Prolog

1.7K 173 19
                                    

Note : Yo! Ini pertama kali saya membuat fanfiction dari sebuah novel. Kebanyakan sih dari anime atau Manhwa. Juga, nilai b. Inggris saya tak terlalu bagus. Jadi, kalau ada kesalahan dalam kepenulisan, saya meminta maaf.

==========================

Rentetan suara tembakan terdengar. Suara-suara itu sangatlah memekakkan dan membuatku menutup telinga serapat-rapatnya.

Puluhan orang saling tembak. Beberapa ada yang terkena tembakan dan akhirnya tersungkur ke tanah. Mereka mati, aku yakin begitu.

Aku mengedarkan pandangan, mencari sosok kakakku di antara puluhan orang berjas yang masih sibuk saling menembak.

Ketika aku merasa sebuah peluru tengah melesat ke arahku, aku langsung menunduk di belakang meja yang telah terbalik. Peluru itu berhasil melubangi meja dan membuatku sedikit bergidik ngeri.

"Aku harus menemukan kakak!" Gumamku, kemudian lanjut berlari dan tetap fokus mencari sosok kakak yang selama ini masih terus kucari.

Setelah lama berlari dan menghindari serangan peluru yang datang ke arahku, akhirnya aku bisa menemukan sosok kakakku. Ia terlihat tengah beradu pukulan dengan seorang pria berotot dengan kepala botak pelontos.

"Kakak!" Teriakku memanggil dirinya.

Mendengar teriakanku, konsentrasi Kakak jadi terpecah. Alhasil sebuah pukulan mendarat di pipi kanannya, meninggalkan luka lebab berwarna kemerahan.

Aku dengan cepat berlari ke arah pria yang memukul kakak, kemudian melompat dan menendang wajahnya dengan sangat keras. Akibat tendanganku itu, si pria berotot terjatuh ke lantai dengan suara nyaring, tapi ia masih belum kehilangan kesadarannya.

"Sial!" Geram si pria berotot, kemudian kembali berdiri sembari merogoh sakunya.

Diambilnya sebuah pistol dari saku jasnya, kemudian di arahkan kepadaku. Ketika ia hendak menembak, kakakku dengan cepat menarik tubuhku ke dalam pelukannya. Namun, dengan cepat aku mendorongnya.

Beberapa detik sebelum pelatuk ditekan, aku balik memeluk tubuh kakakku. Ketika pelatuk ditekan, suara tembakan terdengar dan sebuah peluru langsung menebus jantungku.

Seteguk darah kumuntahkan, napasku pun menjadi sangat sesak. Pandanganku mulai mengabur dan setetes air mata hangat mengalir di wajahku. Itu bukan air mataku, melainkan air mata kakakku.

"Sudah... Kubilang... Jangan jadi mafia... Goblok!"

Setelah mengatakan kalimat itu, perlahan mataku mulai menutup. Kesadaranku perlahan-lahan menghilang dan diriku pun berhenti bernapas.

===========================

Seluruh tubuhku terasa hangat. Aku tak bisa melihat apa-apa, hanya kegelapan. Apakah karena tempatku berada sekarang ini gelap? Tentu saja bukan. Aku hanya belum membuka mataku saja.

Aku membuka mata secara perlahan. Entah mengapa pandangan mataku kabur, aku tak dapat melihat dengan jelas.

Di hadapanku, siluet seorang wanita terlihat. Ia memiliki rambut hitam panjang, tetapi aku tak dapat melihat rupanya dengan jelas.

"My sweet baby and will always be sweet."

"Maaf, aku tak paham Anda bicara apa. Nilai bahasa Inggrisku jeblok." Batinku yang mana membuat bibirku menampilkan senyum.

"You look like him when he smiles."

"Oke," batinku lagi meskipun tidak mengerti apa yang sebenarnya tengah ia katakan.

Suara langkah kaki terdengar. Siluet seorang wanita berambut hitam pendek serta pria berambut cokelat sedikit beruban terlihat berdiri di samping wanita berambut panjang yang berbaring di sampingku. Wanita berambut pendek memegangi tangan wanita berambut panjang sambil terisak-isak, aku tak mengerti apa yang sebenarnya telah terjadi.

Let's Make a WishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang