CHAPTER 12

8K 403 0
                                    

#ALI POV

Apa aku sudah sangat keterlaluan kepada Prilly? Baru kali ini aku melihatnya mengeluarkan air mata didepanku. Ohh shiitt, mengapa aku terus mikirkannya. Bukankah bagus jika dia sudah tidak akan menggangguku lagi, tapi mengapa hatiku seakan menolaknya.

Aku merebahkan tubuhku dikasur menatap langit-langit kamar. Ucapan Prilly selalu mengiang-ngiang ditelingaku. Apa sesakit itu perasaannya. Aku juga memikirkan papa yang marah besar bahkan dia sampai menamparku. Disatu sisi aku bahagia karna bisa bersama dengan Elvira lagi, namun disisi lain rasanya aku kehilangan. Aku mengusap wajahku kasar, kemudian mencoba untuk tidur.

SKIP

Malam ini aku sedang menikmati makan malamku bersama Elvira, setelah kejadian 2 minggu lalu dimana aku membuat Prilly menangis. Tapi, dimana gadis itu sekarang. Aku tidak melihatnya lagi disekolah.

Aku sedari tadi memperhatikan Elvira kekasihku, aku melihat gelagat aneh darinya. Dia tampak gelisah. Aku yang penasaran pun  mulai bertanya.

"Sayang kamu kenapa?" Tanyaku sembari memegang tangannya yang berada diatas meja.

Dia menatapku, tatapan yang sulit ku artikan. Ada apa sebenarnya.

Tak lama dia mulai berbicara. "Aku akan dijodohkan dengan Leo sahabat kecilku."

Aku yang mendengarnya kaget bukan main. Pasalnya Leo itu adalah cinta pertama Elvira. Aku mengetahuinya sebelum aku berpacaran dengannya.

Aku hanya diam menunggu dia melanjutkan kata-katanya.

"Aku sangat mencintai Leo. Aku pikir setelah aku pacaran sama kamu, aku bisa melupakan perasaan cintaku pada Leo. Ternyata tidak, perasaan itu semakin dalam. Kemarin aku baru tau kalo Leo juga mencintaiku, dan kedua orang tua kami berniat untuk menjodohkannya. Aku tidak bisa mengelak, karna aku juga mencintainya. Maaf selama ini aku tidak bisa sepenuhnya mencintai kamu Ali. Dan malam ini mungkin terakhir kali kita ketemu, aku akan pindah ke Italy." Jelasnya yang membuatku menatap tak percaya.

Jadi selama ini dia tidak sepenuhnya mencintaiku, pengorbananku selama 1 tahun kemarin menunggunya sadar dari koma tidak berarti apa-apa. Orang yang aku sangat cintai ternyata tidak mencintaiku. Kenyataan yang sangat sulit aku terima. Pantas saja selama ini dia tidak pernah mengatakan bahwa dia juga mencintai dan menyayangiku.

Aku masih terdiam larut dalam pikiranku.

"Aku harus pergi. Jaga kesehatan kamu baik-baik." Ucapnya lalu berdiri dari kursi dan langsung keluar.

Semudah itukah dia melepaskanku yang begitu mencintainya, aku menatap nanar punggungnya yang semakin menjauh.

****

#AUTHOR POV

Ricky menatap nanar Prilly yang sudah 2 minggu ini koma. Dia tidak tega melihat adiknya yang terbaring lemah seperti ini, wajah Prilly begitu tenang. Dia merindukan saat-saat bersama dengan sang adik. Saat dimana Prilly selalu memarahinya jika pulang terlambat, saat Prilly bersikap manjanya, dia sangat merindukan semuanya. Ricky merasa sangat kesepian sekarang.

****

Seperti biasa ketika istirahat Ali, Kevin dan yang lainnya akan berkumpul dilapangan basket untuk sekedar ngobrol-ngobrol saja.

"Oh ya Li, lo udah jenguk Prilly?" Tanya Kevin membuka pembicaraan yang sedari tadi hanya diam.

Ali mengerutkan keningnya, pasalnya ia tidak tahu sama sekali keadaan Prilly setelah malam itu.

"Emangnya tu anak kenapa?" Tanya Ali dengan memasang wajah sedatar mungkin.

"Lo gak tau? Prilly kan kecelakaan, dia udah 2 minggu lebih koma. Masa lo gak tau pacar sendiri juga." Jelas Cio.

Tenggorokan Ali tercekat mendengar apa yang dikatakan Cio. Lidahnya kelu, dia bingung harus menunjukkan reaksi apa. Walaupun sekarang entah mengapa hatinya diselimuti rasa cemas.

"Bodo ah, lagian gue sama si Prilly udah batalin perjodohan itu. Ngapain juga gue peduli." Ucap Ali dingin.

"Loh kok bisa? Bukannya si Prilly tuh cinta mati sama lo?" Dicky mulai angkat bicara.

Ali pun menceritakan kejadian dimana dia menampar sekaligus memaki-maki Prilly.

Kevin, Dicky, dan Cio menatap Ali geram.

"Jadi gitu ceritanya. Gue sih bersyukur bisa lepas dari perjodohan itu." Ucap Ali ketika selesai bercerita.

"Lo gila Li. Lo bener-bener gak punya perasaan. Lo gak mikir apa gimana perasaan Prilly?" Tanya Kevin yang seakan sudah heran dengan sikap Ali.

"Lagian suruh siapa dia cinta sama gue. Mau dia koma atau mati sekalipun gue gak bakal peduli." Ucap Ali dingin.

"Lo bilang, lo gak peduli? Hati lo terbuat dari apa sih? Apa lo gak bisa liat ketulusan cinta dari Prilly yang dia kasih buat lo, perhatian dia selama ini sama lo. Bahkan dia rela ngorbanin satu ginjalnya buat lo, supaya lo gak kenapa-napa dan tetep sehat. Apa lo gak kasian waktu liat dia nungguin lo sampai dia harus pulang sendiri ujan-ujanan. Hati lo dimana? Mungkin logika lo gak menerima semua kebaikan Prilly. Tapi apa hati lo juga gak bisa ngerasain?" Ucap Kevin dengan amarah yang sudah meluap-luap. Dia sudah tidak bisa lagi melihat Ali yang terus menyakiti Prilly.

Ali yang mendengar penjelasan Kevin pun menatap tak percaya dengan semua yang barusan dikatakan Kevin. Ternyata yang mendonorkan ginjal untuknya adalah Prilly, gadis yang selama ini ia sakiti. Gadis yang tak pernah dianggapnya ada.

Ali menyesal, dia masih diam terpaku. Melihat teman-temannya yang sudah meninggalkannya.

Ali merutuki kebodohannya karna tidak bisa merasakan ketulusan cinta Prilly. Ali baru menyadari bahwa ia juga mencintai Prilly, namun ego seakan menguasai hatinya.

Ali berjanji akan memperbaiki semuanya. Dia akan meminta maaf pada Prilly, walaupun dia harus bersujud dihadapan gadis itu karna sudah mengabaikannya.

------
Vote+commentnya Readers.

Jgn lupa tambahkan jadi Reading List atau perpustakaan kamu. Biar tau kelanjutannya.

STAY BECAUSE YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang