Nathalia selalu berjalan bersama dengan Nathan untuk pergi ke kelas mereka. Sangat sulit menurut Nathalia untuk mencari jalan ke tempat yang dituju, apalagi dia buta arah dan dengan kondisi jalan yang berubah-ubah membuat hal itu menjadi lebih buruk.
Orang-orang di dalam lukisan sesekali menyapa. Nathalia nampak cuek dan tidak membalas, sedangkan Nathan dengan ramah tersenyum dan melambai ke arah mereka.
Juga ada para hantu yang sering kali muncul tiba-tiba. Sungguh mengangetkan jika salah satu dari mereka melayang menembus pintu, bahkan beberapa dari mereka sempat membuat Nathalia terpekik kaget. Anehnya dari sekian banyaknya hantu, Peeves sama sekali tidak berani muncul di dekat mereka. Hantu nakal itu malah selalu berusaha menjauh ketika menyadari keberadaan kakak beradik itu. Ia seperti takut akan sesuatu.
Beberapa kali Nathalia dan Nathan juga bertemu dengan Argus Filch ketika berjalan di koridor untuk pergi ke kelas selanjutnya. Nathan selalu tersenyum, menyapa, dan membungkuk hormat ketika berpapasan dengan guru itu dan berakhir diacuhkan olehnya.
"Kenapa kau membungkuk hormat padanya?" Tanya Nathalia, bingung dengan sikap Nathan.
"Aku hanya ingin membuat kesan yang baik. Meski dia terlihat tidak peduli, tapi aku yakin sikap baikku akan membuatku sedikit berbeda di mata Squib itu."
Nathalia melotot ketika Nathan memanggil Filch dengan sebutan Squib. Dahinya mengerut dan Nathalia memandang tak suka ke arah Nathan.
"Dia bukan Squib, Nathan."
"Nyaris Squib, Lia. Pfftt..."
"Cih, aku tahu kau tidak pernah berubah meski sudah mati. Aku masih bingung mengapa Topi Seleksi menyeleksimu ke asrama Gryffindor."
Nathan terkikik geli dan sama sekali tidak merasa kesal atas perkataan Nathalia barusan. Toh, apa yang dikatakan Nathalia ada benarnya. Sebenarnya Nathan sudah sedikit berubah, hanya saja Nathalia tidak menyadari akan hal itu.
Ketika Nathan dan Nathalia pertama kali menghadiri kelas sihir, nyatanya kelas sihir itu lebih sulit untuk dipelajari daripada yang terlihat menurut Nathalia. Namun, Nathan sepertinya tak terlalu kesulitan sehingga sesekali mendapat decak kagum dari murid-murid lainnya, juga dari para profesor. Kehebatannya Nathan bahkan berhasil menyaingi Hermione yang dikenal oleh Nathalia begitu pintar.
Pelajaran sihir bukan hanya sekedar melambaikan tongkat sihir dan mengucapkan beberapa mantra. Mereka harus mempelajari langit malam, nama-nama bintang, dan juga pergerakan planet-planet.
Mereka juga harus mengunjungi rumah kaca tiga kali dalam seminggu untuk mempelajari Herbiologi. Di tempat itu mereka belajar merawat tanaman-tanaman aneh dan mempelajari apa saja kegunaannya.
Yang paling membosankan menurut Nathan adalah pelajaran Sejarah Sihir, tapi tidak dengan Nathalia. Menurut Nathalia pelajaran Sejarah Sihir cukup menarik meski hantu yang mengajarkan mereka——Profesor Binns——mengisahkan sejarah dengan cara yang begitu membosankan.
Mereka juga belajar tentang jimat dan guna-guna. Jujur, Nathalia tidak terlalu tertarik dengan mata pelajaran itu. Namun, sepertinya itu lebih baik ketimbang mempelajari Rune Kuno dan Arithmancy. Nathalia sungguh tidak mau mengikuti kedua mata pelajaran tambahan itu di tahun ketiga nanti.
Pada pelajaran Transfigurasi yang digurui oleh Profesor McGonagall. Setelah membuat banyak catatan rumit, murid-murid diberikan tugas untuk mengubah sebatang korek api menjadi sebuah jarum. Itu cukup sulit menurut Nathalia.
Ketika pelajaran berakhir, hanya Hermione, Nathan, dan Nathalia yang berhasil mengubah korek api menjadi sebuah jarum. Nathalia berhasil, itu pun dengan susah payah. Seragamnya bahkan sampai basah karena entah mengapa bisa ada air yang menyembur keluar dari tongkatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let's Make a Wish
FanfictionKeturunan Voldemort menyukai Harry Potter? Yang benar saja! ============================== Setelah mati, aku bereinkarnasi kembali. Bukan hanya aku seorang, tetapi juga kakak laki-lakiku. Itu membuatku terkejut. Namun, yang lebih mengejutkan lagi ad...