Kelas ramuan tak berlangsung baik. Neville membuat kuali Seamus leleh menjadi gumpalan peyat-peyot dan ramuan mereka tumpah merembes di lantai batu, membuat sol-sol sepatu berlubang. Dalam beberapa detik saja, semua anak sudah berdiri di atas kursi mereka, sementara Neville, yang tersiram ramuan ketika kuali Seamus meleleh, mengerang kesakitan bersamaan dengan bermunculannya bisul-bisul kemerahan di seluruh lengan dan kakinya.
Nathan dengan cepat menarik tubuh Nathalia menjauh supaya tidak ikut terkena ramuan.
"Anak idiot!" sembur Snape seraya membersihkan ramuan yang tumpah dengan sekali lambaian tongkatnya. "Pasti kautambahkan duri-duri landak sebelum kualinya diangkat dari atas api, 'kan?"
Neville merintih sementara bisul mulai bermunculan di hidungnya.
"Bawa ke rumah sakit!" Snape membentak Seamus.
"Biar aku saja yang bawa, Profesor," ucap Nathan yang mana malah mendapat tatapan tajam dari guru ramuan itu. "Aku benar-benar hanya ingin membantu," tambah Nathan lagi sambil tersenyum tipis.
"Pergilah kalau begitu," ucap Snape memberi izin.
Kemudian dia berbalik menghadapi Harry dan Ron, yang tadi bekerja di sebelah Neville. "Kau—Potter—kenapa kau tidak melarang dia menambahkan duri-duri landak itu?
Kaupikir kau akan kelihatan pintar kalau dia salah, begitu, ya? Kau mengurangi nilai Gryffindor
satu lagi."Ini sungguh tidak adil, Harry sudah membuka mulut untuk membantah, tetapi Ron menendangnya di balik kuali mereka. "Jangan memaksa," gumamnya. "Aku sudah dengar Snape bisa menjadi sangat jahat."
Nathalia menghela napas dari tempatnya berdiri. Nathalia beralih melirik Nathan yang tengah memapah Neville keluar dari kelas ramuan. Sebelum Nathan benar-benar keluar, tepatnya ketika ia berada di ambang pintu, Nathan melambaikan tangan ke arah Nathalia sambil tersenyum lebar.
Satu jam berlalu dan pelajaran ramuan telah berakhir. Namun, Nathan belum juga kembali ke dalam kelas. Ini membuat Nathalia resah mengingat dia tidak mengetahui arah untuk pergi ke kelas selanjutnya.
"Ada apa, Nathalia?" tanya Hermione ketika melihat Nathalia berdiri gelisah.
"Aku menunggu Nathan, tapi dia belum juga kembali. Aku... aku tidak tahu jalan untuk pergi ke kelas selanjutnya."
"Kau bisa pergi denganku," ajak Hermione ramah.
Nathalia menaikkan sebelah alisnya, "Really? Aku boleh pergi denganmu?"
"Tentu saja. Kenapa tidak?"
Nathalia mengangguk, lalu pergi bersama dengan Hermione menuju ke kelas selanjutnya. Mereka mengobrol di sepanjang jalan. Kebanyakan Hermione yang berbicara, menjelaskan tentang pengetahuan yang telah dia pelajari dari buku-buku yang ia baca.
Di saat mereka telah sampai ke kelas yang dituju, nyatanya Nathan sudah ada di sana. Ia duduk di barisan paling belakang dan paling ujung, lalu melambaikan tangan ke arah Nathalia.
Nathalia dan Hermione mendekat ke arahnya. Tanpa pikir panjang, Nathalia mengambil tongkat dan memukul kepala Nathan menggunakan tongkat itu.
Nathan meringis, tapi tak lama ia terkekeh. "Kenapa kau memukulku, Lia? Kejahatan apa yang telah aku perbuat terhadapmu?"
"Kau meninggalkanku, idiot!" ucap Nathalia pelan agar umpatannya tidak terdengar oleh orang lain. "Profesor Snape mencarimu karena kau tidak kembali ke kelas. Aku yakinkan detensimu akan sangat menyiksa, brother."
Nathan mengangkat bahu, sama sekali tidak merasa takut dengan ancaman terhadap detensi. Sejak dulu Nathan memang seperti ini, tak takut dengan hukuman dan hanya mementingkan kesenangan pribadi. Itu menurut pendapat Nathalia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let's Make a Wish
FanfictionKeturunan Voldemort menyukai Harry Potter? Yang benar saja! ============================== Setelah mati, aku bereinkarnasi kembali. Bukan hanya aku seorang, tetapi juga kakak laki-lakiku. Itu membuatku terkejut. Namun, yang lebih mengejutkan lagi ad...