Chapter 4 : Nayaka

28 10 3
                                    


Pikiran Jayce benar-benar kosong saat Saka menyudutkannya seperti ini. Padahal hingga satu menit yang lalu, semuanya berjalan dengan lancar, bahkan melebihi ekspektasinya.

Tapi tiba-tiba saja manusia di hadapannya ini mau mengacaukan segalanya.

"Hah? Aku tidak mengerti maksudmu," kata Jayce bersikap seolah tidak tahu apa yang sedang terjadi. Dia mau membuat Saka mempertanyakan kecurigaannya sendiri dan mengurungkan niatnya menginterogasi Jayce.

Seandainya dia tahu sedang berhadapan dengan siapa sekarang.

"Hingga sekarang kau masih bisa berbohong ya.. Dasar tidak tahu malu," ketusnya.

Tangan Saka memegang salah satu telapak tangan Jayce. "Kau bisa membodohi Mina, karena dia sangat polos. Kau bisa membodohi Ago, karena dia selalu menuruti Carol. Dan entah bagaimana, kau juga bisa membodohi Carol-"

Saka menyentil telapak tangan Jayce, mengakibatkan perangkat 034-ZD keluar dari tangannya. Dia mengambil alat itu dan tersenyum penuh kemenangan.

"-tapi kau tidak akan pernah bisa membodohiku."

Kalah telak. Jayce tidak sanggup menutupi rasa malu yang tergambar di wajahnya. Semuanya telah berakhir, Saka akan melaporkannya kepada yang lain, dan dia akan ditendang keluar. Skenario terburuknya dia akan dibunuh sekarang juga.

Kedua mata emas Saka memperhatikan perangkat yang baru saja ia ambil. Dia mengambil kacamata khusus miliknya dan mulai memindai alat itu.

Jayce menegakkan bahunya, "Apa yang akan kau lakukan? Mengatakan ke yang lain dan mengusirku dari sini?" tanya Jayce pasrah.

Tanpa mengalihkan pandangan dari perangkat itu, Saka menggelengkan kepalanya. "Mungkin kita bisa membuat kesepakatan?"

"Kesepakatan?"

Saka menunjukkan perangkat 034-ZD milik Jayce, "Perusahaan yang mengirimkanmu kemari, pasti sama dengan perusahaan yang menciptakan alat ini, bukan?"

Jayce membuka mulut ingin cepat-cepat menjawab, tapi ia menahan suaranya. Karena jawabannya berpotensi membahayakan dirinya ke depannya.

"Biar kutebak, Icarus Group? Infinity Us? Atau malah, Axelore...?"

Mendengar nama Axelore disebutkan, Jayce refleks menutup matanya. Tubuhnya merinding seketika. Semua tebakan Saka benar-benar tepat sasaran.

"Tapi seingatku, Axelore tidak mengembangkan teknologi manipulasi pikiran, mereka fokus di teknologi komunikasi, bukan?" Saka menjadi ragu, dia mengetuk dagunya sembari melihat ke langit-langit.

"Apa maksudmu?"

"Alat ini, ini yang kau gunakan untuk menipu Carol, kan?"

Jayce tidak paham perkataan Saka, tapi dia sangat senang karena orang di hadapannya ini akhirnya salah mengira. Rasanya seperti mengalahkan orang paling cerdas di dunia.

Tangan Jayce merebut paksa perangkat 034-ZD dan memasukkan kembali ke dalam tangannya. "Aku tak paham maksudmu, yang jelas alat ini hanya untuk menerbangkan benda, supaya aku terlihat seperti Nayaka sungguhan. Itu saja, tidak ada yang lain."

Dahi Saka mengkerut, dia tidak mungkin salah perkiraan. "Tidak mungkin! Kalau begitu bagaimana Carol bisa menerimamu setelah membaca masa lalumu tadi? Dia pasti langsung tahu kalau kau penipu."

Mendengar hal itu, Jayce hanya bisa mengendikkan bahunya. "Mungkin karena aku kehilangan ingatanku, jadi dia tidak bisa melihat masa laluku," ujarnya.

"Itu tidak masuk akal."

"Kenapa tidak? Buktinya ini terjadi."

Saka menatap Jayce tajam, merasa kesal akan bantahan Jayce.

"Carol bukan sembarang melihat masa lalu, tetapi ia bisa melihat titik kehidupan seseorang. Momen dimana manusia berubah dan bisa melihat tujuan hidupnya. Dan momen tersebut, akan selamanya tersimpan di otakmu," tutur Saka. Dia lalu menyentil dahi Jayce, "Jadi, meski kamu tidak mengingatnya karena sarafmu terputus, memori akan momen itu masih ada di dalam otakmu. Dan Carol, masih bisa melihatnya."

Chaozer : Curse & BlessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang