Chapter 2 [Diagon Alley]

632 106 0
                                    

Besok adalah hari ulang Nathalia dan Nathan. Hari ini tanggal 31 Juli, Nathalia, Nathan, dan Kakeknya pergi ke London untuk membeli perlengkapan sihir. Mereka pergi ke London dengan menggunakan mobil milik sang Kakek.

Nathalia dan Nathan tahu jelas mereka akan pergi ke mana. Mereka pasti akan pergi ke Leaky Cauldron yang mana menjadi pintu masuk untuk pergi ke Diagon Alley.

Ketika mereka telah sampai, Leaky Cauldron tampak seperti sebuah bangunan tua. Para muggle atau lebih tepatnya orang non-sihir terlihat sama sekali tidak memperdulikan bangunan tua itu.

"Ayo kita masuk," ujar sang Kakek, kemudian melangkah masuk.

Nathalia dan Nathan mengekori langkah sang Kakek sambil berpegangan tangan. Sebenarnya Nathalia tidak mau, tapi Nathan memaksa karena takut adik perempuannya akan terpisah dari mereka.

"Aku bukan anak kecil!" Gerutu Nathalia sebal.

"Tapi bisa gawat kalau kau terpisah nanti. Kau 'kan buta arah."

Nathalia memutar mata malas. Ia tahu jika dirinya itu buta arah, tapi haruskah Nathan benar-benar mengkhawatirkan dirinya?

Ketika mereka masuk, semua orang yang ada di dalam melirik ke arah mereka bertiga. Bisik-bisik terdengar dan Nathalia bisa mendengar beberapa bisikan mereka.

"Bukankah itu Tuan Desmond?"

"Sudah lama dia tidak terlihat, kan?"

"Apakah mereka cucunya? Bukankah itu artinya anak perempuan keluarga Desmond sudah menikah?"

Nathalia dan Nathan berusaha untuk tidak memperdulikan bisikan-bisikan di sekeliling mereka. Mereka tetap melangkah santai mengikuti sang Kakek.

Jika dilihat-lihat lagi, seperti pada ingatan Nathalia dan Nathan bahwa Leaky Cauldron isinya tampak seperti sebuah bar. Memang bar sepertinya.

Seorang pelayan pria menganggukkan kepala sebagai bentuk salam, "Lama Anda tidak kemari, eh? Bagaimana kabar Anda, Tuan Desmond?"

"Senang bertemu denganmu lagi, Tom. Aku baik, sangat baik."

"Mengantar cucumu?"

"Ya, begitu. Mereka akan bersekolah di Hogwarts."

"Oh, sepertinya mereka akan berada di tahun yang sama dengan Harry Potter."

"Harry Potter? Dia juga akan bersekolah tahun ini?" Tanya si Kakek sambil mengernyitkan kening.

Nathalia dan Nathan saling pandang. Sungguh, mereka tak tahu bahwa mereka akan berada di tahun yang sama dengan sang main character.

Nathalia nampak memperlihatkan ekspresi terkejut, sedangkan Nathan masih mempertahankan wajah tenangnya. Ya, sebenarnya Nathan juga tidak peduli jika benar mereka akan berada di tahun yang sama dengan Harry Potter.

"Kalau begitu, sampai jumpa, Tom."

"Ya, sampai jumpa, Tuan Desmond."

Setelah itu, inilah saat-saat yang sangat dinantikan oleh Nathalia dan Nathan. Mereka berdiri menghadap sebuah dinding bata. Segera sang Kakek mengeluarkan tongkat sihirnya dan mengetuk-ngetuk tembok bata dengan ujung tongkatnya.

Batu bata yang disentuhnya bergetar. Di tengahnya, muncul lubang kecil yang mana makin lama makin besar. Sedetik kemudian mereka sudah berhadapan dengan gerbang yang bahkan cukup besar.

Nathalia dan Nathan terpana. Menurut mereka pemandangan yang mereka lihat saat ini lebih hebat daripada melihatnya dari layar komputer, menonton film maksudnya.

Mereka bertiga melangkah melewati gerbang. Ketika Nathalia dan Nathan menoleh ke belakang, gerbang itu menciut dan kembali berubah menjadi tembok bata.

Let's Make a WishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang