Sugarpouu || 2021
Karakter dan sifat tokoh dalam cerita ini hanyalah fiktif, yang artinya semua adegan dan karakterisasi murni imajinasi!
Happy Reading
⛄⛄⛄
"Ck, memangnya kenapa jika aku ibunya Juan," gumam Luna sembari berdecih membalas lirikan kumpulan ibu-ibu tersebut.
Menyadari tatapan Luna, mereka segera mengelak dengan mengubah topik pembicaraan sembari tertawa kecil. Luna hanya memberikan tatapan datar pada mereka. Meskipun ia penghuni baru di sini, masa bodoh dengan tanggapan mereka tentangnya. Lagi pula mereka bukan tetangga satu lantai dengannya.
Setelah memastikan bus sekolah Juan hilang dari pandangannya, Luna beranjak dari sana tanpa menyapa satu pun dari mereka. Ia tahu betul jika hidup di dunia ini memang sangat di butuhkan bersosialisasi dengan sesama manusia. Apalagi dengan tetangga sendiri. Akan tetapi, pada zaman sekarang, ada golongan-golongan tetangga yang harus di saring sebelum diajak bersosialisasi.
Contohnya seperti mereka yang pagi-pagi sudah mengurusi kehidupan orang lain. Sebaiknya dijauhi saja dari pada perilaku ikut terkontaminasi.
"Astaga, lihatlah! Betapa sombongnya gadis itu!"
"Hei ... tentu saja dia merasa sombong. Dia memiliki penghuni paling tampan di apartemen ini."
Luna melenggang pergi begitu saja. Tapi ia masih bisa mendengar perkataan mereka yang mengatainya sombong karena memiliki laki-laki paling tampan sejagad apartemen ini.
"Ucapan mereka membuatku sarapan decihan sendiri pagi ini," monolognya sambil menaiki anak tangga. "Sejak kapan laki-laki itu menjadi milikku dan dia menjadi pemilikku. Meskipun aku menyukai anaknya pada pertemuan pertama, tapi itu tidak berlaku untuk ayahnya. Tampan apanya. Menyebalkan yang ada,"cerocos Luna dengan bibir yang aktif.
Ketika di lorong lantai dua, Luna bertemu dengan laki-laki yang baru saja menjadi bintang utama pagi ini. Luna tidak tahu siapa namanya. Dia terlihat kesusahan menggunakan kruk yang menjadi penopang tubuhnya.
"Juan sudah naik bus sekolahnya dengan selamat," ucap Luna saat mereka sudah berhadapan. "Apa anda sangat mencurigai kebaikanku, sampai-sampai harus bersusah payah menuruni tangga untuk memastikannya?"
Taehyung menganggung singkat, namun ia menunjukkan ekspresi bingung dengan pertanyaan gadis di depannya.
"Jika menurutmu aku sangat mencurigai tindakanmu, apakah kebiasaanmu adalah berburuk sangka, Nona?" Taehyung melemparkan pertanyaan lain.
Lantas beberapa detik kemudian, Taehyung tertawa ringan melihat raut jengkel pada wajah gadis itu. "Meskipun kebaikanmu sebagai tetangga yang baru aku temui sedikit tidak biasa. Tapi aku mengucapkan terimakasih padamu karena sudah membantu Juan hingga dua kali. Dan ... aku bersusah payah menuruni anak tangga karena aku harus keluar membeli bahan makanan."
Rahang Luna rasanya hampir jatuh ke lantai mendengar ucapan laki-laki itu. Di mana pun tempat yang bisa menyembunyikan wajahnya, Luna ingin laki ke sana sekarang juga untuk bersembunyi. Kepercayaan dirinya yang telalu tinggi barusan membuatnya begitu malu.
"Sial! Ini memalukan," gumamnya menoleh ke arah lain.
"Kalau begitu aku permisi dulu. Sekali lagi terimakasih atas bantuanmu hari ini dan semalam."
Setelah Taehyung beranjak, Luna menoleh ke belakang, melihat keadaan laki-laki yang kesusahan menarik langkahnya menggunakan kruk itu. Luna sedikit kasihan melihatnya. Namun, ia harus menahan sisi kemanusiaannya untuk kali ini. Karena ia juga harus segera bersiap untuk berangkat bekerja. Lagi pula laki-laki itu sudah sangat dewasa untuk mengatasi masalahnya sendiri.
![](https://img.wattpad.com/cover/259649697-288-k895197.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
FADE TO WINTER
FanfictionOn going (HIATUS) Bagi Taehyung, kebahagian Juan adalah yang paling penting di atas segalanya. Apapun akan ia lakukan. Setiap Juan menangis meminta Ibunya, itu membuat hati Taehyung sakit. Bahkan rasanya ia rela menukarkan darah, keringat, dan airma...