Samudra Putra Dirgantara

81 15 3
                                    

Happy Reading🐸

Appa Langit menepuk bahu kedua anaknya pelan. Mengusap rambut mereka secara bersamaan dengan lembut.

"Inget, belajar yang rajin, oke? Jangan bolos," peringat Appa Langit.

"Oke, Appa." Keduanya mencium punggung tangan Appa Langit.

"Hati-hati kalau bawa motor. Jangan ngebut!"

"Siap, Appa!" teriak keduanya bersamaan. Dan Appa Langit pun masuk ke rumah meninggalkan kedua anaknya yang sedang berdiskusi.

"Pakai helm?"

"Udah."

"Pakai sabuk pengaman?"

"Heh! Kita naik motor bukan mobil. Ngelucunya garing."

"Oh."

"Pegangan yang bener, entar jatuh." Athair melingkarkan kedua tangannya di perut Samudra.

"Heh! Pegang jaket gue aja!" Samudra menepis tangan Athair yang memeluknya erat.

Bukannya melepaskan, Athair malah mempererat pelukannya. Bahkan, lelaki itu menopang dagunya di bahu Samudra.

"Jalan, Sayang," perintah Athair dengan nada centil. Mendengar hal itu membuat Samudra bergidik ngeri.

"Lepasin, Esta! Lo mau gue cekik?" Bukannya takut dengan ancaman Samudra. Athair justru tertawa.

"Nanti jatuh Bang. Mending kayak gini aja," ujar Athair.

"Lepasin, nggak?!"

"Gini dulu, aja, ya, Bang. Esta pengen rasanya meluk Abang. Udah lama pengen peluk kakak kandung tapi nggak kesampaian," ucap pelan Athair.

Samudra terdiam seketika. Lelaki itu menghela napasnya. Sebelum berkata, "Jangan lama-lama," ujarnya sambil menghapus air matanya yang tiba-tiba jatuh begitu saja.

Athair tersenyum sambil mengeratkan pelukannya. Hatinya menghangat kala Samudra tidak menolak pelukannya.

"Bang," panggil Athair.

"Hm?"

"Jangan nangis," ucap Athair.

Samudra tersentak kaget. Lelaki itu buru-buru mengusap air matanya agar tidak terlihat oleh Athair. Namun, Athair sudah melihatnya sadari tadi di kaca spion motor milik kakaknya.

"Gue nggak nangis. Cuma kelilipan doang. Udah peluknya. Lama-lama gue disangka nggak normal!" jawab Samudra dengan nada ketus.

"A-a-bang!" Samudra dan Athair menoleh ke arah Ann yang terlihat syok melihat ke arah keduanya.

Seakan tersadar dengan posisi mereka yang membuat Ann berpikir tidak-tidak, Samudra pun langsung menipis tangan Athair dengan kasar.

"Ka-kalian—" Ann menutup mulutnya tak percaya.

"Jangan mikir aneh-aneh!" potong Samudra menyentil kening adiknya dengan gemas.

"Kirain." Ann menyengir lebar. Samudra memutar bola matanya malas.

"Bang, Ann ikut naik motor Abang, ya?" mohon Ann. Cewek itu mengedip-mengedipkan matanya. Memasang wajah memelas agar kakaknya tergerak hatinya.

"Nggak. Lo punya motor sendiri. Lo nggak lihat Esta di belakang?" ujar Samudra membuat Ann cemberut seketika.

"Bertiga aja, Bang," ucap Ann dengan suara pelan.

"Lo lupa kalau Appa kerja apa?" cibir Samudra.

"Polisi," cicit Ann. "Tapi, nggak papa bertiga aja. Asal nggak ketahuan Appa, ya, kan? Esta?" Ann mengkode Athair untuk menyetujui ucapannya.

SEMESTA ATHAIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang