2

108K 4.3K 754
                                    

Ndak = Gak / tidak
Nggih = Iya
Tenan = Banget
Ngopo = kenapa
Wes      = Sudah
Nduk   = Nak

Aku rasa  bjawa yg sering kumasukan ke dialog cuma itu aja sih... Yg lain pake b.Indo.

***

Sarah membawa dempek berisi makan siang dan wedang yang sudah ia buat untuk bapak dan ibunya di sawah. Walaupun sudah memakai topi sawah, wajah Sarah tetap memerah karena paparan sinar matahari. Banyak yang menyapa Sarah diperjalanan menuju sawah.
Kadang Sarah heran sendiri, ia sudah seperti artis saja di kampungnya.

"Ibu!" Sarah memanggil Lastri yang tengah rehat di gubuk bersama Sukir.

"Hati-hati nduk," seru Sukir saat melihat Sarah yang sedikit kesulitan berjalan di jalan sawah yang licin.

"Sarah bikinin sayur asem ya bu, biar seger. Sama teh anget nih." Sarah mengeluarkan semuanya dari dempek.

Sarah menatap kedua orang tuanya yang tengah makan. Ia ingin menyampaikan sesuatu, yang pasti ibunya tentang.

"Bu... Sarah bosen bu di rumah ndak ngapa-ngapain."

Lastri mendongak menatap putrinya yang tengah manyun. "Bosen ngopo toh, wong ada tv, kamu juga suka tengok film itu di tv tipis itu--

"Laptop bu," jelas Sarah.

"Nah iya itu, ada hp juga. Kamu juga sering bantuin ibu sama bapak nyawah."

"Ibu ndak malu apa punya anak pengangguran kayak gini? Kalau Sarah si malu bu, masa udah gede gini-gini aja bu."

"Ya malu buat apa? Emang kamu ngapain sampai buat ibu malu?"

Sarah menggeleng. "Ya ndak gitu bu. Gimana yah, Sarah masih bisa usaha bu. Sarah ndak mau berdiam diri sementara masih ada yang bisa Sarah lakuin. Sarah ndak mau sia-siakan itu bu."

"Tapi kamu kan--

"Wes toh bu, sekarang Sarah maunya apa toh? Kerja? Kerja apa di kampung kayak gini?" potong Sukir.

"Bapak ijinin kamu kerja asal ndak merantau lagi." lanjut Sukir.

"Tapi pak--

"Mau apa ndak?"

Sarah menghela nafas, "Iya Sarah mau."

"Kamu pikir-pikir dulu mau kerja apa. Kalau modalnya kurang, bilang ke bapak."

"Iya pak."

"Wes? Ibu setuju kan sama usulan bapak?" tanya Sukir ke istrinya.

Lastri mengangguk. "Iya deh ibu setuju, asal Sarah ndak merantau lagi."

Setelah perbincangan mereka selesai. Sarah membantu orang tuanya, ia turun masuk ke sawah untuk membersihkan rumput-rumput liar yang tumbuh di sekitar padi.

Hingga kegiatan mereka selesai, matahari sudah hampir terbenam. Sarah naik keatas galang sawah. Kaki putihnya kotor karena lumpur.

"Ibu sama bapak mau langsung pulang?" tanya Sarah.

"Iya, kenapa emang toh?" tanya Sukir.

"Sarah mau ke sungai sebentar, nyuci ini sama bersihin badan dulu. Gatel pak." Sarah menunjuk tangannya yang kemerahan.

Sukir menghela nafas, kadang ia tak tega melihat Sarah seperti itu. Anaknya sudah terbiasa bekerja di ruangan ber-AC, wajar saja sekarang badannya kaget belum beradaptasi dengan kegiatan barunya.

JURAGAN [21+] EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang