Chapter 8 : Meet The Devil

27 5 1
                                    

Entah sudah ratus berapa kali Jayce berusaha menghubungi Tobias, namun tetap saja orang yang mengaku ayahnya itu tidak pernah mengangkatnya. Pesan, e-mail, dan segala macam hal telah ia lakukan. Tidak ada kabar sama sekali. Seolah dia lenyap begitu saja ditelan bumi.

Carol telah mengutus Jayce untuk mengawali misi pertamanya. Ternyata, sejak lama Oman Group telah menculik putri Agrawi yang bernama Cassandra. Mereka mengancam akan membunuh Cassandra jika Agrawi menolak untuk bekerja sama. Selama ini mereka hanya bertemu dua minggu sekali, setelah merger, Agrawi bisa menemui Cassandra seminggu sekali.

Dia sangat tidak berdaya, sudah berkali-kali ia mencoba untuk membebaskan Cassandra, tetapi anak buah suruhannya selalu mati di tangan Oman Group. Oleh karena itu Carol berencana membantu menyelamatkan Cassandra untuk membatalkan kerja sama Agrawi. Oman Group akan goyah dengan kehilangan salah satu investor terbesarnya dan harus melakukan sesuatu untuk bertahan. Hal itu nantinya bisa membuka jalan bagi Chaozer untuk mengungkap siapa Graven sebenarnya.

"Pakai ini." Saka menyerahkan sebuah earphone bluetooth kepada Jayce. Dia langsung memasangnya di telinga kanannya. Untung saja rambutnya cukup lebat untuk menutupi benda itu. "Supaya aku bisa dengar semua percakapanmu, dan mengarahkanmu kalau perlu."

Saka berkutat pada komputer-komputernya. Mobil van berwarna hitam yang mereka tempati saat ini cukup luas untuk menjadi markas intel kecil. Saat ini, Jayce harus meyakinkan Agrawi agar mau dibantu oleh Chaozer.

Sebelum Jayce keluar dari van hitam tersebut, Saka mengingatkannya. "Aku tahu kau tidak benar-benar serius menjalankan misi ini."

Dengan keberadaan Saka yang saat ini mengetahui motif sesungguhnya Jayce, dia memang sedikit merasa tidak nyaman, sekaligus lega karena dia tak perlu sering-sering berakting di depannya.

"Jadi, jika kau ingin menggagalkannya, silakan. Selama kau punya alasan yang kuat untuk diberikan kepada Carol dan tidak menyeret namaku, maka lakukan saja."

Jayce menghela napas. Dia memang berniat menggagalkannya. Tetapi di sisi lain, dia juga merasa kasihan pada Cassandra.

"Oh ya, kau juga harus pakai ini agar kita punya dokumentasi." Saka memasangkan kamera yang sangat kecil di kemeja Jayce. Kalau dia ingin menggagalkan misi ini, maka dia harus melakukannya dengan cerdas karena Saka akan merekam semuanya dan memberikannya pada Carol.

"Semoga berhasil." Tanpa ragu-ragu, Saka menendang Jayce keluar dari van dan jatuh ke aspal. Pemuda itu langsung berdiri dan berjalan pergi menuju kantor pusat Agrawi.

"Aku akan rekam dalam tiga, dua, satu."

Saka berbicara lewat earphone. Kini semua tindakan Jayce bisa dilihat lewat komputer Saka, begitu pula dengan pembicaraan antara Jayce dan Agrawi nanti. Hanya suara Saka saja yang tak akan terekam di video itu.

Gedung Agrawi Inc memang lebih besar dari gedung Nabastala. Lantainya terbuat dari marmer putih yang dilapis karpet merah, yang membuat semua orang yang memasukinya merasa seperti tokoh utama sebuah film.

"Selamat siang, ada yang bisa kami bantu?" Resepsionis laki-laki menyapa Jayce ramah.

"Saya ingin bertemu dengan Agrawi Hiller."

"Sebelumnya sudah buat janji?"

"Sudah, atas nama Jayce Rhomson."

Resepsionis itu mengecek daftar tamu milik Agrawi dan berhasil menemukan nama Jayce di daftar tersebut. Dia tersenyum ramah. "Lewat sini."

Mereka berdua menaiki lift langsung ke lantai 5. Sekilas, Jayce bisa melihat bayangan dirinya sendiri di bagian kaca lift. Dia mengenakan setelan rapi dan ada jam tangan berwarna perak yang melingkari pergelangan tangannya. Penampilannya sudah mirip seorang direktur perusahaan besar.

Chaozer : Curse & BlessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang