7. Bayangan yang semakin jauh

546 154 14
                                    

Sugarpouu || 2021

Karakter dan sifat tokoh dalam cerita ini hanyalah fiktif, yang artinya semua adegan dan karakterisasi murni imajinasi!

Happy Reading

⛄⛄⛄

Luka seharusnya dirawat hingga sembuh. Bukan dipelihara semakin parah.

- - -

"Kau hanya butuh seseorang yang kau percaya untuk menggantikan posisinya di hati dan hidupmu."

"Itu tidak akan mudah. Seluruh hidupku hanya dilingkupi oleh kenangan bersama laki-laki itu."

"Melupakan seseorang memang bukan perkara mudah. Sebab, semua tentangnya sudah menjadi bagian dari  masa lalu."

"Itulah sebabnya aku tidak menemukan cara untuk melupakannya hingga saat ini."

Namjoon tersenyum singkat. "Kau punya. Hanya saja, aku rasa kau yang tidak mau melakukannya."

"Memangnya, apa yang bisa kulakukan untuk melupakannya?"

"Ini cara yang mudah untukku sarankan, yang kemungkinan cukup sulit untuk kau lakukan," kata Namjoon menjeda ucapannya. "Kau tidak harus memaksakan diri untuk melupakannya dengan cepat. Cukup buka hatimu untuk seseorang yang bersedia menerimamu bersama masa lalumu. Perlahan, perasaan itu akan memudar seiring berjalannya waktu dan tergantikan dengan perasaan yang baru."

"Apa seseorang yang sedang Anda bicarakan saat ini adalah Anda sendiri, Tuan Choi?"

"Aku tidak mengatakan seseorang itu adalah diriku. Tapi, jika kau ingin mencoba saranku. Aku bisa menjadi seseorang itu."

Hyoju menyesap kopi dingin dari paper cup yang ia pegang. Matanya menatap kosong pada langit cerah. Taman rumah sakit tempat ia bekerja sekarang, sangat bagus untuk dijadikan tempat beristirahat. Meskipun banyak pasien yang berlalu lalang, namun taman bunga dengan air pancuran di sinilah yang membuat suasananya cukup menyenangkan.

Bahagia, kesedihan, dan kecemasan bisa Hyoju lihat dari wajah mereka yang juga mencari udara segar seperti dirinya di sini. Hidup di dunia, manusia tidak akan pernah memiliki pemikiran yang tenang. Tuhan memberikan otak agar kita berpikir. Tidak lupa, Tuhan juga memberikan hati untuk umat-Nya agar memiliki perasaan. Dan malangnya, keduanya selalu sejalan.

Seperti Hyoju yang pikirannya diributkan oleh pembicaraannya dengan Choi Namjoon beberapa hari yang lalu. Melupakan seseorang yang kehadirannya pernah menjadi bagian penting dalam kehidupan memanglah bukan perkara mudah.

Laki-laki yang dulunya menjadi seseorang yang penting itu, sekarang hanyalah menjadi bayangan yang semakin jauh.

Sebagai seorang dokter, Hyoju tahu betul jika luka seharusnya dirawat hingga sembuh. Bukan dipelihara semakin parah. Tapi yang ia lakukan selama ini hanyalah memelihara luka itu dengan mengingatnya terus menerus.

Entah sudah berapa kali Hyoju menghela napas sedari tadi. Alih-alih menangis, Hyoju hanya melalukan hal itu setiap kali memikirkan hidupnya. Barangkali air matanya sudah bosan mengalir untuk kisah yang tidak berujung bersama laki-laki itu.

Dering ponsel yang berada di saku jas dokternya mengangetkan Hyoju dari lamunan. Nama Namjoon tertera di sana. Menilik dari jam istirahat saat ini, bukan ingin berbesar kepala, tapi Hyoju bisa menebak tujuan laki-laki itu meneleponnya.

"Hallo."

"Hallo nona Dokter, apa jam istirahatmu sudah datang?"

"Ya. Aku sedang bersama segelas kopi dingin sekarang."

FADE TO WINTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang