Chapter 3 : First Meet

38 11 1
                                    

Author POV

Sepatu tali berwarna biru tua yang berada di pojok ruangan itu ditarik hingga berada di samping kaki kedua kaki Jayce. Pemuda itu lalu segera mengenakannya tanpa terlebih dahulu memakai kaos kaki. Setelah itu ia berdiri dan melihat keseluruhan pakaiannya sekarang lewat cermin.

Hari ini adalah harinya. Hari dimana Jayce menantang maut. Dia akan pergi bertemu dengan orang Nayaka dan berusaha menjadi bagian dari mereka. Rencananya adalah bersikap dengan sangat menyakinkan, sehingga orang-orang Nayaka itu tidak perlu melihat masa lalunya.

Meski kenyataannya, ini lebih mirip misi bunuh diri.

PLETAAAK

Pulpen berwarna putih terlempar kencang dari arah pintu menuju dinding kamar Jayce. Untungnya, dia memiliki refleks yang cepat sehingga pulpen tersebut tak mendarat di kepalanya.

Di ambang pintu, terdapat Asa, Si Pelaku. Dia memakai sweater biru dan celana pendek. Wajahnya tampak sangat kesal, sementara di tangannya ada keripik kentang rasa keju yang belum dibuka.

"Kakak penipu, pulpennya ga nyata!"
erang Asa tidak karuan sambil menghentakkan kakinya ke lantai.

Tiga hari yang lalu, Jayce memberikan Asa sebuah pulpen putih untuk mengerjakan PR karena pulpen Asa tintanya sudah habis. Hanya saja yang gadis itu tidak tahu, pulpen itu sebenarnya memiliki tinta yang sementara, hanya bertahan 24 jam. Setelah itu semua tulisan yang ditulis dengan pulpen itu akan menghilang.

Dan karena hal tersebut, Asa mendapat nilai 0 di pelajaran Matematika.

Jayce berusaha untuk tidak tertawa, "Kan, Kakak sudah bilang, jangan makan kue cokelat yang di meja, lihatlah akibatnya," tutur Jayce yang sebenarnya hanya pembelaan dari keisengannya. Melihat adiknya kesal benar-benar menghiburnya.

Asa menghela napas. Entah kenapa, dia memilih untuk tidak meledak-ledak hari ini dan berusaha tersenyum. "Sama adik sendiri mainnya balas dendam, ya?" sindirnya.

Tidak, sama sekali tidak terbesit di pikiran Jayce untuk balas dendam. Apalagi dengan anak-anak, yang adalah adiknya. Dia mengakui, Asa menyebalkan, tapi bukan berarti dia ingin melakukan hal jahat kepadanya.

"Ah, Kakak hanya berniat bercanda. Maaf jika sepertinya keterlaluan, nanti Kakak traktir es krim ya?" bujuk Jayce dengan wajah menyesal. Asa memutar kedua bola matanya dan mulai makan keripik kentang yang ia bawa.

Walau Asa tak menjawab, Jayce menganggap bahwa adiknya itu telah memaafkannya. Dia mengambil sisir yang tergeletak di atas kasur dan mulai menyisir rambutnya.

Menyadari Jayce yang sedang bersiap-siap, Asa masuk ke dalam kamarnya dan duduk di atas kasur. Remahan keripik yang ia makan menghiasi kasur putih itu. Dia melihat saudara laki-lakinya dari ujung kepala sampai ujung kaki "Kakak mau kemana?"

Jayce menengok ke arahnya, "Tempat rahasia," jawab pemuda itu sambil mengedipkan sebelah matanya. Asa berdecak kesal mendengar responsnya.

"Ngomong-ngomong, apa Kakak tidak penasaran sama sekali?" tanya Asa di sela-sela kunyahannya.

Jayce melihatnya bingung. "Penasaran tentang apa?"

"Tentang semuanya. Kakak tak pernah bertanya apa pun ke aku."

Pemuda itu tersenyum, "Kamu masih kecil, tidak mengerti apa-apa. Kakak tak akan membebanimu dengan pertanyaan-pertanyaan rumit," ucapnya sambil mengacak-acak rambut Asa.

Asa menggeram, "Biarpun begitu—" dia meremas plastik kantong keripiknya.
"—aku juga mau membantu..."

Untuk beberapa saat, Jayce terdiam. Tentu saja dia ingin tahu banyak hal. Tentang bagaimana kehidupannya saat ini, apakah dia populer, apa saja yang dia lakukan sebelum kecelakaan, apa hobimya dahulu, apakah dulu Ara adik favoritnya atau bukan.

Chaozer : Curse & BlessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang