Be Someone Else

28 11 0
                                    

Happy Reading 🐸

Apapun yang bisa membuat Athair dianggap, diperhatikan, disayangi oleh Bumi, Athair akan lakukan. Termasuk menjadi orang lain.

Athair meringkuk ketakutan di bawah meja belajarnya. Tubuhnya bergetar, keringat mulai bercucuran. Tangannya membekap mulutnya yang mengeluarkan isakan pelan.

"Athair, Papah tahu kamu bersembunyi di sini. Keluarlah. Nggak ada guna," ujar Bumi sambil membawa sebuah tongkat panjang yang dipukul-pukul ke lantai.

Athair menggelengkan kepalanya. Tidak! Ayahnya pasti akan memukul habis-habisan dirinya seperti dulu.

Bugh!

Athair memekik kala Bumi memukul meja dengan keras.

"Di sini kamu ternyata." Athair memundurkan langkahnya.

"Maafin Esta, Papah. Please jangan hukum Esta. Itu sakit," mohon Athair.

"Udah berapa kali kamu bilang minta maaf ke Papah, tapi apa? Kamu ngulangin kesalahan, lagi?" Bumi berdesis sinis.

"Esta janji nggak akan ulangi lagi, Papah," ujar Athair menyatukan kedua tangannya di dada.

"Nggak! Kamu harus mendapatkan hukuman, Athair. Agar kamu jera!"

Athair memejamkan matanya kala tongkat panjang itu melayang ke arahnya. Athair sudah pasrah. Namun, lelaki itu tidak merasakan sakit di tubuhnya, tetapi Athair terlonjak kaget ketika mendengar bunyi keras di atasnya. Ternyata, ayahnya memukul meja, bukan dirinya. Mau tak mau Athair bernapas lega.

Namun, kelegaan itu hanya sekejap kala Bumi menarik tubuhnya dengan kasar, hingga kepala Athair terbentur meja.

Athair meringis memegang kepalanya yang berdenyut nyeri.

Bugh!

"AMPUN PAPAH! ITU SAKIT PLEASE!" Athair berusaha menghindar dari amukan ayahnya yang terlihat membabi buta.

"SUDAH PAPAH KATAKAN JADILAH SEPERTI KAKAKMU, ESTA! DIA TIDAK PERNAH MEMPERMALUKAN PAPAH BEDA SAMA KAMU KERJAANNYA BIKIN MALU AJA!" teriaknya memukul Athair dengan kejam.

"Apa ini? Nilai kamu enam puluh?" Bumi Athair murka. Lelaki itu merobek kertas ulangan milik Athair, lalu melemparkannya ke wajah Athair.

"Mau jadi apa kamu nanti, hah?! Papah udah berusaha buat kamu jadi dokter. Kurang sayang gimana Papah sama kamu, hah?!" teriak Bumi.

"Semua teman Papah banggain anak mereka karena nilainya bagus. Lalu, kamu? Apa yang harus Papah banggain kepada mereka, hah?! Kamu bikin harga diri Papah hina di depan mereka!"

"Lalu, sekarang kamu bikin ulah dan Papah harus menahan malu karena dipanggil sama guru ke sekolah gara-gara tingkah kamu yang sok jagoan!" teriaknya.

Bumi Athair menjambak rambut anaknya. Lalu, menyeretnya ke kamar gudang.

"Papah, jangan kurung Esta di gudang lagi. Di sana gelap. Esta takut!" teriak Athair memohon ketakutan.

"Gelap itu cocok buat kamu. Biar semua orang nggak tahu tingkah laku kamu yang bikin Papah malu terus," ujarnya dengan sadis.

"Renungkan apa yang menjadi kesalahan kamu di sana," ujarnya sebelum menutup pintu gudang dan menguncinya.

"Papah!" teriak Athair memukul-mukul pintu. "Buka pintunya, Esta ketakutan di sini," lirihnya.

Athair memeluk lututnya sendiri. Lelaki itu menggigil ketakutan dan juga kedinginan. Napasnya terasa sesak karena menghirup debu gudang.

"Esta janji, bakalan jadi yang Papah inginkan. Termasuk menjadi orang lain," lirih Athair memukul pintu dengan lemah. "Athair janji nggak akan buat Papah marah lagi." Setelah mengatakan hal itu Athair memejamkan matanya. Tidur meringkuk seperti bayi.

SEMESTA ATHAIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang