8

82.1K 4.1K 851
                                    

Mantap🤣

Btw, ini gk usah pake cast yah. Pakai imajinasi kalian aja...

Nanti gk sesuai ekspektasi malah males lanjut baca kan wkwk.





***

Lastri menyibak selimut yang membungkus tubuh Sarah. Sarah mengerang sebal.

"Bangun! Kamu tuh udah besar Sarah, jangan ngambek-ngambek kayak gini. Samperin Danu!"

"Sarah kan lagi sak--

"Sakit apaan? Kamu ndak panas, alesan aja. Dengerin ibu yah, ndak baik kamu bersikap kayak gini. Apalagi kalian udah tunangan loh...bicarain baik-baik kalau ada masalah," ujar Lastri.

Sarah mengubah posisinya menjadi duduk diranjang. "Habisnya Sarah sebel bu sama mas Danu. Dia di luar?"

Lastri mengangguk. "Sana temuin."

Sarah menggeleng. "Ndak mau."

"Kamu tahu ndak? Danu sampai tiap hari bolak-balik main ke sini buat jenguk kamu. Khawatir karena denger kamu sakit. Tapi kamu ndak mau di temuin."

Sarah diam. Ia masih mendengarkan ibunya membela Danu.

"Mungkin juga Danu sadar kalau kamu ndak beneran sakit. Tapi dia tetep gigih buat nemuin kamu. Mungkin aja dia mau minta maaf atau mau bicara sama kamu," lanjut Lastri.

"Iya iya Sarah keluar, Sarah mau mandi dulu." Sarah turun dari ranjang masuk ke kamar mandi.

Lastri hanya geleng-geleng kepala menanggapi putrinya yang kekanakan. Didalam kamar mandi Sarah termenung, memang benar sudah hampir seminggu ia mendiami Danu.

Persetan dengan kangen. Rasa kesal Sarah lebih besar sekarang. Memang benar Danu tak sepenuhnya salah bersikap seperti kemarin karena dia belum menjelaskan hubungan dirinya dengan Sri bagaimana. Tapi Danu itu... Sarah heran saja, tunangannya lemot sekali membaca situasi.
Sarah tentu saja cemburu, Danu membela Sri secara tak langsung.

Sarah juga takut. Ia takut peristiwa lalu terulang lagi. Sri selalu merebut apa yang ia miliki. Tak suka melihat Sarah senang sebentar saja.

Setelah selesai membersihkan diri, Sarah keluar menemui Danu yang tengah berbincang dengan bapaknya di teras.

"Ekhem!"  Sukir dan Danu menoleh saat Sarah berdehem.

"Bapak masuk dulu yah, sabar-sabar ngadepin Sarah. Emang agak bandel putri bapak ini," ujar Sukir pada Danu.

Danu mengangguk sopan
"Iya pak."

"Iiih bapak apaan sih," protes Sarah.

Setelah Sukir masuk, Sarah duduk di samping Danu. Danu tersenyum lega, bersyukur Sarah nampak sehat dan mau menemuinya.

"Masih sakit?" tanya Danu.

"Kalau sakit ya ndak mungkin mau keluar!" ketus Sarah.

Danu tersenyum lembut. Tangannya terulur hendak mengelus rambut panjang Sarah, tapi wanita itu menghindar. Senyum Danu luntur.

"Kamu marah sama mas?" tanya Danu.

"Ya mas pikir?"

"Kalau begitu maafin mas...tapi, mas ndak tahu salah mas apa. Kamu tiba-tiba aja menghindar dari mas." ujar Danu.

Nafas Sarah memburu sebal. "Mas Danu ndak tahu salah mas apa? Mas Danu itu ndak peka banget sih!"

Danu bingung, ia harus bagaimana menghadapi Sarah yang marah sekarang. Ditambah ia baru pertama kali berada dalam posisi seperti sekarang.

JURAGAN [21+] EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang