bukanlah Cinta.

Bukanlah Cinta.

Hanya sebuah perasaan hampa yang perlahan menjadi kebencian

"Apanya keluarga?" Seru Sukuna dengan wajah mengejek.

Plak!

Tamparan untuk sebuah kebenaran. Mereka membenci kebenaran dan menganggap mereka adalah kebenaran, di dalam keluarganya tidak ada Cinta. Hanya sebuah keluarga kacau yang selalu individualis.

Pamannya yang Gila Harta dan membenci segalanya selain dirinya sendiri.

Ayahnya yang Cinta Mati pada Ibunya dan mengabaikan segala nya selain Cintanya pada Ibu.

Dan Ibunya yang tidak pernah sekalipun mencintai Ayah.

Dan Sukuna yang termasuk di dalamnya dan tidak peduli dengan apapun, mengabaikan dan menerima semuanya.

Salahkah Sukuna jika dia menjadi kacau seperti ini--?

Siapa yang duluan Kacau?

Keluarga, Cinta--? Hanya sekedar Omong Kosong belaka--?

***

Sukuna ingat saat masa kecil hingga sekarang, semuanya selalu sama. Terjadi lagi dan lagi dan membuat Sukuna terbiasa dengan wajahnya yang datar tanpa adanya senyuman, tanpa adanya reaksi. Tanpa apapun.

"Sukuna, kami mencintaimu"

Plak!

"Sukuna kami melakukannya karena mencintaimu..."

Plak!

"Sukuna, aku mencintaimu"

Plak! BRUK!

Mereka selalu tersenyum dan mengatakan kata yang selalu sama berkali-kali. Tanpa adanya perasaan sekalipun, dengan sebuah senyuman yang tidak pernah pudar. Kekosongan dan kehampaan belaka, saat mereka memeluk Sukuna dan selalu mengatakan hal seperti itu. Sukuna tidak merasakan apapun, semuanya terasa hampa.

Dan Sukuna tidak peduli apapun karena semuanya hanyalah kebohongan belaka, tidak ada yang pernah mencintainya.

Setiap mereka mengatakan itu, betapa Mereka sangatlah mencintai Sukuna. Mereka selalu memukulinya, semakin kasar dan semakin keras. Selalu sama.

Dan Sukuna tidak bereaksi, tidak menangis. Hanya diam dan mengabaikan semuanya seolah semuanya tidak berguna. Semua nya hanyalah mati rasa, dan Sukuna terjebak dalam sebuah rumah yang bahkan tidak pernah sekalipun dipedulikannya.

Rumah yang gelap dan hampa dengan Cinta yang tidak pernah ada, Cinta penuh kebohongan.

Bagi Sukuna. Sukuna hanya berada dalam sebuah ruangan hampa tanpa siapapun, tanpa ada apapun. Keheningan tanpa suara yang begitu mencengkam.

Namun sukuna tidak peduli, Sukuna sudah terbiasa seorang diri disana dengan semua kekacauan yang terjadi, dengan semua kebohongan yang terjadi. Dengan semua kebencian yang dirasakannya, dan dirasakan oleh semua orang di sekitarnya.

Sukuna hanya terlalu terbiasa, hingga Sukuna tidak peduli lagi. Bahwa kebahagiaan akan datang padanya, itu tidaklah mungkin.

Karena Sukuna hanyalah pantas untuk dibenci dan membenci.

Kebahagiaan-?

Sukuna tidak pantas untuk hal seindah itu dalam kehidupannya.

***

Ada kalanya sukuna ingin bertindak se-kacaunya, karena Sukuna sendiri sudah buruk. Semua orang mengatakan hal yang sama, merasakan hal yang sama. Dan membenci Sukuna.

Padahal mereka tidak tau apapun tentangnya dan hanya seenaknya saja menilainya.

Namun sukuna bosan dengan segalanya dan memilih untuk mengabaikannya lagi. Semua hal itu terus terjadi berulang kali seperti sebuah lingkaran yang tidak akan pernah berhenti, dan Sukuna tau dia tidak akan bisa mengubahnya. Ini sudah menjadi takdirnya, bahwa Sukuna tidak akan pernah bahagia. Kebahagiaan tidak akan pernah datang padanya.

Karena Sukuna adalah Sebuah Kebencian. Dan sesuatu hal yang buruk seperti itu tidak pantas untuk bahagia. Kebahagiaan tidak akan pernah bisa bersama dengan Sukuna yang penuh dengan segala keburukan, dan semuanya sangat membencinya.

Sukuna juga membenci mereka, Sukuna membenci segalanya.

.
.
.
.
.

✂️  Daikirai  ️✂️

.
.
.
.
.

Daikirai (Happiness To Sukuna)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang