11. Ibu?

389 120 49
                                    

Sugarpouu || 2022

Karakter dan sifat tokoh dalam cerita ini hanyalah fiktif, yang artinya semua adegan dan karakterisasi murni imajinasi!

Happy Reading

☃️☃️☃️

Luna menunggu Juan pagi ini untuk memberikan bekal makan siangnya di sekolah. Sudah menjadi rutinitas baginya beberapa minggu terakhir membantu anak laki-laki tersebut. Berkat itu juga, Luna lebih rajin bangun pagi untuk memasak.

Lantas ia tersenyum sendiri, memikirkan dirinya yang mulai berubah karena kehadiran Juan. Yang dilakukannya sekarang sudah seperti seorang ibu sungguhan, bukan? Meskipun ia tidak membantu Juan bersiap-siap saat berangkat ke sekolah.

5 menit menunggu, anak laki-laki tampan itu akhirnya keluar dari apartemennya. Luna menyambut kehadiran Juan dengan senyuman hangat seperti pagi-pagi biasanya.

"Selamat pagi, Juan," sapa Luna ketika Juan berjalan ke arahnya.

"Pagi Bibi Luna," balas Juan sekenanya.

Dahi Luna berkerut heran. Juan tidak seperti biasanya, yang menyambut sapaannya dengan riang. Raut bocah kecil itu terlihat lesu. Tidak ada semangat yang terpancar dari wajahnya.

"Apa kau sakit?"

Luna membawa telapak tangannya memeriksa dahi Juan. Tidak panas sama sekali. Jadi apa yang salah di sini? Apa Juan habis di marahi Ayahnya? Kalau memang itu yang terjadi, Luna tidak bisa ikut campur.

"Tidak sakit. Tapi kenapa Juan terlihat lesu sekali?" Tanya Luna sekali lagi. Rasa penasaran mendorongnya untuk tetap bertanya.

"Tidak apa-apa, Bi. Aku baik-baik saja."

Luna hanya mengangguk ragu. "Ini bekalnya. Bibi bantu memasukkan ke dalam tas, ya."

Selesai memasukkan kotak bekal ke dalam tas Juan, Luna mengambil kesempatan kecil untuk merapikan rambut dan seragam Juan yang sebenernya sudah terlihat rapi. Entah kenapa Luna hanya ingin melakukannya. Perhatian kecil seperti itu biasanya bisa membuat seorang anak merasa nyaman dan merasa disayangi. Bagaimana Luna bisa tahu itu? Karena ia tidak mendapatkannya setelah kedua orangtuanya tiada.

"Ayo. Bus sekolahmu akan segera datang."

Mereka berjalan beriringan, seperti biasa Luna memegang tangan Juan. Di saat mereka menuruni anak tangga, Juan dengan ragu-ragu menyampaikan sesuatu yang membuat Luna kaget.

"Bibi, mulai besok, Ayah bilang Bibi tidak perlu menyiapkan bekal untukkku lagi."

"Kenapa?"

Mereka masih melangkah sembari bercakap. Namun langkah riang Luna ikut melemah seperti Juan.

"Ayah bilang aku tidak bisa merepotkan Bibi terus-menerus."

"Sepertinya Bibi tidak lupa pernah bilang pada Ayahmu jika Bibi tidak merasa repot."

Juan tidak lagi bersuara, begitupun Luna. Mereka memilih diam sembari menunggu bus jemputan sekolah datang. Beberapa Ibu yang juga menemani anaknya di sana tampak heran. Sebab pagi ini Juan dan gadis muda yang beberapa hari belakangan menemaninya berangkat sekolah tidak se-akrab pagi-pagi sebelumnya, meskipun pegangan tangan mereka masih se-erat biasanya.

Luna merasa sedikit kecewa, dan menerka-nerka ucapan seperti apa yang di sampaikan Im Taehyung kepada Juan, sehingga membuat anak kecil itu tampak sedih dan tidak bersemangat. Ia tidak merasa direpotkan sama sekali, bahkan kedekatannya dengan anak ini membuat kebiasaan baik bagi diri Luna yang susah bangun pagi.

FADE TO WINTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang