Note : Baca dulu. B Indonesia lebih mendominasi. Bjawa cuma beberapa kata doang.
***
"Yawes toh nduk, pulang aja. Bapakmu ini juga kangen sama kamu."
"Tapi bu... Sarah masih bisa cari kerja lagi disini."
"Ck, di kandani ko ngeyel kamu toh. Bapak sama ibu itu gak gila duit, kita di kampung gak nelangsa banget sampai kamu kerja siang malem kayak gitu."
Sarah memanyunkan bibirnya. "Sarah kan juga pangin nabung bu buat jaga-jaga hari tua Sarah nanti."
"Halah, kamu tuh cah wedok. Bakale yo ikut suamimu. Biaya hidupmu di tanggung suamimu. Lagian calonmu udah terjamin kok..."
"Eh? Maksud ibu apa toh?" Sarah bertanya bingung.
"Hah? Mm wes toh, kamu pulang aja. Manut kandane ibu, di rumah bantu nyawah bapakmu itu. Pak... Bapak... Ini anakmu loh, sibuk aja sama manuk!"
"Iyo toh nduk, pulang sini. Bapak kangen!"
Sarah dapat mendengar suara bapaknya yang berteriak dari jauh. Memang bapaknya itu pecinta burung. Kalau sudah pegang semprotan air dan burung, ya sudah. Gak bisa di ganggu.Sarah menghela nafas, "Iya bu nanti Sarah pulang."
"Nah gitu dong manut sama ibu, hati-hati yah. Banti kang mas mu yang jemput di stasiun."
"Iya bu. Sarah tutup nggih bu."
"Iya."
Sarah menjatuhkan dirinya di ranjang kosnya. Ia memejamkan matanya merasa lelah setelah mengikuti demo di kantor tempat ia bekerja.
Perusahaan tempat Sarah bekerja telah melakukan PHK besar-besaran, banyak pegawai yang merasa di rugikan tentu saja.Tapi keputusan memang sudah bulat, dan mereka tak bisa berbuat banyak. Saldo di tabungannya tak begitu banyak ia dapat dibandingkan rasa lelah dan waktu yang ia gunakan untuk bekerja.
Sarah memilih memberesi pakaiannya untuk bersiap pulang besok ke kampung halamannya. Memang sudah hampir 6 tahun dirinya tak pulang kampung karena dirinya merantau kerja ke luar kota. Dia anak semata wayang jadi wajar saja jika ibunya sering marah-marah tak jelas karena dirinya kerap kali menolak untuk mudik. Karena Sarah itu tak suka rasa lelah saat perjalanan mudik. Jika ditanya dirinya rindu orang tuanya atau tidak, tentu saja ia rindu. Walaupun orang tuanya itu kadang bersikap tidak jelas, Sarah tetap merindukannya. Untunglah, mereka dapat bertukar kabar lewat ponsel.
"Emang di kampung ada apa toh bu? Ndak mau aku ketemu si Sri lagi," dengus Sarah bergumam diri.
Ia masih ingat musuh bebuyutannya itu. Sri, teman SMA nya. Mereka satu kampung, Sri itu suka sekali sirik padanya.
Sarah juga tak paham dengan Sri. Memang apa sih yang di sirikin darinya? Soalnya jelas-jelas Sarah bukan anak dari kalangan orang berada, tapi biasa-biasa saja. Cantik? Sarah tak merasa cantik, walaupun banyak yang sering mengatakan dirinya cantik. Tapi kalau soal body? Hmm Sarah boleh mengangkat dagu dengan sombong.
Walaupun begitu, Sarah tak suka mengumbar dengan sengaja keunggulannya itu. Sarah ingat, Sri itu selalu mengganggu hubungan percintaan dirinya. Selalu caper sama pacar-pacarnya. Haha memang mantan Sarah lumayan banyak, karena ya begitulah. Kelebihan Sarah tak bisa pria hindari begitu saja. Kadang ada beberapa yang menanggapi godaan Sri, dan ada yang bertahan dengan Sarah.
KAMU SEDANG MEMBACA
JURAGAN [21+] End
RomanceWARNING 21+ [Be wise with your reading!] Always Happy End ! Ini kisah percintaan Sarah. Gadis yang pulang dari rantauan, dan juragan tampan di kampungnya.