👑7. Masa Lalu Yang Tak Diceritakan👑

2.1K 239 4
                                    

Vote dulu guys!

Selamat Membaca

Kekecewaan adalah bagian dari kehidupan 

- I'm Not An Antagonist -

Setelah semua pembicaraan berakhir, kami memutuskan untuk pulang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah semua pembicaraan berakhir, kami memutuskan untuk pulang. Aku mendapat panggilan dari sopir pribadiku yang mengatakan bahwa ia tak bisa menjemputku karena ia harus membawa anaknya ke rumah sakit. Aishh aku harus pulang dengan siapa coba? Mana aku gak akur dengan mereka. Gak mungkin kan aku minta tolong pada tante Evelyn atau om Dhika gak sopan banget dong.

Saat aku sedang dilanda kekhawatiran, seseorang yang tidak aku sangka-sangka menawarkan bantuan padaku. Entah ini yang namanya beruntung atau malah buntung.

"Untuk kali ini aku akan berbaik hati padamu, jadi ayo naik."

Ngajak gelut ni orang!

___________________________________________

Aku menatap malas pada Ansell. Emang songong ni anak pengen banget aku tampol muka datarnya itu. Kata-kata nya itu loh bikin orang jadi mikir 'kalau gak niat nolongin ya gak usah!'

Karena ini adalah situasi yang darurat, maka aku akan menurunkan egoku dan mengikuti ajakannya. Aku membuka pintu mobil lalu masuk dan duduk dengan tenang.

"Hei aku bukan sopirmu, duduk ke depan!"

Blablabla bacot banget ni orang. Bikin kesel aja! heran deh kenapa semua karakter dalam novel ini hobi banget bikin orang kesel sih?!

Aku membuka pintu kemudian duduk di sebelahnya tak lupa membanting pintu dengan kasar. Gak papa ini mobil orang kaya tiap bulan ganti mobil udah biasa itu mah. Ansell hanya diam tak memprotes, bagus!

Mobil mulai berjalan dan meninggalkan perkarangan rumah om Dhika. Kuputar badanku hingga menghadap jendela mobil, sambil menompang dagu aku memperhatikan lalu lalang kendaraan.

Tidak ada percakapan di antara kami. Ansell sibuk menyetir sedangkan aku sibuk menghitung kendaraan yang kami lewati. Terdengar gabut sih tapi mau gimana lagi, aku malas memulai percakapan dengannya.

Hah... tidak di dunia nyata tidak di dalam novel ternyata macet memang selalu menghantui. Sekarang tepat jam 10 malam, dan kami benar-benar terjebak dalam kemacetan.

Ku ambil handphone yang berada dalam tas selempang milikku lalu menyalakan musik dan kudengar melalui earphone. Aku kembali bersandar pada jendela mobil sambil menikmati angin sepoi-sepoi malam.

Ini sudah berlangsung lebih dari 15 menit, dan aku benar-benar bosan sekarang. Entah karena efek kecapean atau karena bosan, aku mulai menguap. Rasa kantuk benar-benar sudah menghampiriku. Kucari posisi ternyaman dan mulai menutup mata. Aku akan tidur sebentar, setidaknya hingga kemacetan ini berakhir.

I'm Not An AntagonistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang