Untuk Semesta Athair

22 7 0
                                    

Happy Reading 🔥

Appa Langit dan Samudra tersenyum ke arah Semesta yang terlihat mengusap air matanya.

"Ternyata kalian masih ingat sama ultah Esta. Kirain lupa," ujarnya sesegukan.

"Mana mungkin kita lupa," ujar Appa Langit. Lelaki itu memeluk Semesta yang menangis terharu.

"Selamat ulang tahun ke tujuh belas, Esta. Semoga apa yang kamu harapkan segera terkabul," lanjut Appa Langit memberikan kue ulang tahun ke arah Semesta.

"Makasih, Appa. Betewe lilinnya kenapa angka dua puluh sembilan?" Appa Langit hanya cengengesan. Sebelum menjawab, "Appa lupa beli lilin, jadi ambil yang ada aja. Maaf, ya."

"Nggak papa, Appa. Gini aja Esta udah seneng, kok," jawab Semesta tersenyum tulus.

"Tiup lilinnya, tiup lilinnya, tiup lilinnya sekarang juga, sekarang juga!" pekik Ann dengan nada antusias.

"Selamat ulang tahun Esta!" ungkap Samudra. Lelaki itu membunyikan terompetnya di dekat telinga Appa Langit membuat lelaki itu langsung menjitak kepala anaknya dengan gemas.

"Gitu aja terus ... sampai telinga Appa nggak bisa denger." Samudra hanya menyengir lebar. Lalu, menggumamkan kata maaf. Sesudah itu, Samudra menghampiri Semesta dan memeluknya.

"Esta pengen kita berempat tiup lilin bersama," pinta Semesta yang diangguki oleh mereka.

"Make a wish dulu dong!" seru Ann.

Semesta menutup matanya.

Esta cuma pengen Appa Langit, Bang Samudra sama Ann terus di sisi Esta. Dan sayangi Esta selamanya.

"Udah?" Semesta mengangguk. Keempatnya langsung meniup lilin secara bersamaan.

"Samudra pengen cerinya. Jangan ada yang ambil!" ujarnya langsung merebut ceri yang baru saja Ann bawa.

"Abang!" teriak Ann kesal.

"Ann tahu, kan kalau Abang suka banget sama ceri," ujarnya. "Sebagai gantinya, Ann boleh coret muka Abang, deh!" Ann langsung memandang Abangnya berbinar.

Sebelum mengambil kue besar itu dan melemparnya ke wajah Samudra. Lelaki itu mengerang kesal, berbeda dengan ketiga orang itu yang tertawa terbahak-bahak melihat wajah Samudra yang penuh cream kue.

"Ann! Abang cuma bilang coret sedikit bukan semuanya kamu lempar ke wajah Abang!" gerutu Samudra kesal. Lelaki itu mengusap cream itu dengan baju Appa Langit. Lagi-lagi mendapatkan jitakan keras di kepala lelaki itu.

"Lama-lama kamu jadi anak durhaka!" Appa Langit berkacak pinggang.

"Hehe, maaf, Appa," ungkapnya. "Bagaimana kalau sekarang Esta buka hadiah dari kita?" lanjutnya.

"Ini buat Esta. Semoga suka." Ann terlebih dahulu memberikan sebuah kado yang dibungkus berwarna hijau. Warna kesukaan Semesta.

"Komik!" seru Semesta tak percaya. Lelaki itu memandang berbinar pada buku komik yang ada ditangannya.

Ann mengangguk. "Komik yang kamu inginkan, kan? Jaga baik-baik pemberian Ann, ya!"

Semesta mengangguk. Lelaki itu tersenyum ke arah Ann—sahabatnya. Lalu, ia menoleh ke arah Appa Langit, sebelum berkata, "Boleh peluk anak Appa yang baik ini?" tanya Semesta menunjuk ke arah Ann.

"Boleh, tapi jangan lama-lama." Setelah mendapatkan izin, Semesta langsung memeluk erat tubuh Ann.

"Makasih, Ann. Udah kasih hadiah yang Esta inginkan dari dulu," ungkapnya berusaha menahan sesak di dada.

SEMESTA ATHAIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang